72. The Night

11.9K 505 2
                                    

Caroline mengeratkan pelukannya di pinggang Dario sebelum dia melanjutkan ucapannya.

"Dulu juga waktu aku masih berumur lima tahun, seseorang berpakaian sangat rapi sering datang ke rumah orang tua angkatku. Setiap dia datang, dia selalu menanyakan tentangku dan terus begitu sampai usiaku 14 tahun. Saat itu sedang hujan salju dan itu terakhir kali dia datang ke rumahku. Atau mungkin dia masih datang sampai sekarang? Entahlah. Yang jelas itu terakhir kali aku melihatnya"

"Kenapa begitu?"

"Karena setelah itu ayah angkatku mengajakku ke Vranzia dan meninggalkan aku disana. Sejak saat itu aku berusaha menghidupi diriku sendiri. Lalu, aku bertemu dengan boss-ku. Dia membawaku ke markas mereka dan mendidikku menjadi seorang secret agent"

"Kenapa kamu berhenti?"

"Karena mereka berencana menggulingkan tahta kerajaan Marvinia dan aku tidak tertarik dengan itu. Aku melarikan diri dan meninggalkan surat pengunduran diri disana"

Dario mengangguk paham. Dia menundukan kepalanya dan mencium puncak kepala sang gadis. Di bibirnya terukir senyuman hangat untuk gadisnya

"Sudah malam. Lebih baik kamu tidur" ujar Dario

Caroline menyandarkan kepalanya di dada Dario dan mulai memejamkan matanya. Tangan Dario masih setia mengusap punggung gadisnya itu dengan lembut sampai dia sendiri ikut terlelap

........

Four month later

Caroline mengambil sebotol air mineral dari kulkas dan menenggak habis isinya. Hari masih siang dan Dario sedang sibuk dengan semua bisnisnya. Dario meminta ayahnya untuk mengambil alih kembali perusahaan yang kini ditangani olehnya. Caroline duduk di sofa dan menonton beberapa berita. Matanya menangkap sesosok orang yang pernah menolongnya kini ada di salah satu acara TV

"Ah.... Ternyata dia itu pangeran Ardlan" gumam Caroline

"Gadis itu mirip dengan Xander. Walau lebih mirip dengan ibunya Xander sih..." Ujarnya saat melihat foto Daverick muncul di layar TV tengah berpelukan dengan gadis itu

"What? Dia putri kesayangan keluarga Dimitry? Adiknya Xander dong?" Pekik Caroline saat mendengar penjelasan tentang gadis itu

Tak lama lift penthouse terbuka dan menampakan Fioz tengah berdiri atau lebih tepatnya melangkah ke arahnya dengan membawa sebuah kotak di tangannya

"Untuk siapa?" Tanya Caroline saat kotak itu diletakan di atas meja di depannya

"Untuk sir. Tadi seorang kurir menitipkan kepada saya" ujar Fioz

Caroline mengangguk. Dengan segera Fioz kembali ke lift dan menghilang bersamaan dengan pintu lift yang tertutup. Rasa penasaran membuat Caroline menghubungi Dario

"Honey?"

"Ya?"

"Ada paket datang ke penthouse dan itu untukmu. Boleh aku membukanya?"

"Hn. Sure"

"Masih ada Mr. Xaveirro disana?"

"Yes"

"Okey then. See you later. Beritahu aku kalau beliau mau berkunjung kesini, agar aku bisa melarikan diri"

"Yes, I understand"

Caroline meletakan ponselnya di atas meja. Dia berdiri dan mengambil gunting di lemari. Caroline membuka kotak itu dan di dalamnya berisi sebuah champagne. Caroline memutuskan mengambil gelas dan membuka champagne itu. Caroline meminumnya. Dia tersenyum dengan rasa cairan yang masuk ke kerongkongannya

"Always make me satisfied" puji Caroline pada minuman di tangannya. Caroline menuangkan lagi champagne itu ke dalam gelas dan kembali meminumnya

"Oh dear... Why my body feels so hot?" Gumam Caroline setelah dia meminum tiga gelas minuman itu

Caroline berjalan menuju kamarnya dan memilih berendam dengan air dingin

"Still hot!" Oceh Caroline setelah keluar dari kamar mandi hanya dengan bathrobe dan tubuhnya masih merasa sangat panas. Padahal, Caroline yakin di tidak demam

Pukul empat sore Dario kembali ke penthouse-nya. Dia mengernyitkan keningnya saat melihat ruang TV merangkap ruang tamunya kosong. Padahal biasanya Caroline akan ada disana

"Sweetheart?" Panggil Dario

Tidak ada jawaban. Dario mengambil Champagne itu lalu meminumnya dalam beberapa tegukan besar

"Ini baru dibuka" gumam Dario. Memang jarak Caroline menelepon dengan saat ini hanya berselang satu jam saja

Dario melangkah ke dapur ketika dia merasakan badannya mulai panas. Dario mengernyit

"Shit!" Umpat Dario saat menyadari apa yang dia minum. Dario mengambil ponselnya dan menghubungi Fioz

"Yes sir?"

"Paket di meja siapa yang mengantar?"

"Kurir sir"

"Cari kurir itu dan bawa ke tempat biasa!"

"Yes sir!"

Dario melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya. Berniat merendam badannya dalam bathtub. Mata Dario terbelalak begitu dia membuka pintu kamarnya

"Damn!" Umpat Dario saat melihat Caroline terbaring di atas ranjang hanya dengan memakai sebuah bathrobe

"Honey..." Rengek Caroline padanya

"Help me! My body feel so hot" ujar Caroline lagi

Dario meneguk ludahnya kasar. Tiba-tiba saja kerongkongannya terasa kering. Dario berbalik dan berniat keluar dari kamarnya jika saja Caroline tidak menangis

"Shit!" Umpat Dario lagi

Dario tidak menghiraukan tangisan Caroline. Dia melangkah keluar tapi, kedua tangan Caroline memeluk pinggangnya erat

"Help me!" Lirih Caroline sambil terisak

"Sweetheart sebaiknya aku tidak di dekatmu untuk saat ini"

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin menyakitimu baby. Lepaskan aku ya?"

Caroline menggeleng. "Lihat aku" pintanya

Dario menggeleng. Kewarasannya masih cukup tinggi. Dario melepas paksa tangan Caroline dan melangkah menjauh

"Kamu sudah tidak sayang padaku, honey?" Ucapan Caroline membuat Dario terhenti

"Justru karena aku menyayangimu, makanya aku pergi"

"Bohong! Kau sudah tidak sayang lagi padaku!!"

Dario mendesis. Dia berbalik dan menarik tengkuk Caroline. Dario mencium bibir Caroline, cukup lama sampai mereka kehabisan stok udara di paru-paru mereka

"Kamu yakin tidak akan menyesal?" Tanya Dario dengan suara serak dan nada rendah. Hidung mereka saling bersentuhan. Dario menatap lurus mata cokelat milik gadisnya

"Jika itu kamu, aku tidak akan menyesal" mendengar jawaban itu Dario langsung menggendong Caroline ke dalam kamar mereka dan mengunci pintu kamar mereka rapat-rapat

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang