Dario sedang tertidur saat Ares datang dan berdiri di sampingnya. Ares mengusap pipi Dario dan mencium kening putranya sekilas, sebelum dia memilih duduk di kursi kosong. Pikiran Ares masih menerawang mengingat ucapan Marlyn saat dia ke ruangan sahabatnya itu
"Gue terpaksa menceritakan padanya" ujar Marlyn mengaku dosa
"Kenapa?"
"Karena dia menyakiti dirinya sendiri! Dia benar-benar keras kepala seperti lo dan suka menyakiti diri sendiri seperti ibunya!"
Ares terkekeh sekilas "apa yang dia lakukan?"
"Memecahkan kaca kamar mandi di ruangannya dengan tangannya sendiri yang dulu patah entah karena apa!"
Ares terkejut dan kembali terkekeh
"Dia sudah sehat sepertinya, sudah bisa membuat ulah lagi"
"Beri tahu saja dia Xav. Daripada dia seperti Daverick. Nanti rumit urusannya, lagi pula mau sampai kapan lo keras terus sama dia?"
"Gue takut dia nggak siap"
"Siap nggak siap, dia harus tahu Xav. Dan dia harus tahu itu dari lo! Bukan dari orang lain!!"
Lamunan Ares buyar ketika dia mendengar Dario terbatuk kecil. Ares berdiri dan mengambil segelas air untuk putranya
"Dad?" Panggil Dario heran
"Minum dulu" suruh Ares
Dario meminum air itu dan meletakan gelasnya di meja
"Bukannya Dad harusnya sedang di Etra?"
"Memang"
"Dad baru balik?"
"Hn"
"Kenapa tidak pulang ke rumah? Nanti mom mencari Dad"
"Tidak akan"
Dario menggindikan bahunya
"Itu tangan kenapa lagi?" Tanya Ares
Dario melirik tangannya "kesal"
Ares menaikan alisnya dan menatap heran putranya
"Kesal? Kenapa?"
Dario menatap Ares sebelum memilih menghela napas
"Kenapa dad tidak pernah cerita kejadian itu?"
Ares duduk kembali di kursi
"Dad pikir kamu belum siap"
"Belum siap apa? Tinggal mendengarkan cerita saja apa susahnya?"
Ares menggelengkan kepalanya, melihat tingkah anaknya yang sangat mirip dengan sang istri ketika merajuk
"Apa dad tidak berniat memberi tahu Alex sekarang?"
"Sepertinya tidak"
Dario mendecak kesal
"Terserah lah! Mungkin sampai Alex mati pun Dad tidak akan menceritakannya"
"Alexander Dimitry!!!" Bentak Ares begitu mendengar ucapan putranya
"Apa? Dad memang tidak berniat memberitahu Alex kan?!"
Ares terdiam. Dario mendengus
"Memang sepertinya Alex harus seperti Daverick" Ares melirik Dario dengan tatapan tajam
"Sepertinya memang harus hampir mati dulu atau Alex harus mati dulu baru Daddy akan cerita?!"
Plakk
Tamparan Ares berhasil mendarat di pipi Dario dengan mulusnya. Dan itu justru membuat Dario semakin murka. Dario menyungingkan senyum meremehkan miliknya ke arah Ares. Tangannya bergerak menarik pecahan kaca yang dia simpan di balik bantalnya. Hampir saja pecahan kaca itu menggores leher Dario kalau tangan Ares tidak menghalangi pecahan kaca itu dengan tangannya
"Apa yang kau lakukan bodoh?!!"
"Kenapa Dad tidak memberitahu Alex?!"
"Sudah aku bilang kau belum siap!!"
"Siap atau tidak siap itu Alex yang menentukan bukan Dad!!"
"Bagaimana bisa aku mengatakannya kalau kau begitu trauma dulu?!!!"
Dario terkisap. Dia terdiam dan menatap sang ayah. Ares memegang tangan Dario dengan sebelah tangannya, menjauhkan tangan itu dari leher Dario. Sebelah tangannya yang sudah berdarah mengambil pecahan kaca dari genggaman Dario dan melemparnya jauh-jauh
"Kamu begitu trauma pada kejadian itu. Bahkan saat kamu sadar kamu mengusirku, dan begitu ketakutan saat melihatku. Kamu menghilangkan ingatan tentangku. Melihatmu begitu menderita, mana mungkin aku menceritakan itu padamu? Aku terlalu takut kamu kembali menderita seperti saat itu. Aku tidak sanggup melihatnya"
Hari ini kali pertama Dario melihat gurat kesedihan dan luka muncul di wajah ayahnya. Ayahnya yang selalu kuat dan kokoh seperti beton, hari ini sisi lainnya nampak di depan Dario
"Kami sampai harus membawamu ke psikiater. Mereka menerapy mu selama setahun penuh. Aku terpaksa menjauh karena, kamu begitu takut melihatku"
Dario diam. Dia mendengarkan ucapan ayahnya dengan baik. Sampai kelebatan bayangan itu berputar di kepalanya seperti sebuah film
"Arrgghh!" Dario meremat selimutnya
Ares terkejut melihat Dario tiba-tiba meringis dan mencengkram selimutnya dengan sebelah tangan memegangi kepalanya. Ares baru akan pergi memanggil Marlyn yang ada di luar, jika saja tangan Dario tidak menarik lengannya
"Jangan pergi, please!" Pinta Dario lirih
"Alex..."
"Dia mau bunuh Alex dad... Dia sudah menunggu sangat lama untuk itu"
Ares bingung harus melakukan apa, terlebih dengan ucapan putranya
"Siapa?"
"Louis...rrrgghh!"
"Marlyn!!" Panggil Ares
Marlyn masuk dan terkejut dengan kondisi Dario. Dengan cepat dia menyuntikan obat penenang
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...