Dario masih menatap gadis yang sudah seminggu kerja di tempatnya. Dario sering kali tersenyum tipis melihat tingkah Caroline. Untuk urusan dengan Ares, Dario sudah berdamai dengan ayahnya. Dario tidak lagi mempermasalahkan jika dia harus membantu mengurus kantor cabang. Karena bayaran yang dia dapatkan setimpal, yakni, Le Ciel menjadi miliknya seutuhnya. Ares mencabut namanya dari kepemilikan Le Ciel dan memberikan club itu pada Dario sepenuhnya. Dan Dario bebas mengembangkan club itu kemana pun yang dia mau
"Sir, maaf. Besok anda ada jadwal meeting dengan perusahaan Xeina co." Ucap Gael pada Dario
"Jam berapa?"
"Jam 12 siang tuan. Selain itu anda diundang untuk datang ke acara peresmian gerai baru milik sir. Lionel pada pukul 7 malam sir"
Dario mengangguk "Tinggalkan undangannya di meja. Biar nanti aku lihat" ujarnya
Gael melalukan semua yang diperintahkan oleh Dario. Dario sendiri kini melangkah mendekati Caroline yang sedang mengantar minuman ke salah satu meja. Dario tahu orang yang duduk di meja itu adalah pemilik toko roti di ujung jalan dan sangat mata keranjang
"Pardon, sir. Sesuai ketentuan anda tidak boleh menyentuh karyawan kami, terlebih pada tempat yang tidak seharusnya" ujar Dario santai sambil mencekal tangan pria itu
Caroline menoleh dan baru menyadari jika tamunya hampir saja memegang bokongnya jika Dario tidak menangkap tangan pria itu
"Caroline" Caroline menatap Dario
"Ke ruangan saya. Ada yang mau saya bicarakan" ujar Dario sambil menghempas tangan pria itu dan berjalan menjauh
Caroline dengan segera mengekor di belakang Dario masih dengan membawa nampan bekas minuman di tangannya
"Duduk disana!" Titah Dario saat mereka sampai di ruangan Dario
Caroline duduk di sofa dengan nampan masih berada di tangannya. Dario sendiri duduk di kursi kebesarannya dan mulai meneliti satu per satu map yang ada di atas mejanya
"Maaf, sir. Sir ada perlu apa dengan saya?" Tanya Caroline sopan saat lima belas menit sudah berlalu tanpa pembicaraan apapun
Dario mengangkat kepalanya sekilas dan menatap manik cokelat milik Caroline
"Gak ada"
"Hah?"
"Gue cuma gak suka ngeliat lo yang notabene-nya pegawai gue jadi korban pelecehan"
Caroline hanya ternganga mendengar jawaban Dario. Setelah tercengang beberapa saat, Caroline menutup kembali mulutnya dan bangkit berdiri
"Kemana?" Tanya Dario
"Lo lagi nanya?"
Dario menaikan sebelah alisnya dan memberikan tatapan 'menurut lo?' Pada Caroline
"Ya kali aja, lo cuma ngomong asal. Abis datar bener itu omongan. Gak ada nadanya udah kayak tripleks" ujar Caroline
"Saya mau balik kerja sir" lanjut Caroline
"Kerja?" Caroline mengangguk
"Besok ikut gue"
"Kemana sir?"
"Sssttt... Lo gak perlu tahu"
"Jam berapa?"
"1 p.m."
"Oh. Okey"
Caroline, segera keluar dari ruangan Dario dan kembali melayani tamu di lantai satu. Dalam hati Caroline bertanya, dimana mereka akan bertemu? Caroline ingin kembali ke ruangan Dario untuk bertanya tapi, dia urungkan
"Biarlah, nanti juga dia bilang" gumam Caroline pelan
Caroline kembali melayani tamu. Dan saat dia sedang berdiri di dekat pintu masuk, seseorang memeluk pinggangnya erat. Caroline sempat berpikir kalau tangan itu milik pria hidung belang
"It's me babe" ujar pria itu
Seketika tubuh Caroline menegang. Dia berbalik dan menemukan mata hijau milik kekasihnya kini tengah menatapnya dengan tatapan kesal dan marah
"Damien" panggil Caroline
Tanpa menjawab Caroline dia langsung menarik gadis itu keluar dari Le Ciel dengan paksa dan sempat membuat keributan disana
"Damien... Lepas!" Ujar Caroline sambil berusaha melepaskan cekalan di lengannya
Caroline digeret keluar dengan paksa dan dilemparkan ke dalam mobil
"Damien! Kita mau kemana?" Tanya Caroline takut
"Kemana? Menurut mu kita kemana?"
Caroline hanya bisa mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dia berharap ada orang baik yang bisa menolongnya. Damien mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Caroline memejamkan mata dan mencengkram seatbelt dengan erat
'This jerk! What he wants to do to me?'
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...