21. Headache

14.6K 691 6
                                    

Dario menyantap makan malamnya dengan tenang. Dia melirik ke arah ayah dan ibunya yang juga makan dalam diam. Sebenarnya ada rasa penasaran untuk bertanya tentang meeting sang ayah tapi, dia takut untuk menanyakannya. Jadilah, Dario memilih diam

"Besok pagi kamu ada kuliah?" Tanya Kanaya pada Dario

Dario menggeleng pelan "tidak mom. Tidak ada"

Kanaya mengangguk lagi. Dia melanjutkan makan dalam diam. Dario menghabiskan makanannya dan segera pamit untuk kembali ke perpustakaan. Dia segera merapikan tugasnya dan berjalan menuju kamarnya

'Ada yang aneh... Tidakkah seharusnya Dad marah kalau aku mengacaukan meetingnya?'

Dario menggelengkan kepalanya pelan. Dia memilih segera masuk ke dalam kamarnya dan menutup badannya dengan selimut untuk tidur. Sampai bunyi ponselnya kembali menarik dia untuk kembali dari alam mimpi

Ren: besok masuk!

Lean: kata sapa?

Ren: kata w lah...
Ren: kan w yg bilang

Lean: woi Yo jan read doang njing

Rio Alexander: berisik! Besok msk? Jm brp?

Ren: jm 9 matkul si botak

Rio Alexander: hn

Dario meletakan lagi ponselnya di meja. Dia kembali membaringkan matanya dan tertidur. Pagi-pagi benar Dario bangun dan merapikan tasnya. Dia memasukan buku catatan, dan juga alat tulis, earphone, dan sebuah pistol untuk berjaga-jaga. Entah kenapa firasatnya menyuruh dia membawa itu. Usai merapikan tas, Dario melesat ke kamar mandi

"Morning mom" sapa Dario pada Kanaya yang tengah membuat sarapan di meja makan

Kanaya menatap aneh putranya yang sudah rapi dan menenteng ranselnya

"Katanya libur" ucap Kanaya

Dario menggindikan bahunya

"Alex juga nggak tahu. Semalam Ren bilang ada dosen yang minta masuk hari ini" ucap Dario sambil menarik kursi di meja makan

Kanaya mengangguk. Tangannya mengambil selembar roti

"Mau pakai apa?" Tanya Kanaya

"Hm? Blueberry saja mom"

"Okey" Kanaya mengoleskan selai blueberry buatannya sendiri dengan sedikit gula sehingga selai itu memiliki rasa natural

Tak lama Ares bergabung ke ruang makan dan mengernyit heran saat melihat Dario sudah duduk di meja makan dengan tas ransel di sebelahnya

"Mau pergi?" Tanya Ares

"Tidak dad. Aku mau ke kampus"

Ares mengangguk. Dia duduk dan mengeluarkan ponselnya, tak lama hanya beberapa menit sampai Kanaya berdiri di sebelahnya meletakan roti di depannya dan merebut ponselnya

"Tolong makan dengan benar, mr. Dimitry..." Ujar Kanaya

Dario hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh geli

'Cuma mom yang berani begitu' batin Dario

"Alex berangkat Mom, Dad" ujar Dario setelah dia selesai dengan sarapannya

"Alex... Tunggu sebentar" Dario langsung berhenti saat Kanaya memanggilnya

"Kenapa mom?" Tanya Dario

"Mom mau ikut"

"Hah?"

"Maksud mom, mom mau ke tempat auntymu. Antar mom kesana ya"

"Oh..." Dario mengangguk "Alex tunggu di mobil" ujarnya

Kanaya mengangguk. Dia mencium pipi Ares sejenak

"Aku pergi dulu. Nanti sepertinya aku menginap. Tidak apa-apa kan?"

"Hn. Tak apa" Ares mencium bibir Kanaya

"Jangan lama-lama! Alex sudah menunggu" omel Kanaya

Ares terkekeh dan melepaskan istrinya. Ares kembali menyantap sarapannya. Tangannya meraih ponselnya yang diletakan di atas meja oleh Kanaya

"Beri kabar secepatnya!" Titah Ares pada seseorang yang ia hubungi

Ares kembali meletakan ponsel itu di sakunya. Selesai makan dia berjalan ke kamar Dario dan melihat-lihat kamar itu

"Hm?" Ares menaikan sebelah alisnya saat melihat sesuatu menghilang dari lemari putranya

"Why he brings the gun?" Gumam Ares

Ares selalu tahu bahkan hafal isi kamar Dario dengan baik. Makanya, dia bisa langsung tahu apa yang hilang dari kamar itu dengan cepat. Jumlah koleksi, buku, tas, sepatu, dan pakaian serta kebutuhan Dario sudah dihafal Ares di luar kepala dan Ares tahu sebuah pistol sudah menghilang dari lemari putranya

"Hhh..." Ares menghela napas

.....

Ujian... Satu kata yang selalu sukses membuat seorang Dario merasa kesal dan nyaris frustasi. Soal ujiannya memang tidak banyak hanya tiga nomor, tapi, memiliki anak dari a sampai dengan h dan setiap pertanyaan menghabiskan seperempat lembar jawaban

"Anjirr! Soalnya susah banget!" Gerutu Ren

"Emang" sahut Lean setuju

"Pasti Rio penuh deh" ujar Ren lagi

Dario hanya diam. Dia memilih menyantap makan siangnya. Makanan di kantin kampus yang baru dia beli lebih tepatnya. Dario melirik ke arah pintu masuk kantin. Tanpa sadar dia tersenyum

'Dia datang' batinnya

"Cie...cie..." Goda Elethea pada sepupunya itu

"Apa?" Tanya Dario

"Nggak usah sok polos kak, keliatan kok itu" goda Elethea lagi

Dario menggindikan bahunya. Sejenak ia mengernyit saat kepalanya sedikit berdenyut

"Gue balik ya" ujar Dario

Ketiga sepupunya mengangguk sambil bergumam 'hn' sedangkan Lean sibuk menghubungi kekasihnya yang hilang kontak sejak seminggu belakangan dan Ren yang masih menggodanya dengan lebay. Dario menenteng tasnya dan berjalan ke dalam area parkir

"Hm?" Dario berhenti. Dia merasa seseorang mengamatinya. Tak mau ambil pusing, dia melanjutkan langkahnya. Dario mendengus melihat ban mobilnya di kempeskan dengan sengaja oleh seseorang

"Hhh...!" Dario menghela dengan kasar. Dia mengambil earphone wireless miliknya dan menempelkan benda yang sangat kecil itu di telinganya. Dario berjalan pulang dengan kepala pening

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang