33. Don't Die!

12.6K 612 2
                                    

"Joenas kau dan Carlos Lui tunggu disini. Jika terjadi sesuatu, kabari aku"

"Baik tuan"

Ares melangkah pergi dari rumah sakit itu bersama dengan Len. Dia pergi menuju ke tempat yang sering dikatakan olehnya sebagai penjara. Tempat itu adalah gudang tua di tengah hutan di atas gunung. Ares membangun gudang itu untuk bisnisnya

Kriett

Suara derit pintu itu membuat Timmy menyeringai kepada tahanan mereka. Ares masuk ke dalam gudang itu dan melihat manajer keuangannya duduk terikat di kursi kayu dengan mulut terlakban rapat dan mata terikat kain

"Apa saja yang dia katakan?" Tanya Ares

"Dia mengatakan kalau dia membenci tuan muda. Katanya, tuan muda begitu sombong dan angkuh. Tuan muda sudah menggagalkan rencananya untuk menghabiskan harta kekayaan anda di Andlesia ini" ujar Timmy

Ares duduk di sebuah kursi di depan manajer keuangannya. Dia menyuruh Timmy membuka kain di mata pria itu

"Mmm! Mmm!!" Ujar pria itu

Ares menatap datar pria di depannya

"Aku berikan kau pekerjaan, dan menggajimu dengan upah di atas rata-rata. Dan apa balasanmu? Hm? Korupsi besar-besaran di perusahaanku" ujar Ares sambil memakai sarung tangan kulitnya

Len menuangkan segelas white wine untuk Ares. Ares menenggak habis wine itu dan memegang gelasnya. Dia memandang gelas di tangannya dan wajah pegawainya

"Ah... Aku baru saja mengingat ini. Perbuatan yang kau lakukan pada putraku di depan mataku sendiri"

"Mmm!!" Ronta pria itu memohon

Ares menyeringai dan melemparkan gelas itu ke arah si manajer keuangan. Karena tidak dapat mengelak, lemparan Ares tepat mengenai sasaran. Ares berdiri, dan berjalan ke arah pria itu

"Dan ini juga kau lakukan padanya di depanku"

Bugh!

Krakk!

Tinjuan Ares mengenai tulang pipi pria itu bahkan hingga menimbulkan bunyi seperti ranting daun yang patah. Pria itu menjerit di balik pita perekat yang menyumpal mulutnya. Tak berhenti disana, Ares juga mengambil sebuah kayu

"Kau juga hampir memukulnya dengan bingkai foto kan? Akan aku hitung kau sudah memukulnya walaupun belum"

Jduagh

Pria itu kembali menjerit saat kayu yang dihantamkan Ares ke kepalanya itu berhasil mendarat sempurna dengan sangat keras. Ares kembali menyeringai. Ares mengambil pisau di meja yang ada di sebelahnya. Dia mendekati pria itu dan menancapkan pisau itu di dada pria itu. Di tempat yang sama dengan dimana luka Dario berada. Bahkan Ares menekan dalam-dalam pisau itu, tak peduli pria itu menjerit-jerit di balik pita perekat

"Aku tidak akan membunuhmu dengan cepat. Karena, aku belum tahu bagaimana keadaannya" ujar Ares

"Sebaiknya kau berdoa agar dia baik-baik saja" ujarnya lagi sambil melepaskan sarung tangannya

"Karena jika sampai terjadi sesuatu pada putraku yang paling berharga, maka aku akan memastikan kau akan menderita sampai kau memohon untuk mati!!!" Ancam Ares

"Dan aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Aku akan memotong satu jarimu jika malam ini aku mendapat kabar buruk dari rumah sakit!"

Ares melangkah keluar dari gudang itu

"Maka berdoalah, agar dia baik-baik saja" ujar Ares sebelum benar-benar pergi dari sana

"Jangan biarkan dia mati Timmy! Biarkan pisau itu tetap disana sampai aku kembali!" Titah Ares pada Timmy

"Dimengerti tuan" ujar Timmy hormat

Ares kembali ke rumah sakit. Dia segera masuk menuju ke kamar rawat putranya

"Tuan" panggil Joenas dan Carlos Lui

"How's he?"

"Tuan muda belum sadar, tapi kondisinya cukup stabil tuan"

Ares mengangguk. Dia masuk ke dalam kamar putranya. Hal pertama yang menyambutnya adalah suara mesin pendeteksi detak jantung. Ares berjalan semakin masuk ke dalam dan menemukan sosok Dario yang pucat terbaring di depannya dengan jarum infus di tangan kirinya dan jarum untuk menyalurkan darah di tangan kanannya. Deru napas Dario terdengar begitu teratur dan lemah

"Maaf. Kamu kembali seperti ini lagi..." Ujar Ares

"Dulu kamu seperti ini, dan sekarang kembali seperti ini. Maaf, salah dad kamu jadi seperti ini"

"Jangan seperti dulu Lex! Jangan seperti dulu!" Ares mengusap punggung tangan kanan Dario dengan pelan

Bayangan Dario kecil yang hampir tewas kembali menghantui Ares. Ditambah bayangan ketika jantung Dario berhenti berdetak empat tahun lalu, semakin membuat jantung Ares berdegup dengan sangat kencang sampai terasa nyeri

"Please, just don't die!" Ujar Ares lirih

"Sebentar lagi kamu akan berulang tahun kan? Kamu harus bangun Alex. Jangan sampai salju pertama turun di Andlesia lebih dulu darimu! Ayo bangun!"

[KDS #2] Xander'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang