Dario berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Dia tidak peduli dengan orang-orang yang dia tabrak dengan bahunya. Dario hanya tahu dia akan dan harus segera menemui seseorang di rumah sakit itu. Masalah dengan Harold Joran juga pihak kepolisian sudah diselesaikan oleh ayah dan kakeknya. Pasalnya, sehari setelah dari masuk rumah sakit, sang kakek Samuel Arthur Dimitry datang ke Andlesia dan mengetahui keadaannya.
Samuel memarahi Ares dan menuntut pihak kepolisian juga Harold dengan tuduhan melakukan tidak kekerasan dan juga pencemaran nama baik. Samuel sendiri bisa datang ke Andlesia dalam rangka hubungan diplomatik dengan kerajaan Andlesia. Melihat cucu tersayangnya terluka sampai terbaring di rumah sakit membuatnya murka dan langsung meminta raja Andlesia menghukum berat setiap orang yang terlibat, bahkan Samuel mengancam raja Andlesia untuk itu. Dan karena hal itu juga Dario harus rela berada dalam pengawasan ayah dan kakeknya selama lima hari.
"Baby..." Panggil Dario saat dirinya sampai di ruang rawat Caroline dengan napas masih terengah
Dia melihat Caroline sempat menoleh sejenak sebelum memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dario hanya bisa memaklumi kemarahan Caroline. Dario berjalan mendekat dan mengusap puncak kepala Caroline
"Maafkan aku baby. Ayahku datang kemarin, makanya aku tidak bisa kesini"
Caroline masih diam dan tetap menatap ke arah jendela. Tidak putus asa Dario mengusap punggung tangan Caroline
"Maafkan aku baby" ujarnya
Caroline yang kesal menarik tangannya dari genggaman Dario. Karena terlalu kencang menariknya, tangan Caroline mengenai wajah Dario dan langsung membuat Dario mengaduh kesakitan. Caroline langsung menoleh dengan panik dan terbelalak saat melihat wajah tampan itu memiliki memar dan ujung dahi Dario masih ditempel sebuah plester luka.
"Maaf. Aku tidak sengaja" ujar Caroline
"Apa sakit?" Tanya Caroline sambil menyentuh pipi Dario pelan
"Hn. Sakit sekali"
Caroline semakin khawatir pada Dario. Caroline membangunkan badannya menjadi duduk sempurna dan menghadap ke arah Dario.
"Yang mana yang sakit? Biar aku panggilkan dokter ya"
Dario menangkap tangan Caroline dan menggenggamnya erat. Tangan Caroline dia bawa dan ia tempelkan di dadanya
"Yang terasa amat sakit disini. Sakit dan nyeri jika kamu mendiamkan aku seperti tadi"
Seketika itu juga wajah Caroline merona. Dario terkekeh melihat wajah gadisnya merona malu. Caroline bahkan menundukkan wajahnya. Dario mengambil tangan Caroline dan mengenggamnya erat
"Caroline... Aku tidak bisa berjanji padamu kalau aku akan mengenalkanmu pada keluargaku dalam waktu dekat ini. Atau berjanji untuk mengumbar hubungan kita kepada publik. Tapi, aku bisa memberikanmu janjiku untuk membahagiakanmu dan melindungimu selalu"
Caroline mendongakan kepalanya dan menatap mata biru kehijauan milik Dario. Mencari arti dari ucapan Dario padanya. Dario mengambil sesuatu dari saku jasnya dan membuka benda itu di depan Caroline.
"Vierra Caroline Kostarft. Will you marry me?"
Mata Caroline terbelalak kaget. Dia tidak menyangka Dario akan melakukan hal semacam ini padanya. Dario menatap lekat Caroline yang masih tidak bergerak atau mengucapkan sesuatu.
"Aku tahu kamu mungkin akan menolakku. Katakan saja baby. Apapun jawabanmu aku tidak akan membencimu. Aku tahu aku bukan orang romantis, aku juga tidak bisa mengenalkanmu pada keluargaku atau pada publik"
Caroline memiringkan kepalanya, menatap Dario heran. Padahal dirinya belum berucap apapun. Caroline hanya mendengarkan ucapan Dario yang terus mengulang kalimat yang sama.
"Kenapa kamu tidak mengenalkanku pada publik dan keluargamu?" Tanya Caroline
"Aku ingin. Sangat ingin mengenalkanmu pada semua orang. Tapi, musuhku masih berkeliaran di luar sana. Seseorang yang sangat menginginkan kematianku. Jika aku mengenalkanmu pada semua orang, maka dia akan dengan mudah melukaimu atau membunuhmu. Dan aku tidak ingin itu terjadi"
Caroline menganggukan kepalanya sebagai tanda kalau ia mengerti dengan apa yang diucapkan Dario. Dario menunggu jawaban dari gadisnya. Tidak ada jawaban. Dario menghela napasnya pelan.
'Ditolak lagi' batin Dario
Grep
Mata Dario membola. Sepasang lengan kecil melingkari lehernya.
"Caroline?"
"Hm?"
Dario terdiam di tempatnya tidak melakukan apapun. Hatinya senang tapi, otaknya sudah terlanjur menyerah. Caroline melepaskan pelukannya dan menatap Dario. Tangannya menunjuk benda di tangan Dario
"Cincin dan kalung itu untukku, kan?" Tanya Caroline
"Hn. Untukmu"
"Tidak mau kamu pakaikan padaku?" Tanya Caroline lagi membuat Dario tercengang
"Oh... Sepertinya tidak. Ya sudah" ujar Caroline
Dario buru-buru mengeluarkan kalung dari kotak di tangannya dan memakaikan kalung itu pada Caroline
"So, is this a yes?" Tanya Dario setelah kalung emas putih berlapis bubuk berlian terpasang di leher gadisnya
Caroline menatap Dario dan mengulurkan tangan kirinya pada Dario
"Yes, Xander"
Dengan sigap Dario memakaikan cincin kecil bertahtakan berlian di jari manis Caroline. Setelahnya Caroline memasangkan cincin emas putih yang sekelilingnya dilapisi batu berwarna biru tua juga dihiasi dengan beberapa berlian ke jari manis Dario. Memang tidak terlihat seperti cincin pertunangan, tapi cincin itu mengikat mereka
"Now, I'm yours Xander"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...