Dario menenteng tiga paper bag dari beberapa brand ternama di tangan kirinya. Tangan kanannya menekan tombol lift menuju ke penthouse-nya
"Sweetheart?" Panggil Dario saat tidak menemukan Caroline di ruang tv yang tepat berada di seberang lift
Tidak menemukan Caroline dan hanya mencium bau masakan. Dapat di pastikan pelayan mereka sedang memasak. Tapi, dimana gadisnya?
"Zeva" panggil Dario
"Ya sir"
"Dimana Caroline?"
"Miss ada di kamar sir. Beliau bilang beliau mengantuk"
Dario mengangguk dan langsung beranjak menuju ke kamar mereka. Hari ini dia akan tinggal di penthouse. Tidak pergi ke Le Ciel. Dario membuka pintu kamar mereka dengan perlahan dan menemukam Caroline terlelap dengan ponsel di tangannya. Dario hanya bisa tersenyum lembut. Dia memindahan ponsel di tangan Caroline ke nakas dan dia mulai mencium kening juga pipi Caroline
"Sudah pulang?" Tanya Caroline dengan mata terpejam dan suara serak khas baru bangun tidur
"Sudah. Kamu belum makan malam, kan? Ayao bangun dan kita makan malam dulu"
"Sepuluh menit lagi. Aku masih mengantuk"
Dario mengusap rambut Caroline dan mencium kening gadisnya sekali lagi sambil tersenyum
"Baiklah. Aku mandi dulu kalau begitu" ujar Dario yang disahuti dengan gumaman aja dari Caroline
Caroline sedikit merasa kecewa. Setelah kejadian dia masuk rumah sakit dan segala hal yang terjadi setelahnya, Dario jadi jarang berada di rumah. Bukan menemaninya, Dario justru sering meninggalkan dia sendiri dan itu membuat dia sedikit kesal. Caroline bangkit dari tidurnya, dia menyiris asal rambutnya dan melepaskan semua pakaiannya sembari beranjak menuju walk-in closet
Caroline menghela napasnya. Dia mengambil sebuah kaus panjang yang bisa dijadikan rok olehnya dan dia segera berjalan keluar dari kamarnya menuju ke meja makan dengan bertelanjang kaki
"Miss. Anda sudah bangun?" Sapa Zeva
Caroline hanya mengangguk dan duduk di mejanya. Dia mengambil makan malamnya dan memakan makanan itu dalam diam. Tidak butuh waktu lama sampai Dario datang dan ikut makan bersamanya. Dario mengernyit heran saat Caroline sama sekali tidak menatapnya padahal biasanya, gadisnya itu akan tersenyum dan menatapnya dengan penuh kelembutan
Selesai makan, Caroline langsung masuk ke kamarnya kembali. Meninggalkan Dario yang masih heran dengan kelakuan gadisnya
'Apa bawaan ibu hamil?' Pikir Dario heran
"Zeva, setelah kamu selesai dengan pekerjaanmu, kamu boleh pulang" ujar Dario
"Baik sir" ujar Zeva tanpa bertanya lebih banyak
Dario menyusul Caroline ke kamar mereka dan melihat gadisnya tengah berdiri di dekat jendela sambil menatap langit malam yang agak mendung hari ini
"Sweetheart... Apa aku membuatmu kesal?" Tanya Dario sambil memeluk gadisnya dari belakang dan mencium puncak keoala gadisnya
"Jangan diamkan aku sweetheart.." Pinta Dario
Caroline menghela napas dan akhirnya berbalik. Dario menundukkan kepalanya mencoba mencari tahu letak kesalahannya yang membuat kekasihnya kesal. Dario melihat gadisnya tersenyum padanya, meski baginya senyum itu tidak seindah biasanya
"Apa aku membuat kesalahan dan membuatmu kesal?" Tanya Dario dengan lembut, kedua tangannya mengusapi pipi Caroline
"Tidak. Kamu tidak membuat kesalahan apapun dan tidak juga membuatku kesal" ujar Caroline 'hanya membuatku sedikit kecewa' sambungnya dalam hati
Dario menggelengkan kepalanya. "Jangan bohong! Aku tahu kamu pasti kesal padaku dan aku pasti sudah melakukan sesuatu sampai kamu memikirkannya dalam pikiranmu. Please, marah saja padaku atau pukul saja aku tapi, tolong jangan memikirkannya terus. Terlebih jika itu sampai membuatmu stress. Tolong jangan lakukan"
'Pikiranmu hanya pada anakmu' batin Caroline
"Aku tidak memikirkan baby di perutmu, maksudku ya aku memikirkannya tapi, aku lebih takut melihatmu kesakitan seperti kemarin. Please, jangan sampai seperti kemarin. Aku takut terjadi sesuatu padamu" ujar Dario seolah dia dapat mendengar ucapan di hati Caroline
Mau tidak mau Caroline tersenyum. Dia berjinjit dan mengecup bibir Dario singkat lalu, dia memeluk Dario dengan erat
"Aku tidak apa-apa. Tidak memikirkan apapun. Oh! Sebenarnya ada"
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Kenapa kamu masih disini padahal seharusnya kamu ada di mobilmu dan sedang dalam perjalanan menuju Le Ciel?"
Dario terkekeh kecil. Dia menjauhkan diri dari Caroline tanpa melepaskan pelukannya. Sekali lagi dia mengecup kening Caroline dengan bonus di bibir gadis itu
"Aku sedang ingin menemanimu. Makanya, hari ini aku ada di penthouse. Oh iya. Aku punya sesuatu untukmu"
"Apa?"
Dario menarik pelan tangan Caroline dan menunjukan paper bag yang dia bawa
"Buatku?" Tanya Caroline dan Dario mengangguk
"Untuk apa?"
"Kamu tahu keluarga Keant dan Koflain?"
"Ya... Lalu?"
"Kita akan datang ke acara pernikahan anak mereka"
"Kita? Acara pernikahan? Bukankah mereka sudah menikah waktu itu?"
"Ya, tapi resepsinya gagal karena penyerangan pada Daverick"
"Siapa?"
"Pria yang menolongmu saat dulu tanganmu terluka. Dia sahabatku, calon adik iparku dan kakak sepupu Jeanna Louisa Atradcy Keant"
"Kita kesana? Bukankah ada dad disana?"
"Iya. Tapi, tenang saja. Kamu sekretarisku dan Gael asistenku. Wajar kalau kalian berdua ada disana"
Caroline mengangguk paham
"Jadi?"
"I'll go with you Xander"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Roman pour AdolescentsSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...