86. Caroline Ngidam

11K 496 4
                                    

"Dia di dalam?" Tanya Dario

Gavel hanya menganggukan kepalanya. Dario melangkahkan kakinya menaiki anak tangga dari private jet-nya

"Sir" panggilan itu membuat dia berhenti

"Maaf sir. Apa kita harus menunda keberangkatannya? Mrs. terlihat sangat sedih tadi. Sejak kami membawanya ke rumah sakit sampai sekarang, Mrs. hanya termenung saja sir" ujar Cello memberikan laporan pada Dario

Dario menghela napasnya. Dia mengangguk. "Tunda lima belas menit" ujarnya sebelum melanjutkan langkahnya

Cello segera memberitahu pilot untuk menunda keberangkatan. ssementara Dario memasuki kamar yang ada di pesawat itu. Dia melihat Caroline hanya duduk di ranjang tanpa melakukan apapun. Tatapan matanya kosong, Dario menghampirinya sambil melepas jas dan dasi miliknya. Dia duduk di sisi kosong ranjang dan menarik wajah Caroline untuk menatapnya. Hati Dario mencelos saat melihat jejak air mata di pipi putih gadisnya dengan perlahan dan sangat lembut Dario mengusap sisa air mata itu dari pipi gadisnya dan memeluk sang gadis dengan erat

"Maaf. Harusnya aku tidak meninggalkanmu tadi. Maaf" ujar Dario tulus

Tangis Caroline pecah saat itu juga. Dia menangis dengan keras dan memeluk Dario dengan sangat erat. Sungguh, hati Dario seperti diiris-iris saat mendengar isakan Caroline yang begitu memilukan. Rasanya sangat menyakitkan. Dario membiarkan Caroline menangis dalam pelukannya, dia hanya menggumamkan maaf berkali-kali untuk Caroline

"Maaf sweetheart, maafkan aku" gumam Dario dengan amat lirih

Pesawat sudah lepas landas bersamaan dengan Caroline yang sudah tertidur. Meski Caroline sudah tertidur, Dario tetap mendekap Caroline dengan erat. Matanya terus menatap gadisnya yang tengah terpejam dengan napas yang masih sedikit sesenggukan. Dario mengecupi kening dan puncak kepala Caroline yang terbaring di sisinya, sebelah tangannya merengkuh erat badan mungil Caroline, sementara sebelahnya lagi mengusapi pipi dan sisa air mata Caroline

"Maaf" ujarnya

Tak lama ponsel Dario bergetar membuat Dario sedikit bergeser dan mengambil ponsel itu dari saku celananya. Dia melihat sebuah pesan masuk dari Daverick

"Pelakunya sudah diurus oleh bokap dan uncle2 lo. Jangan dipikirin lagi! Ada pesen g buat pelakunya?"

Dario tersenyum kecil saat mengetahui pelakunya sudah ditangkap. Tak lama rekaman suara pelaku dikirimkan oleh Daverick. Dari rekaman itu jelas si pelaku mengucapkan dia sengaja melibatkan Caroline dengan alasan dia cukup dekat dengan Dario

"Titip tampol yang paling kenceng sama titip pukulan baseball dari besi di tangannya sampe remuk" Dario menjawab segera pesan Daverick dan selanjutnya dibalas dengan dua huruf oleh Daverick. "ok"

........

"Sudah bangun sweetheart?" Tanya Dario

Saat ini mereka sudah sampai di penthouse lebih tepatnya di kamar mereka dan posisi Dario tidak berubah sama sekali. Dia terus mendekap Caroline sepanjang malam tanpa tidur. Dia sungguh merasa bersalah pada gadisnya

Mata Caroline mengerjap, sebelum dia kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Dario. Dia menarik erat kemeja Dario yang sudah kusut, membuatnya semakin kusut

"Maafkan aku sweetheart" ujar Dario sembari mendaratkan kecupan sayang bagi Caroline di puncak kepalanya

"Tidak apa-apa. Aku rasa baby kita sedikit terkejut kemarin" jawab Caroline jujur. Dia memang merasa heran juga, biasanya walaupun dibentak dengan keras, Caroline tidak pernah seperti kemarin. Jadi, Caroline mengambil kesimpulan kalau bayi di perutnya cukup kaget

"Grandma menitipkan terima kasih untukmu" Dario merasakan Caroline mengangguk dalam pelukannya

"Lalu, mom" Dario kaget saat badan mungil itu tersentak karena dia menyebut ibunya. Dario mengusap sayang punggung Caroline, sebelum dia melanjutkan ucapannya

"Dia meminta maaf padamu atas perlakuannya"

"Sudah aku maafkan. Bukan salah mom kalau mom melakukan itu padaku" gumam Caroline

Dario mengusap lagi punggung Caroline sebelum menggendong gadisnya menuju ke kamar mandi. Tentu saja Caroline menjerit kaget

"Kamu harus mandi, lalu sarapan. Semalam kamu tidak makan sama sekali"

Caroline mengangguk. "Kamu benar, anak kita dan aku kelaparan" ujarnya membuat Dario terkekeh

Selesai dengan acara mandi, Dario menggendong keluar Caroline yang masih berbalut bathrobe seperti dirinya. Dario mendudukan Caroline di ranjang sementara dia berjalan ke walk-in closet untuk mengambil keperluan Caroline

"Aku bisa memakainya sendiri, Xander" gerutu Caroline. Bayangkan saja betapa merahnya wajah Caroline saat ini. Dario kini tengah memaksa untuk memakaikan Caroline semua pakaiannya. Garis bawahi kata semua

"Tanganmu sedang luka sweetheart, lagipula aku sudah melihat semuanya dulu. Saat kita membuat baby ada di perutmu. Lalu, tadi juga. Jadi, kenapa masih malu padaku?"

Mau tidak mau Caroline membiarkan Dario memakaikannya pakaian-pakaiannya

"Tidak mau kaus itu dan celana itu!" Sungut Caroline saat Dario ingin memakaikannya kaus putih miliknya

"Lalu? pakai apa?"

"Kemejamu saja"

"Hah?"

Caroline memukul pundak Dario saat wajah tampan itu melongo akibat ucapannya

"Kemejamu Honey! Aku mau pakai kemejamu!" Rengek Caroline

Dengan segera Dario kembali ke walk-in closet dan mengambil kemeja hitamnya. Dario kembali dan memakaikannya pada Caroline. Kemeja itu menjadi rok mini bagi Caroline

"No! I don't want to wear the short pants"

"Then?"

"Just like this. Sana kamu pakai baju"

Dario segera masuk ke walk-in closet dan mengambil pakaiannya sambil berpikir heran

'Caroline itu lagi ngidam ya?'

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang