Caroline masih sering memikirkan tawaran itu. Walau sebenarnya bukan tawaran tapi paksaan. Tak terasa sudah hampir seminggu Dario dan dirinya berada di Marvinia. Seperti saat di Andlesia, Dario akan pergi ke perusahaan ayahnya dan setelahnya pulang ke rumah untuk makan malam dan mandi lalu pergi ke Briele dan kembali pukul 11 malam paling cepat atau jam 3 pagi
Caroline tengah berjalan ke perusahaan milik ayah mertuanya. Dia disambut oleh Gael yang langsung menariknya merapat
"Ada apa kak?" Tanya Caroline
Gael menghembuskan napasnya lega saat melihat pakaian Caroline masih tergolong wajar untuk ukuran orang kerja
"Ada sir Dimitry di dalam"
Kening Caroline sedikit berkerut sebelum mengerti maksud Gael. Caroline langsung meminta berkas untuk dia periksa. Atau kira-kira begitu. Sedikit banyak dia mendengar kemarahan suaminya di dalam dan hal itu menyangkut sang adik Erika yang katanya diselingkuhi oleh tunangannya, sementara Ares justru bersantai seolah tidak ada apa-apa
"Sir" sapa Caroline saat Ares keluar dari ruangan itu
"Saya pikir anda tidak datang" ujar Ares
"Saya ke toilet tadi sir. Maaf tidak bisa menyambut sir tadi"
Ares hanya mengangguk dan pergi dari sana. Caroline langsung masuk dan menemukan suaminya tengah duduk membelakanginya. Caroline melepaskan sepatunya dan masuk ke dalam ruangan itu. Dia meletakan makanan yang dia bawa dan itu terdengar oleh Dario
"Keluar!!!" Bentaknya
Caroline sedikit berjingkat kaget. Dia mengelus dadanya pelan menghilangkan kagetnya lalu, dia mendekati Dario. Kepala Caroline mengintip wajah Dario dan mendapati wajah tampan itu tengah menutup matanya. Dengan perlahan Caroline duduk di pangkuan Dario walaupun dengan sedikit takut. Takut Dario marah dan mendorongnya tapi, Dario tidak melakukan itu melainkan memeluk erat dirinya
"Maaf aku membentakmu tadi" bisik Dario sambil menyembunyikan wajahnya di bahu Caroline
Caroline sedikit bergeser dan memeluk balik kepala Dario. Dia membiarkan Dario membenamkan wajah tampan itu di dadanya. Tangan Caroline mengusap rambut suaminya dengan lembut. Seolah berusaha menghilangkan kemarahan suaminya
"Kan aku sudah bilang, jangan marah-marah terus nanti cepat tua!" Ujar Caroline lembut
"Aku kesal"
"Tapi, kamu tidak tahu alasannya, kan? Mungkin saja dia atau mereka mempunyai alasan mereka tersendiri"
Dario menjauhkan badannya dan menatap Caroline dengan heran, tidak setuju juga meminta penjelasan
"Seharusnya, dad itu sama marahnya, kan seperti kamu?"
Dario mengangguk. "Rika anak kesayangan Daddy" ujarnya sambil kembali menyembunyikan wajahnya di dada Caroline
"Tapi, tadi Dad biasa saja. Mungkin mereka sudah berbicara pada Dad. Mungkin ada sesuatu yang kamu belum tahu dan mereka belum ingin kamu tahu"
Dario terdiam. Ucapan istrinya ada benarnya. Dario sudah sibuk marah-marah tapi, ayahnya justru diam dan santai saja
"Jangan marah-marah lagi!" Ujar Caroline
"Iya nanti aku cepat tua. Memangnya kalau aku tua kamu tidak mau lagi?"
"Bukan begitu honey" ujar Caroline. Tangannya masih sibuk mengusap rambut Dario dengan lembut
"Aku hanya takut kamu sakit. Marah itu bisa membuat stress dan stress bisa menimbulkan penyakit. Aku tidak mau kamu sakit"
Dario mengangguk. Dia memilih diam dan menikmati belaian tangan sang istri di rambutnya. Perlahan tapi pasti kemarahan Dario menguap dan berganti menjadi rasa kantuk yang teramat. Dario memejamkan matanya dan terlelap dengan cepat dalam pelukan Caroline
"Nah, kan. Dia tidur" gumam Caroline
"Have a nice dream honey" ujar Caroline sambil mencium kening Dario. Yang membuat pelukan di pinggangnya mengerat
Duduk sekitar sepuluh menit, Caroline ikut terlelap dengan posisi di pangkuan Dario, tangan Dario memeluk pinggangnya erat, kepala Dario ada di dadanya, sementara kepalanya dia letakan di puncak kepala Dario
"Mmhh..." Lenguh Dario pertama kali
Dario membuka matanya setelah tidur selama setengah jam. Dia bergeser pelan, menegakan badannya dan seketika itu gantian Caroline yang langsung jatuh ke dada bidang Dario tanpa terbangun. Dario menunduk dan melihat wajah polos istrinya yang tengah terlelap
"Selamat tidur sweetheart"
Dario mengusap pipi Caroline perlahan. Ada sedikit gurat lelah di wajah cantik itu. Dario mengecup kening Caroline. Dia menghubungi Gael dengan sebelah tangan memeluk pinggang Caroline
"Taruh berkas-berkas di luar dan jangan ganggu aku"
"Understand sir"
Dario mengakhiri panggilannya dan dia menarik jasnya yang tersampir di kursinya. Dario menyelimuti Caroline dengan jasnya
"Have a nice dream sweetheart"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Fiksi RemajaSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...