Ares melngkahkan kakinya dengan lebar dan cepat. Baru saja Joenas menghubunginya dan memberitahukan hal yang membuatnya bergegas kembali ke rumah sakit
"Tuan..." Panggil Joenas dan Carlos Lui berbarengan pada Ares dengan sopan
Ares tidak menjawab mereka. Ares lebih tertarik untuk membuka pintu cokelat di depannya dan segera masuk ke ruangan itu
"Tuan Dimitry" sapa dokter yang baru saja memeriksa Dario
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Ares tanpa membalas sapaan dari dokter tersebut
"Tidak ada masalah. Beliau hanya butuh istirahat dan pemulihan. Kami masih memberikan painkiller padanya. Mungkin kami akan terus memberikannya sampai beberapa hari ke depan. Beliau sudah bisa makan makanan halus nanti malam. Saya permisi tuan"
Ares mengangguk "terima kasih" ujarnya pada sang dokter
Selepas sang dokter pergi Ares langsung duduk di kursi yang ada di samping ranjang Dario
"Aku bosan menjadi anak Dad, kalau aku boleh jujur" ujar Dario dengan suara lemah
Ares menatap putranya tanpa berucap apapun
"Bukan bosan memiliki orang tua seperti dad dan mom, ya... Walaupun itu juga termasuk dalam daftar mengapa aku bosan menjadi anak Daddy..."
Dario berhenti sejenak saat rasa perih dan linu kembali menyerang punggung dan dadanya. Dario menarik napasnya perlahan
"Tapi, hal pertama yang membuat aku bosan adalah mereka yang selalu mengincarku. Meskipun aku bisa melawan mereka tapi, terkadang mereka jauh melebihi aku. Entah dari segi jumlah atau rencana mereka"
Ares masih diam. Dia membiarkan putranya berceloteh tentang kekesalannya
"Kenapa harus mengincar aku? Bukannya aku ingin mereka mengincar princess tapi, maksudku, kenapa harus selalu aku yang jadi target utama mereka?" Ujar Dario dengan nada kesal yang kentara
Ares mengusap punggung tangan Dario
"Ada satu hal yang belum kamu tahu. Dan itu menjadi alasan mereka menjadikanmu target mereka"
Dario menoleh dan menatap Ares dengan heran
"Dan alasannya?" Tanya Dario
"Salahkan Dad dan grandpa mu untuk alasan itu" ujar Ares tanpa menjawab pertanyaan Dario
"Kenapa kamu tidak bilang kalau dia mencoba membunuhmu?" Tanya Ares
Dario mengernyit sejenak saat mendengar pertanyaan itu
"Karena menurutku, kalau aku menjawab saat Daddy sedang semarah itu padaku. Dapat dipastikan alasan yang aku berikan akan Daddy tolak mentah-mentah dan yang ada justru membuat Daddy semakin murka" ujar Dario
"Tapi kamu kan bisa mencoba memberitahuku, lagi pula ada bukti disana"
"Menurut pengalaman Alex, dapat dipastikan alasan apapun yang terlontar dari mulut Alex akan seratus persen Daddy tolak, kalau dad sedang emosi"
Ares baru saja hendak berucap kembali, jika saja Dario tidak menutup matanya dan mulai mengatur napasnya dengan perlahan. Ares meremat tangannya yang berada di balik saku celananya, rahangnya mengeras dengan sendirinya. Ares tahu, dia bahkan sangat tahu putranya sedang menahan rasa sakit yang teramat dari lukanya. Bukan hanya luka luar, tapi luka dalam sepanjang punggung ke arah dada
Membayangkan daging-daging di dalam badan Dario yang mulai tumbuh dan perlahan menyatu untuk menutup lubang yang diciptakan oleh peluru, membuat darah Ares mendidih sampai ke ubun-ubun. Bukannya Ares tidak tahu betapa menyiksanya proses penyembuhan luka dalam itu. Tangan Ares tergerak mengusap punggung tangan kanan Dario dengan perlahan dan lembut
Dario membuka matanya. Dia menatap ayahnya dengan tatapan yang sayu
"I'm fine dad" ujarnya pelan untuk menghilangkan raut khawatir dari wajah ayahnya
Ares mendengus "kamu pikir Daddy ini mommy-mu yang bisa kamu tipu dengan ucapanmu itu?" Tanya Ares
"Setidaknya atur dulu raut wajahmu agar sesuai dengan ucapanmu" cibir Ares
Dario tersenyum lemah. Terkadang dia merasa bersyukur atas kejadian empat tahun lalu, kejadian yang akhirnya mendekatkan dia kembali dengan sang ayah
"Tidur saja lah. Tadi dokter bilang kamu harus banyak istirahat" saran Ares
Dario mengangguk. Dia memejamkan matanya dan mulai berusaha tertidur. Tak sampai lima menit Ares sudah mendengar hembusan napas Dario yang teratur
"Get well soon son" ucap Ares
"Akan aku pastikan dia menderita dan merasakan sakit lebih dari yang dia lakukan padamu. Dia akan mati dengan perlahan dan menyakitkan" gumam Ares
Ares pernah melakukan kesalahan yang disesalinya. Dulu, sewaktu Dario mengalami patah tulang rusuk dan jantung bocor juga pneumonia, Ares hanya melampiaskan kekesalannya sesaat. Dia membunuh dengan cepat senior Dario, anak buahnya yang bekhianat. Dia juga "hanya" menembak kepala Sir Nick serta membuang mayatnya di ujung kota Vicel. Dan hal itu membuatnya menyesal. Menyesal bukan karena sudah membunuh mereka tapi, menyesal karena kurang menyiksa mereka
Sedangkan untuk pria yang mengeroyok Dario setahun lalu, dia sudah dihukum dengan sangat lambat dan menyiksa. Seperti yang akan dia lakukan pada manajer keuangannya sekarang
"Aku akan membalasnya Alex. Membalas setiap tetes darahmu yang jatuh dan mengalir karena ulahnya, dan juga untuk setiap senti luka di tubuhnya yang tercipta karena dia" gumam Ares lagi
'You're so scary Dad' batin Dario dengan mata terpejam tapi herannya, Dario justru tertidur dengan pulas, lega dan nyaman setelah mendengar gumaman Ares
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...