59. Have I Ever?

11K 512 5
                                    

Seperti biasa Dario menatap langit malam dan jalanan kota Detro yang cukup ramai walau di luar sedang turun hujan. Club miliknya juga cukup ramai malam ini

"Xander" panggilan yang amat akrab baginya membuat Dario menoleh

"Ada surat untukmu" ujar gadis cantik yang berbalut kemeja putih dengan rok span warna hitam, juga pump shoes hitamnya

Mata Dario terpaku pada gadis di depannya. Tanpa bergeming Dario menatap gadis yang amat dia sayangi itu tengah berdiri dengan senyum manis di wajahnya. Dario meneguk ludahnya saat melihat kaki gadisnya yang cukup jenjang itu hanya terbalut oleh stocking berwarna hitam sementara rok milik sang gadis hanya sebatas pahanya saja

"Xander?" Panggil Caroline heran saat Dario tidak kunjung berhenti menatapnya

"Hey!" Ujar Caroline sambil melambaikan tangan di depan wajah Dario

Dario tersadar dan seketika matanya melebar saat sang gadis kini sangat dekat dengannya. Wajah mereka hanya terpaut jarak lima sentimeter saja. Dario berdeham kecil, jantungnya berdegub dengan cepat

"Sudah sadar?" Tanya Caroline

"Hn" jawab Dario seadanya karena dia masih sibuk menetralkan detak jantungnya

"Surat dari siapa?" Tanya Dario setelah dia berhasil mengendalikan jantung dan ekspresi wajahnya

"Dari pemerintah Inzpia, Lalu, pemerintah Marvinia, Garnia, Qeunzia. Intinya semua dari pemerintah"

Dario mengangguk dia membuka surat-surat itu dan membacanya. Senyuman kepuasan tergambar di wajah tampan Dario

"Senang sekali" ujar Caroline

Dario melirik Caroline dan tersenyum. Dia berdiri dan menghampiri Caroline

"Kita akan mengunjungi semua negara itu dalam satu minggu ini" ujar Dario di telinga Caroline

"Kita?"

"Ya. Kita"

"Kenapa?"

"Mereka memberikan izin usaha bagiku. Le Ciel akan berkembang kesana"

Mata Caroline terbelalak. Secara refleks Caroline melompat memeluk leher Dario dengan erat. Dario terkejut dan kembali lagi jantungnya berdegub kencang. Terlebih wangi perfume, sampo, dan body lotion yang memasuki penciumannya membuat kepalanya pusing dalam artian baik. Dario merasa dirinya akan terus mengingat perpaduan wangi itu di kepalanya

Dario terus menghirup wangi itu sebanyak yang ia bisa. Kalau boleh jujur, dia menyukai wangi itu dan juga sang pemilik wangi. Caroline yang tersadar langsung melepaskan pelukannya dan menunduk dengan wajah merona

"Selamat" ucap Caroline sambil menunduk

Dario gemas melihat wajah sang gadis yang sangat menggoda baginya. Entah setan dari mana, Dario menarik dagu Caroline, membawa wajah sang gadis menatapnya lalu, dia menyesap bibir milik Caroline dengan lembut

"Bibirmu manis dengan rasa stroberi" ujar Dario setelah dia melepaskan bibir milik Caroline. Caroline malah sudah tertunduk malu

"A-aku keluar dulu" ujar Caroline gugup

Dario hampir terkekeh geli. Dario menarik Caroline ke dalam pelukannya. Dia mengusap rambut milik Caroline. Sementara kepala sang gadis berada di dadanya. Caroline bisa mendengarkan degub-an jantung Dario yang sangat cepat. Tanpa sadar Caroline tersenyum

"I want you to be mine. I want you so bad Caroline but, I can't force you" bisik Dario

Dario memejamkan matanya menikmati wangi Caroline yang terus masuk ke dalam penciumannya

"What should I do? Can you give your heart to me like I give mine to you?" Bisiknya lagi

Caroline merasa bersalah pada Dario. Dia merasa Dario sudah sangat baik padanya. Dario menjaganya saat dia sakit. Menolongnya setiap dia dalam bahaya. Helaan napas Dario membuat Caroline tersadar dari pemikirannya. Dario melepaskan pelukannya

"Sorry" ujarnya

Dario berjalan melewati Caroline. Caroline menatap punggung Dario yang mulai menjauh dan menghilang di balik pintu. Caroline merasa bersalah. Hanya karena perlakuan Damien yang masih membekas, membuat dia menyakiti Dario

"Caroline" panggil Dario setelah sepuluh menit dia meninggalkan Caroline di ruangannya

"Ya?"

"Aku rasa, biar aku berangkat sendiri. Kamu tolong urus club ini sampai aku kembali"

"Okey..."

Caroline pamit keluar dari ruangan Dario. Entah kenapa dia sedikit kecewa pada Dario yang tiba-tiba tidak jadi mengajaknya

"Nona Vierra" panggil Gael

"Ya?"

"Surat dari sir"

"Oh. Trims"

Gael mengangguk dan melangkah menjauh. Caroline membaca surat dari Dario

"Have I Ever?" Gumamnya dalam hati

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang