Setelah bersembunyi di Mansion Dimitry selama beberapa bulan, akhirnya Dario kembali menginjakan kaki di rumahnya. Dia menatap ke arah taman belakang rumahnya. Ada sang ibu yang sedang bermesraan bersama sang ayah. Memang, taman belakang rumah mereka agak sepi. Kondisi yang sangat mendukung sifat dasar ayahnya
"Dasar! Seperti mereka tidak tahu kalau kamarku langsung menghadap kesana!" Kekeh Dario sebelum beranjak
Dia memilih bersiap ke kampusnya, hari ini dia ada mata kuliah sore. Dario mengernyit heran saat melihat supir sudah berdiri di dekat mobilnya ralat, mobil ayahnya
"Hm?"
"Maaf young master. Master menyuruh kami mengantar anda ke kampus" ujar Allen yang bertugas menjadi supirnya
"Hell! Dikira gue Daverick kali?" Gerutu Dario tapi, tetap masuk juga ke dalam mobil
"Uncle bangunkan aku kalau sudah sampai..." Pinta Dario dan setelahnya dia langsung memejamkan matanya
"Rio..." Teriak Ren dengan gaya tidak karuannya yang membuat Dario bergidik ngeri dan jijik
"Apa kabar hari ini Rioku ya-" ucapan Ren terhenti saat Dario memberikan tatapan yang amat sangat menyeramkan
Glek..
Ren menyengir setelah menelan ludahnya kasar akibat ketakutan
"Jan galak-galak napa... Gue kan cuma mau jadi calon sepupu ipar yang baik Yo..."
Dario menggelengkan kepalanya "heran gue, kok Kellyn mau ya sama lo" ujar Dario sambil berlalu
"Anjirr... Lo kalo ngomong kok ngeselin ya?"
"Hn"
Jawaban ambigu dari Dario membuat Ren kembali diam. Dario berjalan dengan Ren menuju ke kelas mereka. Disana sudah ada Lean yang sedang sibuk memainkan game dari ponselnya
"Elah! Padahal bisa pake yang asli ngapain lo main game tembak-tembakan?" Tanya Ren saat dia melongok game di ponsel Lean
"Berisik!" Gerutu Lean yang masih fokus pada ponselnya
"Luce sudah nggak pernah kesini lagi..." Ujar Ren dengan nada kecewa
Lean mengangguk mengiyakan ucapan Ren
"Biar saja! Dia kan punya urusan dan kesibukan sendiri. Lagi pula mau sampai kapan kita berempat nempelan terus?" Uja Dario panjang lebar membuat Lean dan Ren menganga
"Kenapa?" Tanya Dario
"Yo, lo nggak kesurupan kan? Kemarin pas lo dioperasi otak lo nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Ren sambil menangkup pipi Dario dengan tangannya dan menggoyangkan kepala Dario ke kanan dan ke kiri
"Sakit leher gue njing!" Omel Dario
Dengan segera Ren melepaskan tangannya. Bahaya kalau sampai dia melukai pangeran kesayangan Xavier Dimitry. Melukai seorang Dario bayarannya setimpal dengan melukai Daverick yang artinya bayaran yang lebih berat dari pada melukai pangeran Kanzpia. Ren bergidik ngeri membayangkannya
"Kenapa lo?" Tanya Lean
"Nggak. Gue cuma lagi ngebayangin, kenapa bokap gue nggak bisa kayak uncle Ray atau uncle Xav?"
"Hah?" Lean dan Dario saling berpandangan
"Yah lo kira-kira aja deh ya... Bokap gue kalau ngeliat gue luka dia cuma bilang "oh... Belum sampe masuk rumah sakit kan?" Masa dia bilang gitu! Nggak ada khawatir-khawatirnya sama sekali"
Seketika itu Lean tertawa ngakak sementara Dario cuma menepuk bahu Ren dan berucap "yang sabar yah" lalu, Dario duduk di kursinya dengan tenang dan mengikuti perkuliahan dengan fokus
3.30p.m., Xav Mansion, Kanzpia
"Ehem!" Deham Dario saat menatap pemandangan drama romantis di depannya ketika dia baru saja memasuki rumahnya
"Tumben Dad pamer kemesraan. Biasanya cool aja..." goda Dario saat melihat ibunya salah tingkah
"Kan... Kamu sih!" Gerutu Kanaya sambil mengalihkan pandangan ke arah lain dengan wajah merona
"Silahkan lanjukan, anggap saja Alex tidak melihat... Permisi, Alex ke kamar dulu" kekeh Dario sambil melangkah melewati ayah dan ibunya
Ares hanya menatap punggung anaknya dan menggelengkan kepalanya sekilas, kemudian tatapannya kembali pada wajah cantik istrinya
"Mau lanjutkan lagi honey?" Goda Ares pada Kanaya
"Astaga hubby! Ingat umur!" Gerutu Kanaya
Ares memeluk pinggang ramping Kanaya dan mengusapkan hidungnya di pipi sang istri
"Memangnya kenapa? Umurku dan apa yang kita lakukan apa kolerasinya?"
"Ish! Kamu ini terkadang menyebalkan!"
"Tapi, cinta kan?"
"A-Ares!"
Ares terkekeh melihat istrinya yang menunduk dengan wajah merona. Ares mencium puncak kepala sang istri, membuat Kanaya mendongak menatapnya. Ares tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan, dengan senang hati dia menarik tengkuk Kanaya dan mencium bibir sang istri dengan ganas
"Hhhh.... Serasa melihat drama telenovela" gumam Dario sambil menggaruk kepalanya. Niatnya untuk ke taman belakang ia urungkan setelah melihat pemandangan hot di depannya
"Gue yakin bakal makan malam telat lagi hari ini... Semangat deh mom" ujar Dario saat melihat ayahnya tidak menunjukan tanda-tanda akan melepaskan ibunya tapi, justru malah menggendong sang istri menuju lift tanpa melepaskan ciuman mereka
"Yah... Telat makan lagi... Sabar ya nak..." Ujar Dario pada cacing-cacing di perutnya sambil mengusap perut sixpack-nya dan melangkah kembali ke kamarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Подростковая литератураSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...