57. Daverick's Secret

11.6K 529 8
                                    

"Caroline" panggil Dario

Caroline sendiri baru saja selesai mandi dengan bantuan pelayan Dario. Sudah tiga hari berlalu sejak Caroline pulang dengan keadaan terluka. Dan sejak hari itu, Dario menginap di apartment Caroline untuk menjaga sang gadis. Dario bahkan menyuapi Caroline makan. Dia hanya meninggalkan Caroline jika ada meeting penting dan untuk pergi ke club saja, Dario malas melakukannya

"Disana kamu ternyata" ujar Dario yang menemukan Caroline di kursi dekat dapur

"Ada apa?" Tanya Caroline

"Aku harus pergi ke Kanzpia. Penting, aku harus pergi. Kamu tidak apa-apa kan kalau aku tinggal disini dengan Cello, Dean dan Joshef?"

"Zeva disini juga kan?" Tanya Caroline sambil menunjuk pelayan milik Dario

Dario mengangguk "tentu saja! Dia kan yang bertugas membantumu ke kamar mandi, baik untuk mandi atau keperluan lain"

Kali ini Caroline yang mengangguk

"Ya sudah. Tidak apa-apa"

Dario tersenyum. Dia mencium puncak kepala Caroline dengan sayang. Setelah mencium puncak kepala Caroline, Dario mengusap helaian cokelat kehitaman milik Caroline dengan lembut

"I think I'm gonna miss you" gumamnya

"Telepon saja! Toh tahun kemarin juga kamu menelpon saat sedang di Kanzpia kan? Yang pesta milik teman ayahmu itu"

Dario mengangguk "I'll be back as soon as possible"

Caroline hanya tersenyum. Dia menatap Dario dengan lembut. Dario duduk di kursi kosong dan menarik piring berisi sarapan Caroline yang baru saja diletakan oleh Zeva

"Ayo makan. Aku suapi" ujar Dario dan dibalas anggukan dari Caroline

Dario menyuapi Caroline sampai seluruh makanannya habis, dia juga membantu Caroline untuk minum. Setelah semua keperluan Caroline selesai, Dario baru pamit dengan Caroline dan pergi ke bandara untuk terbang ke Kanzpia

.......

Zet airport, Kanzpia

Dario segera masuk ke mobil pribadinya. Anak buahnya dia biarkan pergi ke rumah miliknya. Dario melajukan mobil sport miliknya keluar dari airport dan membelah jalanan Kanzpia menuju ke kediaman Daverick. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke kediaman sahabatnya itu, mengingat letak airport dengan rumah Daverick sangat berujungan

"Hm?" Kening Dario mengernyit saat melihat mobil ketiga sahabatnya juga mobil sepupunya ada di halaman rumah Daverick

"Yo" panggil Ren

"Ngapain lo pada disini?" Tanya Dario

"Dipanggil Luce" jawab Lean mewakili keempat temannya

"Ya udah. Ayo masuk!" Ajak Dario

Dario memasuki rumah besar di depannya diikuti oleh teman-temannnya. Salah satu pelayan menunjukan dimana Daverick berada pada Dario. Pintu cokelat di depannya terbukan dan menampakan sofa serta beberapa lemari besar berisi buku

"Hey Luce... Tumben banget" ujar Nathan saat mereka berlima sampai di ruang baca

Daverick meletakan bukunya dan menatap kelima temannya

"Duduk dulu. Pesen aja apa yang kalian mau"

Dengan senang hati, Nathan dan Ren menerima tawaran itu. Mereka memesan banya makanan dan minuman pada pelayan. Lean dan Dario sampai menggeleng heran dibuatnya

"Lo kayak orang susah tahu gak? Maruk amat... Padahal kaya..." Sindir Lean

Daverick terkekeh. Mereka berenam duduk di ruangan itu dan tak lama pesanan Nathan juga Ren datang

"Keluar" usir Daverick pada pelayannya. Tentu saja sang pelayan menurut dan langsung pergi

"Ada apa?" Dario angkat bicara setelah sejak tadi dia memperhatikan Daverick yang menarik napasnya dalam-dalam. Seolah menenangkan dirinya dari kegugupannya saat ini

"Ada yang mau gue bilang ke kalian"

"Apa?" Tanya Ren

"Sebenernya..."

Dario, Lean, Aaron, Ren dan Lean sudah menghentikan kegiatan mereka dan menatap Daverick dengan lekat

"Gue gak pernah amnesia" ujar Daverick akhirnya dengan jujur

"Hah?" Ren memekik heran

"Maksud lo?" Tanya Lean

"Ya sebenarnya gue sama sekali gak amnesia. Waktu gue sadar gue tahu siapa kalian semua termasuk Aaron. Gue inget semuanya dan gak ada satu pun yang gue lupain"

"Tapi, pas dulu om Jammy-" perkataan Ren disela oleh Daverick dengan cepat

"Gue bohong. Gue jawab sesuai apa yang terlintas di otak gue saat itu dan dia percaya"

"Jadi, lo gak pernah amnesia?" Tanya Dario

"Iya"

Bugghh

Dario melampiaskan kekesalannya pada Daverick. Daverick memegang sudut bibirnya yang berdarah. Dario meninju wajah Daverick tepat setelah Daverick menjawab pertanyaannya. Dario masih tidak berhenti. Dia memukuli Daverick tanpa ampun sedangkan Daverick, dia hanya diam tanpa membalas

Dario masih terus memukulnya. Dia merasa kesal dan marah pada Daverick karena sudah membohongi dirinya. Terlebih membohongi Erika, adik kesayangannya hingga Erika kerap kali menangis

"Yo, udah..." Ujar Nathan berusaha menarik Dario menjauh

"Yo, sabar dulu... Pasti ada alasannya" ujar Ren

Aaron akhirnya mencoba memisahkan kakak sepupunya. Aaron menahan tinjuan Dario dengan tangannya

"Dengerin alasan dia dulu kak" saran Aaron

Dario diam. Dia menjauh dari Daverick. Lean membantu Daverick berdiri dan duduk di salah satu sofa

"Gue minta maaf Yo" ujar Daverick

"Tapi, gue punya alasan gue sendiri" lanjutnya

"Apapun alasan lo, lo sudah menipu gue dan temen-temen lo! Lo anggap kita apa?! Dan lo sudah menyakiti adik gue!!"

"Sorry, Yo"

"Maaf lo gak bikin Erika balik. Bangsat!!"

Daverick diam. Dia tidak melawan. Dia membenarkan ucapan Dario. Dario menatap Daverick yang terlihat amat menyesal. Dario menghela napasnya dengan kasar

"Diem lo? Baru nyadar?!" Sindir Dario walaupun kekesalannya sudah sedikit berkurang sekarang

"Alasan lo apa Luce?" Tanya Nathan

"Ada hal yang belum berani gue ucapin dulu. Tapi, sekarang gue bakal ucapin semuanya ke kalian"

Daverick berdiri dari sofanya. Dario terus menatap Daverick dengan tajam. Daverick berjalan menuju salah satu lemari, dia mengambil sebuah amplop cokelat dan meletakan amplop itu di meja

"Buka dan lihat sendiri"

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang