18. Fever

15.6K 773 7
                                    

Ares mengernyit heran saat melihat Dario masuk dalam keadaan tertidur dan di gendong oleh Len menuju ke kamarnya. Terlebih pakaian Dario basah kuyup

"Kenapa dia?"

Len menceritakan kejadian itu pada Ares. Sebenarnya Ares cukup marah mendengar keteledoran anak buahnya tapi, mengingat Dario memang cukup nakal dan sering membuatnya sakit kepala, Ares hanya mengangguk saja

"Keluar" suruh Ares dan Len langsung keluar

Ares menutup dan bahkan mengunci kamar putranya. Dia mengambil handuk dan pakaian Dario dari lemari. Dengan perlahan Ares melepaskan pakaian Dario yang basah, mengeringkan badan anaknya itu dan memakaikannya pakaian baru. Ares memindahkan Dario yang diletakan di sofa oleh Len ke ranjangnya dan menyelimuti anak itu

"Hhh..." Ares menghela pelan. Dia berjalan masuk ke kamar mandi dan mengambil beberapa handuk kecil serta menyalakan keran air hangat di wastafel sekaligus mengambil plester penurun demam di kotak obat

Ares mengelap wajah Dario dengan handuk yang sudah ia basahi dengan air hangat, kemudian dia menempelkan plester menurun demam di kening putranya itu

"Get well soon boy" ujarnya

Ares menunggui Dario di kamar itu. Matanya tak lepas dari anaknya yang sedang terlelap di atas ranjangnya. Kondisi anaknya benar-benar lemah, dan akan terus seperti itu sampai enam bulan ke depan. Ares teringat pesan Marlyn padanya perihal kesehatan putrnya itu. Marlyn memang mengatakan untuk menjaga Dario sebisa mungkin karena sistem imunnya akan menurun setidaknya sampai jantungnya pulih. Dan hal itu terbukti. Beberapa minggu lalu, hanya karena telat makan malam, Dario langsung terserang maag. Hari ini, hanya karena pulang dengan sedikit basah, dia langsung terkena demam dan sepertinya flu

"Maafkan daddy, Alex... Maaf" ujar Ares pelan

Dario membuka matanya. Dia melirik ke arah jam kecil di nakasnya. Sudah jam tiga siang. Dario berdiri dan menyadari ada sebuah cool patch di keningnya. Mata dari kemudian terpaku pada sosok ayahnya yang tengah tertidur di sofanya. Dario tersenyum kecil, dia melepaskan cool patch di dahinya, kemudian dia segera beranjak dari tempat tidur dan mengambil sebuah selimut

"Sudah bangun?" Tanya Ares dengan mata masih terpejam dan suara serak

Dario menghentikan tangannya yang baru saja hendak menyelimuti ayahnya. Kemudian dia beralih menjawab pertanyaan ayahnya

"Sudah. Baru saja"

Ares membuka matanya. Tangannya menyentuh kening Dario, mengecheck suhu badan Dario

"Masih demam. Tidur saja lagi. Atau kamu sudah lapar?"

Dsrio menggeleng "Alex nggak pa-pa kok Dad, cuma masih sedikit pusing"

"Siapa?"

"Hm?" Dario menggelengkan kepalanya

"Hanya seorang anak perempuan, dia nggak sengaja menabrak Alex dan menumpahkan isi air mineralnya ke atas kami berdua"

"Len bilang dadamu sakit lagi"

"Oh... Itu. Dia terjatuh dan saat jatuh tanpa sengaja dan tidak dia sadari, dia menyikut dada Alex, makanya agak nyeri dan sesak tadi"

Ares mengangguk paham. Tidak mungkin juga dia menyalahkan seorang gadis yang tidak tahu apa-apa

"Apa mom tahu?" Tanya Dario khawatir

Ares menggelengkan kepalanya. Dario mengangguk. Dia duduk di sebelah Ares dan menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah

"Hanya sebentar Dad, please. Hanya sebentar..." Ujarnya ketika dia merasakan badan ayahnya sedikit terlonjak

Hening. Hanya ada suara pendingin ruangan dan detikan jam yang terdengar di kamar itu. Dario tengah menutup matanya

"Dulu terkadang Alex ingin melakukan hal ini tapi, entah kenapa Alex tidak berani dan berakhir memilih mommy untuk bermanja...." Dario semakin menyamankan kepalanya di bahu sang ayah

"Padahal kalau dipikirkan lagi, sebenarnya Daddy jarang sekali memarahi Alex. Tapi, entah kenapa setiap ingin mendekati Daddy, Alex justru merasa takut sendiri dan akhirnya memilih menjauh" Dario menarik napasnya dalam-dalam

"Lalu semakin usia Alex bertambah Alex semakin tidak mengerti dengan situasi yang ada antara Alex dan Daddy. Alex merasa ada yang hilang entah apa dan justru membuat Alex kesal setiap melihat wajah Daddy..."

Ares akhirnya hanya diam dan mendengarkan penjelasan anaknya. Sedikit banyak Ares jadi mengerti penyebab putranya selalu memilih diam di kamarnya saat Ares ada di rumah

"Kamu seperti anak perempuan Lex" goda Ares

Ares mendengar Dario mendengus dan menghela pelan

"Alex tahu! Tapi jangan diperjelas dong! Alex kan hanya bercerita!" Gerutunya

Dario mengangkat kepalanya dan hendak bangkit dari duduknya. Tangan Ares terlebih dahulu menarik kepala Dario untuk kembali bersandar di bahunya

"Hanya hari ini saja. Hanya hari ini... Dad akan menganggapmu sedang manja karena demam" ujar Ares

"Setuju..." Sahut Dario

Dario kembali menutup matanya. Bibirnya mengukirkan sebuah senyuman. Senyuman tulus dari hatinya

"Thanks daddy" gumamnya

Ares terdiam. Seharusnya dia sedang dalam perjalanan ke Zetria untuk membicarakan bisnis malam ini. Ares mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan e-mail pada partner bisnisnya yang juga sahabatnya

To          : Rayzen A. Ardlan
Subject: Meeting

Ray, meeting hari ini dibatalkan saja. W g bisa kesana
W lagi di Dosch, Alex juga lagi demam. Meeting ditunda dulu

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang