"Benarkah? Sampai seperti itu?" Caroline tertawa geli mendengar cerita komedi yang diceritakan oleh Zeva. Saat ini dia dan Zeva tengah duduk di sebuah Cafe, tentu saja Fioz, Neo, beberapa anak buah Fioz dan Neo, dan ayah dari Cello juga ikut mengawal mereka
Caroline terbahak mendengar cerita komedi itu. Bibirnya tidak berhenti tersenyum dan tertawa. Sesekali Caroline menyesap susu cokelat yang dia pesan. Dia memang tidak terlalu menyukai susu putih dan demi bayi-nya Dario terus menjejalkan susu putih padanya
"Auwh..." Ringis Caroline masih sambil tertawa
"Miss, anda baik-baik saja?" Tanya Zeva khawatir saat Caroline meringis
"Aku baik, hanya saja pipiku sakit terlalu banyak tertawa"
Zeva menghela lega. Mereka melanjutkan acara mengemil mereka. Memang sejak mengandung sampai saat ini Caroline sangat suka mengemil. Usia kandungan yang menginjak minggu ke-8 pun membuat Dario sedikit- ah tidak bukan sedikit tapi sangat banyak bertambah protective pada Caroline dan calon bayi mereka
"Miss, sir menelpon anda" ujar Zeva saat ponsel Caroline bergetar di atas meja mereka
"Biarkan saja! Aku sedang kesal padanya!"
"Miss, sir melakukan itu tidak sengaja. Lagi pula, sir kan sudah mempersiapkan semuanya. Siapa yang menyangka kalau saat itu beliau malah ditarik ikut ke Celztia oleh Mr. Dimitry?"
"Aku tahu Zeva. Hanya saja aku masih kesal padanya! Dia menjanjikan menikahiku bulan ini tapi dia malah mengingkarinya!"
"Tapi, sir tidak sengaja miss"
"Aku tahu. Makanya, biarkan aku kesal dulu padanya. Baru nanti aku tidak akan mempermasalahkannya"
Zeva hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan calon istri boss-nya. Kenapa Calon Istri? Karena Dario memang secara tidak sengaja membatalkan pernikahan mereka. Bukan Dario tidak mau menikahi Caroline tapi, keluarganya yang seenaknya saja menarik dia ke Celztia untuk membicarakan hal yang katanya sangat penting
Caroline berbincang singkat dengan Zeva di cafe itu. Sesekali Zeva melucu hingga Caroline tertawa. Caroline tidak terlalu kesal sebenarnya. Hanya saja, entahlah. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa marah pada Dario padahal, biasanya tidak
"Eh Zeva, apa perutku mulai membuncit?" Tanya Caroline sambil berdiri
"Belum miss. Setahu saya, biasanya perut baru akan buncit saat usia kandungan empat bulan miss"
"Benarkah?"
Zeva mengangguk. Dia mengiyakan ucapannya sendiri. Caroline kembali duduk dan menyesap susunya. Dia melirik jam tangannya dan mengajak Zeva untuk pergi dari tempat itu. Tanpa dia sadari seseorang menguping pembicaraannya dengan Zeva
"Kita kemana miss?" Tanya Neo
"Ke Le Ciel saja. Xander ada disana kan?"
"Sepertinya begitu miss"
Caroline mengangguk dan memasuki mobilnya menuju ke Le Ciel. Memang masih jam dua siang tapi, biasanya kalau Dario tidak ada meeting siang di Xav company, dia akan pergi ke Le Ciel
"Xander..." Panggil Caroline sambil membuka pintu ruangan Dario dan dia segera mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat melihat ada orang lain di ruangan itu
"Maaf, sepertinya aku mengganggu kalian" ujar Caroline
Caroline tidak keluar, dia memilih masuk dan melangkah ke kursi kebesaran Dario lalu, dia duduk disana dengan santai. Matanya menatap Dario dan tamu di sebelah Dario
'Duh, nak... Maafkan Daddymu ya. Daddymu sudah tergoda oleh mantannya' batin Caroline, diam-diam tangan Caroline mengusap perutnya
"Silahkan lanjutkan. Anggap saja saya tidak melihat" ujar Caroline sambil membuka map di depannya. Map yang berisi laporan penjualan kemarin malam
"Lex! Kamu harus percaya sama aku!"
"..." Dario tidak menjawab dia malah menatap Caroline yang tengah berkutat di mejanya
"Lex! Dia itu gak pantes buat kamu!"
"Lalu? Siapa yang pantas untukku? Kau, Sharron?" Ujar Dario dengan kekehan yang merendahkan
Dario menghampiri Caroline dan hal itu membuat Sharron kesal. Saking kesalnya sampai dia menjerit pada Dario
"Dia sedang hamil Lex! Hamil!! Aku mendengarnya sendiri tadi! Siapa yang tahu anak itu anak dari pria mana?! Dia mungkin akan menjebakmu untuk menikahinya!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...