Dario menenteng ranselnya dan berjalan santai menyusuri koridor Kanzpia National University. Telinganya tersumbat oleh earphone. Matanya melihat ke arah kelasnya
"Rio...." Teriak teman-temannya yang juga berkuliah disana
Dario hanya diam dan duduk di kursi yang sudah jelas di tempati oleh teman-temannya
"Apa kabar lo?" Ren bertanya
"Biasa aja. Gimana Luce?"
Ren menghela napas. Tanpa ditanyakan lagi pun Dario sudah tahu arti helaan napas itu
"Masih belum ingat ya?" Ujar Lean
Ren hanya bisa mengangguk. Dario pun hanya bisa tersenyum kecut. Dia memang tahu Luce alias Lucifer alias Daverick mengalami Amnesia. Hanya saja, dia masih belum percaya kalau teman baiknya itu tidak kunjung mengingat tentang apa yang terjadi selama beberapa tahun ini
"Dia dikuliahin dimana?" Tanya Dario lagi
"Katanya sih disini. Tapi, lo tahu dia kan... Kalau pintarnya sudah keluar ya..." Jawab Ren
"Jangan bilang dia loncat kelas?" Ujar Lean penasaran
Ren mengangguk
"Sumpah lo?" Tanya Lean lagi
Ren mengangguk lagi "langsung semester 3"
Dario hanya bisa tersenyum kecut. Kehilangan satu temannya lagi. Setelah Daverick sadar tapi, amnesia, Daverick langsung terkurung dalam Ar mansion. Rayzen melarang Daverick keluar dari rumahnya. Bahkan acara kelulusan saja dilewatkan oleh sahabatnya itu. Setelah lulus, Nathan ditarik sang ayah untuk kuliah di Marvinia, negara asalnya. Aaron, Kellyn, Gabriella, Elethea, dan Jeanna masih berada di Sky dan baru memasuki kelas 11 dan 12
"Hey!"
Suara itu membuat Dario dan kedua temannya menoleh. Daverick ada disana, berdiri di samping meja mereka
"Lah? Bukannya lo loncat kelas?" Tanya Ren
Daverick hanya tersenyum kecil
"Gue rasa ngerasain jadi maba di seminggu pertama nggak buruk juga"
Dario berdiri dengan senyum kecil di bibirnya. Dia menyalami tangan Daverick dan memeluknya pelan dan sebentar
"Akhirnya ada yang bisa diajak seru-seruan" ujar Dario santai yang justru mengundang kekesalan di wajah Ren dan Lean
"Maksud lo kita nggak seru???!" Tanya Ren
"Menurut lo aja deh"
Mereka terdiam sebelum Daverick mendengar pemberitahuan maba harus berkumpul di lapangan
"Ikut?" Tanya Dario
"Setengah?"
"Tanggung seperempat aja"
Mereka berempat saling mengangguk dan berjalan keluar kelas menuju lapangan
"Panas njirr!" Gerutu Ren
"Berisik nih si anying!" Omel Lean
Maba dijemur di lapangan dengan keadaan matahari pagi yang cukup terik. Kalau kampus ini milik Dario atau Daverick atau salah satu dari mereka berempat, sudah dipastikan Dario dan kawan-kawannya akan membolos
"Ini tas siapa?" Tanya si senior
Daverick mengernyit dia tahu itu tas milik Dario. Sementara Lean dan Ren sudah heboh sendiri. Dario malah diam saja
"Jawab!! Ini tas siapa?!"
Hening tak ada jawaban
"Yang merasa punya tas ini ke depan!!"
Dario berjalan santai ke depan
"Oh... lo yang punya tas ini... Lo nggak punya mulut?!"
Dario hanya diam dan menatap senior di depannya
"Muka tuh nyantai! Jangan nyolot gitu!!"
Dario masih diam dengan wajah datar tanpa ekspresi. Matanya masih menatap senior di depannya dan dia benar-benar merasa tangannya sudah gatal hendak memukul seseorang
"Apa?! Ngajak ribut?!" Si senior menoyor bahu Dario
Dario masih diam. Masih mencoba bersabar
"Cemen! Gaya lo aja nyolot nyali lo nggak ada!!" Senior itu menenteng tas Dario
"Anak orang kaya, cemen! Gue juga kaya tapi, nggak cemen kayak lo!"
"Nih gue balikin!" Senior itu melemparkan tas Dario
Dario mengambil tasnya yang dilemparkan oleh seniornya
Bughh
"Matilah kau senior" gumam Ren sembari terkikik menahan tawa. Sementara Lean dan Daverick sudah menyengir iblis mereka yakin pertunjukan bagus akan segera dimulai
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...