Caroline ditinggalkan oleh Dario di gudang itu berdua dengan Sharron. Tidak benar-benar berdua sebenarnya, karena anak buah Dario yang lain sudah bersiap disana dan mendengarkan dengan baik apa yang terjadi di dalam antara Caroline dengan Sharron
Caroline tersenyum kecil menatap Sharron. Dia menarik sebuah kursi kayu dan duduk di depan Sharron. Kaki kanannya ia silangkan di atas kaki kirinya. Dan Caroline menatap wajah Sharron dalam diam selama beberapa saat
"Kau tahu? Kau baru saja membawa duka untukku" ucap Caroline membuka percakapan mereka
"Begini saja, sebelum aku mengatakan duka yang aku maksud. Bagaimana kalau aku mengajukan beberapa pertanyaan padamu?"
Sharron masih diam. Caroline membuka pita perekat yang menutupi mulut Sharron
"Sharron. Apa kau masih mencintai Xander?"
"Apa pedulimu?"
"Aku hanya bertanya"
Hening. Mereka diam. Tidak ada yang berbicara, hanya Caroline yang menatap Sharron dengan posisi berpangku tangan dan wajah cantiknya ditopang oleh tangan kanannya
"Sangat" ujar Sharron pada akhirnya
"Sangat?" Tanya Caroline lagi
"Ya. Sangat. Dan bodohnya aku baru menyadari itu setelah dia pergi"
"Well, bukankah mereka selalu bilang "you never miss the water until it's gone"? Aku rasa ucapan mereka benar..."
Sharron diam
"Tidakkah kamu tahu kalau mencintai tidak selalu memiliki?"
Sharron menatap Caroline seolah meminta penjelasan
"Mmm... Jadi, begini... Ada orang yang bilang tidak selamanya cinta harus saling memiliki"
"Jangan bercanda! Bagaimana bisa itu terjadi?!"
"Bisa. Kalau nanti suatu saat Xander menemukan wanita lain yang pas baginya dan saat itu dia melepaskan aku, maka aku akan melepaskannya tanpa mengusik dirinya dan pasangannya"
"Gila!"
"Memang. Cinta memang gila tapi, tidak harus memiliki"
Caroline menarik napasnya dalam-dalam
"Bagiku, kalau suatu saat nanti Xander merasa jenuh padaku, itu salahku. Dan kalau suatu saat nanti dia menemukan seseorang untuk mendampinginya maka saat itu aku harus melepaskannya. Terlebih jika dia bahagia dengan pilihannya"
Sharron menatap Caroline tidak percaya
"Meskipun dia sudah meniduriku dan menjadi yang pertama buatku tapi, kalau dia memiliki kebahagiaan bersama orang lain yang bukan aku. Aku akan melepaskan dia. Walau sulit untuk merelakannya tapi, akan aku coba. Asal Xander bahagia, maka aku akan mencobanya"
"Kenapa kau bisa begitu?"
"Karena, cinta selalu membawa kebahagiaan. Jika dia bahagian dengan orang lain bukan denganku, maka aku akan merelakan dia. Agar aku bisa ikut tersenyum bersamanya walau dia tersenyum bukan karena aku"
"Hah?"
"Asal kita bersama di bawah langit yang sama. Walau dia tidak di sisiku, asal dia hidup bahagia. Aku juga ikut bahagia bersamanya"
Sharron menundukan kepalanya. Dia baru menyadari Caroline tidaklah seburuk yang dia pikir
"Dan kamu tahu? Aku kehilangan anakku" ujar Caroline
Mata Sharron membulat kaget. Dia mendongak menatap Caroline
"Kalau kamu tanya apa aku sedih? Tentu aku sedih. Tapi, aku lebih sedih saat melihat wajah Xander yang selalu tegas, dingin dan datar itu menampakan kesedihannya. Bahkan bahu tegapnya gemetar dengan hebat kemarin. Dan hal itu paling melukaiku"
Caroline mengusap setitik air matanya yang jatuh saat mengingat bagaimana Dario menangis dan terus meminta maaf padanya
"Bukannya aku tidak peduli pada anakku. Tapi, melihat Xander sebegitu terlukanya kemarin membuat hatiku seperti teriris pisau. Rasanya jauh lebih sakit dari saat anak buahmu menendang dan menginjak perut juga anakku. Aku tidak mau lagi melihat Xander seperti kemarin"
Caroline terdiam. Sharron menatapnya. Sorot mata Sharron berubah, tidak ada kebencian lagi di mata itu. Hanya ada penyesalan di mata hijau Sharron
"Maafkan aku. Aku begitu dibutakan oleh cintaku dan obsesiku pada Alex. Aku mencintainya tapi, justru melukainya"
Tanpa mereka sadari, Dario menguping membicaraan kedua wanita itu. Secara tidak sengaja Dario mendengar ucapan mereka. Dario memang hanya menembaki perut setiap pria disana dan membiarkan anak buahnya mengurus sisanya
"Sweetheart" panggil Dario. Dia membuka pintu gudang seolah dirinya tidak mendengar apapun
"Hey" sapa Caroline
Dario sengaja memagut bibir Caroline di depan Sharron. Tidak lama hanya lima menit dan Dario melepaskan pagutannya
"Sudah selesai?" Tanya Dario
"Sudah. Aku dan Sharron sudah berdamai. Jangan apa-apakan Sharron!" Ujar Caroline
Dario terkekeh kecil. Sharron mengernyit heran dengan maksud "jangan apa-apakan"
"Ayo pulang!" Ajak Dario
"Janji, jangan apa-apakan Sharron!"
"Tunggu aku di mobil sayang"
Caroline mencebik kesal. Dia merengut sambil berbalik
"Kalau kamu masih merengut sampai di luar dan mereka melihatmu... Aku tidak akan mengampuni bibirmu!" Seru Dario
"Xander!!!" Pekik Caroline kesal. Dario terkekeh kecil
Memastikan Caroline sudah keluar, Dario menatap bengis ke arah Sharron
"Jangan harap gue sebaik Caroline! Istri gue memang terlalu baik"
Sharron tergugu mendengar ucapan Dario
"Welcome to hell, Sharron"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...