Caroline terus-terusan meremas rok terusan miliknya. Sudah jam setengah sepuluh malam dan Dario belum pulang. Sementara Zeva yang pamit membeli keperluan dapur juga belum pulang. Akhirnya Caroline mengambil ponselnya dan menelpon Fioz dari ponsel miliknya
"Ya miss?"
"Cepat kesini!"
"Ada apa miss?"
"Sudah cepat kesini!!"
Caroline mengakhiri sambungan itu dan meletakan ponselnya di atas meja. Tak butuh waktu lama Fioz sampai di tempatnya dan menghampirinya dengan tergesa juga wajah tegang
"Ada apa miss?" Tanya Fioz
Caroline menggeleng. "Temani aku disini. Maksudku, aku takut sendirian disini. Zeva pergi ke supermarket dan belum kembali. Makanya temani aku. Tidak perlu berdekatan denganku kalau kamu takut dimarahi Xander, yang penting kamu terlihat olehku"
Fioz mengangguk, dia duduk di tangga yang ada di dekat ruang tamu. Tangga itu menghubungkan Lift dengan ruang tamu. Caroline memainkan ponselnya sementara Fioz duduk disana dengan tenang sambil menatapi Caroline. Bahkan Fioz melihat Caroline tertidur dengan ponsel tergengga, di tangannya
"Sir" ujar Fioz sambil berdiri saat dia mendengar suara pintu lift terbuka dan menampakan Dario disana
"Ada apa?"
"Miss, meminta saya menemaninya karena sir dan Zeva belum kembali. Miss bilang beliau takut sendirian disini"
Dario mengernyit sejenak. Dia memang bertemu Zeva di bawah, karena Zeva memang sedang ke supermarket tadi dan supermarket cukup ramai. Tapi, Dario cukup heran pada gadisnya yang tiba-tiba takut ditinggal sendirian di penthouse-nya. Dario akhirnya hanya mengangguk saja sebagai jawaban dari pernyataan Fioz
"Saya permisi sir" ujar Fioz
"Hn. Thanks sudah menemaninya" ujar Dario
"Sudah tugas saya sir" jawab Fioz singkat sebelum melangkahkan kakiknya menuju lift
Dario melepas jas dan dasinya, kemudian dia meletakannya di sofa kosong. Dia mendekat ke arah Caroline, melepaskan genggama ponsel gadisnya dan mengambil ponsel itu untuk dia taruh di meja, sebelum dia menggendong gadisnya dengan perlahan menuju kamar mereka
"Sudah pulang?" Tanya Caroline setengah bergumam. Tangannya dia lingkarkan ke leher Dario sementara kepalanya dia taruh di bahu tunangannya itu
"Hn. Baru saja. Maaf aku pulang terlambat"
"Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah disini"
"Apa terjadi sesuatu?"
Caroline menggeleng pelan, meski matanya masih terpejam tapi, dia bisa menjawab semua pertanyaan Dario
"Aku hanya merasa takut dan cemas saat sendirian" ujar Caroline jujur
"Kenapa?"
Dario membuka pintu dan masuk ke dalam lalu, dia menutup pintu kamar itu dengan kakinya. Tidak ada jawaban membuat dia mengira Caroline sudah kembali terlelap
"Entahlah. Aku hanya takut saat sendirian" ujar Caroline yang sedikit membuat Dario terkejut
Dario membaringkan Caroline di ranjang dan melepaskan sepatu Caroline. Dario mencium kening Caroline, dia menatap wajah gadisnya yang kini membuka matanya
"Aku menemanimu besok seharian full"
"Sungguh?"
Baru Dario mau mengangguk, ponselnya bergetar. Dario mengangkat panggilan itu dan mendesah berat setelahnya
"Ada rapat lagi ya?" Tanya Caroline dan Dario mengangguk lemah
"Tidak apa-apa. Itu kan tanggung jawabmu juga"
Dario hanya bisa mengangguk. Dia menyuruh Caroline tidur sementara dirinya mandi. Setelahnya Dario ikut bergabung bersama Caroline dan memejamkan matanya
........
"Miss!" Pekik Zeva
Caroline hampir saja terjatuh. Buah di tangannya jatuh ke lantai dapur dengan keras. Sementara Caroline di bantu oleh Zeva untuk berdiri
"Sakit..." Ringis Caroline membuat Zeva panik
"Kita ke rumah sakit, miss"
Caroline menggeleng, membuat Zeva bingung. Dia membujuk Caroline yang terlihat sangat kesakitan, bahkan tangan Caroline meremat dress-nya dengan kencang
"Sweetheart?" Suara Dario membuat Zeva sedikit tenang
"Sir. Kami di dapur!" Teriak Zeva dengan nada panik yang sangat kentara
Dario segera berlari ke dapur dan menemukan Zeva tengah membujuk Caroline sambil menopang badan Caroline. Dario menghampiri mereka secepat mungkin
"Ada apa baby?" Tanya Dario dengan khawatir
"Sakit..."
Dario menggendong Caroline dengan cepat. "Zeva suruh Gavel siapkan mobil"
"Baik tuan"
Dario memasuki lift dan menekan tombol menuju lobi. Caroline meremat kemeja Dario dengan erat
"Tahan baby. Kita ke rumah sakit sekarang"
"Sakit Xander..."
"Ssshh... Tidak apa-apa. Kamu akan baik-baik saja"
Dario berjalan dengan cepat ke mobilnya dan menyuruh Gavel ke rumah sakit
"Sakit... Xander... Perutku sakit..." Ringis Caroline. Bisa dipastikan saat ini Caroline tengah menangis
Dario mengusap rambut Caroline yang duduk di pangkuannya. Dario mengusapnya dengan lembut
"You're gonna be okey. Our baby will be okey too..." Bisiknya di telinga Caroline
"You're gonna be okey"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...