Dario membuka matanya dan langsung memejamkannya kembali saat rasa pusing mendera kepalanya. Rasanya sangat menyakitkan seperti ada puluhan palu yang memukul kepalanya. Dario meraba kepalanya
"Shit!!!" Umpatnya
"Seenaknya aja Aunty gundulin kepala gue!" Gerutu Dario dengan mata terpejam
Dia memilih memejamkan matanya saja. Sampai rasa pusing di kepalanya menghilang. Dario mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang memasuki kamar itu
'Mommy? Nggak mungkin. Daddy nggak mungkin kasih tahu mommy. Bisa pingsan dia' batin Dario
Sibuk berpikir siapa yang datang, Dario sampai tidak menyadari orang itu sudah berdiri di sebelahnya. Dario sedikit tersentak saat tangan dingin itu menyentuh kepalanya
"Dad?" Tanya Dario dengan mata masih terpejam
Ares sendiri kaget sebenarnya. Dia kira Dario masih tertidur. Ares menghela napas
"Sudah bangun?"
"Hn... Baru saja"
Ares merasa heran saat Dario tidak membuka matanya. Sejak tadi mata Dario terus terpejam
"Kenapa tidak buka mata?"
"Kepala Alex masih pusing. Makanya, Alex tidak buka mata"
Ares merasa sedikit lega dengan ucapan Dario. Dia kembali mengusap pelan kepala Dario
"Kalau aunty Marlyn kesini, Alex mau protes!" Gerutu Dario
"Kenapa?"
"Seenaknya saja aunty menggunduli kepala Alex!"
Ares terkekeh pelan
"Kalau tidak di potong, bagaimana menjahit kepala mu itu?"
"Jahit?"
"Hn."
"Berapa jahitan?"
"Sekitar 15 kalau tidak salah"
Dario membuka matanya perlahan. Rasa pusingnya sudah sedikit menghilang. Hal pertama yang dilihat oleh Dario adalah mata biru ayahnya, yang entah kenapa cukup menenangkan seperti mata ibunya
"Apa Dad bilang pada mommy?"
Ares menggeleng
"Memang lebih baik jangan bilang. Kalau bilang mommy jadi repot nanti urusannya"
"Sebenarnya yang memukulmu itu siapa?"
"Alex tidak terlalu ingat. Hanya Alex tahu ada yang memukul Alex tapi, Alex tidak ingat siapa"
Ares mengangguk saja
"Mungkin Lucifer tahu"
"Lucifer?"
"Daverick Dad, kami memanggilnya Lucifer"
"Ah! Dad lupa. Benar juga kalian pernah bilang waktu itu"
Ares membenahi selimut Dario saat anak itu menguap lebar
"Tidur saja lagi"
Dario mengangguk pelan
"Thanks Dad" gumamnya sebelum benar-benar terlelap
Ares memandangi putranya dia masih merasa kesal dengan apa yang terjadi hari ini. Kalau bukan karena ponsel Dario tertinggal di rumah, Ares mungkin tidak akan tahu kalau Dario dikerjai oleh seniornya. Ya, Ares melihat semuanya dari awal. Sedangkan alasan Rayzen ada disana karena, anak buahnya melaporkan kejadian itu padanya
"Sir" Ares menoleh dan menemukan Allen berdiri di dekat pintu
"What?"
"We found him"
"Where?"
"He's in our warehouse sir. Your command sir?"
Ares berdiri dia menatap Dario sekilas dan melangkah ke arah Allen
"Suruh Zack dan Ken berjaga disini"
"Yes, sir!"
"I'll kill him by myself!"
Pintu tertutup. Dario membuka matanya. Dia meneguk ludahnya dengan kasar
"Gila! Bokap gue sadis juga..."
"Tapi, dia emang dari dulu sadis sih"
"Tetep aja nggak nyangka gue"
Dario baru saja akan terlelap kembali jika saja, tidak ada suara gaduh di depan kamarnya. Dario yakin teman-temannya tidak mungkin kesini pada jam-jam seperti sekarang, seharusnya mereka masih di kampus. Ayahnya baru saja berujar akan menghabisi seseorang, tidak mungkin ayahnya ada di luar sekarang
"Jadi? Siapa yang ada di luar?" Gumam Dario
Tidak mau ambil pusing, Dario memilih memejamkan matanya. Dia mengistirahatkan otaknya dari segala jenis pemikiran
.......
Dario merasakan ketidaknyamanan yang mengakibatkan tidurnya terganggu. Dengan mata masih terpejam saja dia bisa merasakan tubuhnya tidak berada di kamar rumah sakit yang dia huni. Tangannya terasa sedikit sakit dan pegal, ditambah angin kencang yang menerpa badannya. Dario memutuskan membuka matanya
"Holy shit!" Umpatnya
Bagaimana tidak mengumpat jika kau melihat dirimu tergantung di atas air laut dengan tangan terikat tali tambang yang terkait dengan alat berat. Belum lagi di kakinya terikat sebuah batu besar
"Sudah bangun?"
Dario mengenali suara itu. Seniornya...
"Tenang, gue cuma mau mastiin kalau lo nggak akan menjadi masalah lagi buat gue"
Dario menggerakan tangan dan kakinya mencoba lepas dari seluruh ikatan itu
"Jangan bodoh andai lo terus bergerak lo tetap nggak akan selamat, malah lo bakal jatuh ke laut!!!"
Dario menatap sekelilingnya. Dia berada di pelabuhan Kanzpia. Sepi dan tidak ada siapa-siapa
"Damn!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...