Dario melangkahkan kakinya di sepanjang koridor lantai sebelas Kalaghan's Apartment dengan cepat. Tujuannya hanya satu, apartment Caroline. Dario mempercepat langkahnya saat dia melihat seorang dokter baru saja keluar dari sana
"Tuan" sapa dokter itu
"Bagaimana?"
"Nona Vierra mengalami luka kecil di lengannya. Luka tersebut tidak dalam tapi, cukup panjang. Sebaiknya nona tidak menggunakan tangan kanannya untuk beberapa waktu"
Dario mengangguk paham. Dia membiarkan sang dokter pergi, sementara dirinya masuk ke dalam apartment itu. Kaki Dario melangkah ke kamar tidur sang gadis
"Caroline" panggil Dario
Caroline menoleh dan tersenyum kecil saat melihat Dario sidah berdiri di ambang pintu kamarnya. Dario berjalan mendekati ranjang Caroline. Dia duduk di sisi ranjang Caroline dan mengusap pipi gadis itu dengan lembut
"Apa yang terjadi?" Tanya Dario
"Hm?" Caroline menatap heran Dario sebelum dia menghembuskan napasnya dengan keras
"Kamu tahu? Pekerjaanku membuatku seperti ini" ujarnya
"Berhenti kalau begitu" ujar Dario
"Aku tidak yakin boss-ku akan mengizinkan aku berhenti"
"Dia akan dan harus membiarkanmu berhenti! Bagaimana bisa dia membiarkanmu terluka hanya untuk upah yang tidak seberapa?! Boss macam apa dia?"
"Tanyakan pada dirimu sendiri Xander"
Dario diam dan menatap Caroline
"Ayolah! Kita sama-sama tahu kalau boss yang aku maksud adalah kamu... Jadi, buat apa kamu marah-marah? kalau kenyataannya kamu adalah orang yang sedang kamu gerutui"
Dario terkekeh pelan. Dia mengacak puncak kepala Caroline
"Apa sakit?" Tanya Dario
"Sedikit"
"Maaf"
"Hm?" Caroline mengernyit sesaat sebelum dia mengangguk paham
"Jangan meminta maaf! Ini pekerjaanku. Siapa juga yang mengira kalau mereka akan semurka itu sampai menyerang dengan pisau? Jadi, berhenti merasa bersalah karena kamu tidak bersalah!" Ujarnya
Dario hanya bisa menghela napasnya pasrah. Gadis di depannya memang agak keras kepala. Sampai akhirnya Dario hanya bisa mengangguk saja, mengiyakan ucapan sang gadis
"Sudah makan?" Tanya Dario
"Belum. Lagipula aku belum lapar. Dokter baru saja menyuntikan obat padaku. Dan sekarang aku sedikit mengantuk"
"Tidur kalau begitu"
Dario membantu Caroline berbaring. Dia juga menyelimuti gadis itu dengan perlahan. Dario menatap wajah gadisnya yang mulai terlelap. Mata cokelat itu perlahan bersembunyi di balik kelopak matanya. Dario segera keluar dari kamar itu setelah ia memastikan kalau Caroline sudah terlelap dengan pulas
"Aku mau mereka dibawa ke tempat biasa" titah Dario
"Maaf Sir. Ada satu orang yang tidak bisa kami bawa" ujar Gael
"Siapa?"
"Richard Joran. Dia putra tunggal dari pemilik perusahaan J & K. Ayahnya cukup berpengaruh dalam pemerintahan"
"Biarkan dulu dia, tangkap yang lain"
Gael mengangguk paham. Dia membawa Gavel dan pasukannya untuk menangkap orang yang sudah berani menyentuh gadis yang diperkirakan akan menyandang status Queen bagi seorang Alexander
Dario kembali ke kamar gadisnya. Langkahnya berubah cepat saat sang gadis menjerit-jerit. Padahal matanya masih menutup sempurna
"Caroline..." Panggil Dario sambil menepuk pelan pipi sang gadis yang kini masih menjerit
"Caroline..."
"Caroline!"
"Ahhh!!!" Caroline membuka matanya dengan napas memburu
"You okey?" Tanya Dario
Tanpa menjawab Caroline justru menarik lengan Dario dan memeluknya saat badan Dario tertarik ke depan
"Sshh... It's okey" ujar Dario. Tangannya terselip di balik punggung Caroline. Dario menarik Caroline perlahan untuk duduk
"Aku takut Xander"
"Ssshh... I'm here. Jangan takut!"
Dario mengusap punggung Caroline, berusaha menyalurkan ketenangan dan rasa aman. Setelah Caroline agak tenang, Dario menjauhkan dirinya dan dia mulai mengusap pipi Caroline yang sudah banjir dengan air mata
"Jangan menangis! Jangan takut! Aku akan menemani dan menjagamu disini"
"Janji?"
Dario mengangguk "janji"
"Jangan pergi! Aku takut" cicit Caroline
Dario tersenyum. Dia mengusap pipi Caroline dan mengecup kening Caroline
"Anything for you baby girl. Aku akan disini, setidaknya sampai tanganmu sembuh. Bukan hanya aku, akan ada pelayan perempuan untuk membantumu"
"Pelayan?"
"Hn. Atau kamu mau aku yang mandikan?"
Caroline memukul lengan Dario dengan tangan kirinya. Dario semakin tertawa gemas. Dario baru menyadari, sejak kedatangan Caroline dia jadi sering tertawa dan tersenyum
"Oh iya, ada yang menyebutmu dengan nama mr. Dimitry"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...