"Under arrest? Atas tuduhan apa?" Tanya Dario dengan tenang
"Pelabuhan itu milik anda bukan?"
"Ya. Lantas?"
"Beberapa hari yang lalu, Richard Joran menghilang dari kediamannya. Semalam kami menemukan jasad-nya di laut Andlesia dan di area pelabuhan anda"
"Siapa?"
"Richard Joran"
"Maaf. Saya tidak mengenalnya"
"Anda tidak mengenal Richard Joran?"
"Melihat wajahnya saja belum pernah. Bagaimana saya mengenalnya? Lagi pula saya baru dua tahun disini"
Pria itu mengeluarkan foto Richard Joran. Dario menatap foto itu dengan tatapan heran
"Saya tidak pernah melihatnya. Jadi, apa hubungannya kematian dia dengan saya?"
"Kami mencurigai anda melakukan tindakan pembunuhan terhadap tuan Richard Joran"
"Kalian ingin menangkap saya?"
Keempat pria itu diam. Dario berdiri dan membenarkan letak jas-nya
"Silahkan" ujar Dario
Keempat pria itu justru malah terdiam di tempat mereka. Dario begitu tenang dan tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Mereka bahkan tidak bisa membaca apapun dari wajah Dario. Tak lama pintu ruangan itu terbuka dan menampakan wajah pemilik perusahaan Xav. Xavierro Malvares Dimitry
"Maaf. Ada urusan apa sampai kalian berkunjung kesini?" Tanya Ares
"Mr. Dimitry. K-ka-kami sedang menanyakan sesuatu pada Mr. Alexander" jawab salah satu dari mereka
"Apa yang dilakukan putraku sampai pihak kepolisian beserta ketuanya datang langsung kesini?" Ujar Ares dengan penekanan pada kata "putraku"
Keempat pria disana terbelalak kaget mendengar ucapan Ares. Mereka hanya mengira kalau Dario adalah orang kepercayaan Ares. Bahkan mereka sebenarnya mengira pelabuhan itu dibeli Dario dari hasil merampok Richard Joran
"Putra anda sir?" Tanya sang ketua polisi
"Ya. Putraku satu-satunya. Ada apa? Apa yang dilakukan olehnya sampai kalian datang kesini?"
Ketua polisi menggeleng pelan. Dario membaca situasi dengan cepat
"Maaf. Sir. Bukankah anda ingin "membawa" saya ke kantor anda?" Tanya Dario
Ketua polisi itu meneguk ludahnya dengan perlahan. Matanya melirik ke arah Ares dengan takut. Dario mengikuti arah pandangan ketua polisi itu
"Jika anda memang membutuhkan saya untuk ikut dengan anda, saya tidak keberatan" ujar Dario lagi
Ares cukup terkejut mendengar ucapan Dario. Tapi, Ares yakin kalau putranya tidak bersalah. Dario tidak akan berani menantang seseorang jika dia bersalah. Sementara dalam benak Dario, meski dia membunuh seorang Richard Joran sekalipun, Dario menganggap itu bukan salahnya. Karena Richard Joran lebih dulu mengusiknya
"B-baiklah. Mari kita ke kantor" ujar ketua polisi itu
"Tidak memborgol saya sir?"
Pertanyaan Dario membuat Ares mengernyit. Sementara ketua polisi itu langsung mengeluarkan keringat dingin karena takut
"Borgol? Memang mereka mau menangkapmu Alex?" Tanya Ares
"Hm... Kurang lebih begitu"
Seketika tatapan mata Ares menajam. Dia menatap keempat polisi itu dengan tatapan sangat menakutkan. Sementara Dario justru menepuk bahu ketua polisi dan mengajak keempat polisi itu untuk berangkat. Ares memandangi punggung putranya yang keluar dari ruangan itu
"Len!" Ares menghubungi anak buahnya dengan cepat
"Cari tahu penyebab polisi itu menangkap Alex. Lima menit lagi laporkan padaku!" Ares menutup sambungan telepon itu tanpa mendengar ucapan dari Len
Dario duduk di kursi interogasi. Dia duduk dengan santai. Ketua polisi duduk di hadapannya dengan membawa sebuah map
"Baiklah Mr. Alexander. Saya akan bacakan hak-hak anda dalam interogasi ini" ujar sang ketua polisi
Dario mengangguk saja. Ketua polisi itu mulai membacakan hak-hak milik Dario. Dario hanya diam. Di hati dan pikirannya hanya ada Caroline. Otak terus menanyakan kabar gadisnya itu
"Nah Mr., mari kita mulai sesi interogasi ini" ujar ketua polisi itu lagi dan Dario kembali mengangguk
"Siapa nama anda?"
"Dario Alexander"
"Nama lengkap anda Mr?"
"Dario Alexander Lucio Malven Dimitry"
"Anda anak keberapa?"
"Pertama dan satu-satunya anak laki-laki dari ayah dan ibuku"
"Nama orang tua anda Mr?"
"Kanaya Angela Malven Dimitry dan Xavierro Malvares Dimitry"
"Tanggal lahir anda sir?"
"27 Desember"
"Berapa jumlah saudara anda?"
"Saudara kandungku hanya satu. Dan saudara sepupuku ada delapan orang"
"Kapan anda mulai bekerja?"
"Sejak usiaku 22 tahun. Ayahku menyuruhku mengurus cabang dari perusahaannya dan aku memiliki sebuah club malam"
"Umur anda sekarang?"
"24 tahun. Dan club malam milikku sudah bercabang 5 di Andlesia"
"Sejak kapan anda membeli pelabuhan Andlesia?"
"Sekitar lima hari yang lalu"
"Alasannya?"
"Aku menyukai tempat itu. Kebetulan Mr. Swavsky membutuhkan uang Cash dalam waktu cepat. Lagi pula menurutku mempunyai sebuah pelabuhan bukanlah bisnis yang merugikan"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...