98. Good Night My Husband

12.4K 445 3
                                    

Caroline memejamkan matanya di dekat dermaga. Pulau kecil milik suaminya memang memiliki jembatan kecil yang mungkin bisa disebut dermaga. Caroline duduk di jembatan itu sambil menutup matanya. Masih sedikit terkejut dengan statusnya sebagai istri seorang Dario Alexander Lucio Malven Dimitry. Meski belum diperkenalkan secara resmi pada keluarganya tapi, Caroline cukup senang dengan kehidupannya sekarang

"There you're!" Suara berat milik Dario serta pelukan hangat yang memeluk dirinya membuat Caroline tersenyum

"Kamu mencariku?"

"Tentu saja"

"Kenapa?"

Dario mengernyit sejenak sebelum tersenyum bersama dengan istrinya dan mengeratkan pelukannya

"Mrs. Alexander, apa kamu lupa kalau kita akan pindah ke Marvinia?"

"Aku ingat. Hanya saja aku pikir kita akan berangkat besok pagi"

"No... Kita berangkat lima menit lagi"

Caroline membuka matanya dan seketika itu dia disuguhkan mata biru kehijauan milik Dario

"Have I ever say you have beautiful eyes?"

"No, you haven't"

"Well, I just say that"

Dario terkekeh begitu pula Caroline. Caroline mengusap pipi Dario dan mengecupnya singkat

"Sungguh. Warna matamu indah Xander"

"Thanks. But, we have to go now"

Dario berdiri dan mengulurkan tangan pada istrinya. Tentu saja uluran tangan itu disambut baik oleh Caroline. Mereka menaiki helicopter menuju ke bandara sebelum bertolak ke Marvinia

"Yakin nih, cuma bawa bag pack?" Tanya Caroline sambil menenteng bagpack yang berisi sedikit baju-bajunya

"Yakin. Semua sudah ada disana"

"Masa? Pakaianku?"

Dario mencubit gemas hidung Caroline tidak terlalu kencang

"Sudah ada disana sayang"

"Okey..."

Dario merangkul Caroline di sepanjang bandara sampai ke pesawat mereka. Caroline sendiri hanya tertawa melihat sikap suaminya yang semakin over possessive

"Lihat, mereka menatapmu seolah ingin menyeretmu jauh-jauh"

"Salahkan kecantikanku" kekeh Caroline

"Aku setuju! Terlebih badanmu itu! Rasanya aku tidak akan mengizinkanmu memakai dress lagi"

"Kejam sekali"

"Biar saja!"

Caroline hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar bisikan dari Dario di telinganya. Mereka segera memasuki pesawat dan duduk dengan tenang. Dario lebih tenang karena, tidak ada petugas bandara atau kru pesawat yang akan menatapi istrinya dengan tatapan lapar

Menempuh waktu tiga jam, mereka sampai di Marvinia. Dario langsung menenteng Caroline ke rumah mereka yang letaknya agak jauh dari pusat kota dan di dekat perkebunan. Butuh waktu sekitar satu setengah jam dari pusat kota ke rumah besar itu

"Ini rumahmu?" Tanya Caroline saat mereka sampai

"Rumah kita sweetheart" ralat Dario

"Seriously?"

Dario mengangguk sebagai jawaban. Mereka memasuki rumah itu dan berkeliling sejenak. Caroline berhenti di bagian belakang rumahnya. Caroline menatap bagian belakang rumahnya yang cukup luas menurutnya dengan beberapa kursi pantai juga sebuah kolam renang dan gazebo kecil di pinggirannya

 Caroline menatap bagian belakang rumahnya yang cukup luas menurutnya dengan beberapa kursi pantai juga sebuah kolam renang dan gazebo kecil di pinggirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu suka?" Tanya Dario

"I love it" ujar Caroline "But, I love you more" lanjutnya sambil memeluk Dario dan menciumnya

"Syukurlah. Karena kita akan tinggal disini sampai urusan kantor daddy selesai. Oh iya, aku juga akan sering ke Briele"

Caroline mengangguk paham. Briele adalah bisnis kedua milik Dario setelah Le Ciel. Sama-sama merupakan club malam dan sama-sama menghasilkan banyak sekali keuntungan setiap malamnya

"Boleh aku ke Briele?"

"Kapan pun kamu mau. But, now we have to take our dinner"

Dario mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Caroline. Mereka berjalan menuju ke ruang makan. Beberapa pelayan disiagakan disini. Sementara pengawal diurus oleh Winson. Winson memiliki banyak bawahan di setiap negara. Berhubung banyaknya anggota militer yang memilih berhenti dan menjadi pengawal, maka sebanak itu juga lah pasukan Winson untuk melayani Dario

"Sir. Maaf. Jadwal anda untuk besok" ujar Gael sambil menyodorkan buku agendanya

"Mr. Gael" panggil Caroline

"Ya Mrs.? Panggil saya Gael saja sudah cukup Mrs."

"Okey, kak Gael. Kak, kakak dan yang lain sudah makan?"

"Sudah Mrs." Caroline mengangguk

Dario terkekeh melihat Gael yang tidak bisa menerima Caroline memanggilnya kakak. Dario menepuk punggung Gael pelan

"Tidak usah memaksanya memanggil namamu. Istriku tidak akan menyetujuinya" ujar Dario disela kekehannya

"Tapi sir"

"Tidak apa-apa. Panggilan apapun boleh"

Gael hanya bisa mengangguk pasrah. Dia pamit undur dari ruang makan itu. Dario menyelesaikan makan malamnya dan menatap Caroline yang duduk di seberangnya

"Sudah selesai?" Tanya Dario saat Caroline merapikan alat makannya

"Hn. Kenapa?"

Dario menggeleng. "Ayo tidur. Sudah malam dan kamu lelah"

"Apa sangat terlihat?" Tanya Caroline dan Dario mengangguk sebelum berdiri dan menghampiri istrnya

"Maaf ya. Aku membuatmu selelah ini"

Caroline hanya tersenyum. "No problem" ujarnya

Dengan lembut Dario menggendong istrinya ke kamar mereka. Dario membaringkan istrinya di ranjang dan melepaskan sepatu istrinya sebelum dia ikut beranjak ke atas ranjang

"Good night sweetheart"

"Good night my husband. Have a nice dream"

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang