"Kakak!" Erika memekik girang saat melihat Dario berada di luar sekolahnya untuk menjemputnya
"Hey, princess" ujar Dario sambil mencium singkat kening Erika
Erika memeluk kakaknya dengan sangat erat. Dia begitu merindukan kakaknya. Dario hanya tersenyum, tangannya mengusap punggung sang adik yang mulai bergetar
"Jangan nangis...! Kenapa jadi nangis gini? Tahu gitu nggak usah jemput tadi"
Erika menjauhkan badannya dan mendongak untuk menatap kakaknya dengan bibir mengerucut
"Kok gitu sih ngomongnya! Sebel ah!"
Dario terkekeh. Menggoda adiknya memang sangat menyenangkan. Dario kembali menarik adiknya ke dalam pelukannya, dia mencium puncak kepala sang adik menyesap wangi shampoo sang adik yang beraroma lavender
"Ayo pulang! Mommy dan Daddy sudah menunggu di rumah" ajak Dario yang langsung membuat mata Erika berbinar
"Kalian menginap disini?" Tanya Erika setelah mereka masuk ke dalam mobil
"Hn. Daddy bilang kita liburan..."
Erika lagi-lagi memekik girang. Dia terlalu rindu pada keluarganya. Erika menatap sekilas kakaknya
"Kak..."
"Hm?" Dario meletakan ponselnya dan menengok menatap adiknya
"Kenapa?" Tanya Dario
"Itu... Dave..."
Dario hanya bisa tersenyum sendu dan menggelengkan kepalanya
"Belum ingat" ucapnya. Erika mengangguk paham
Dario mengacak rambut adiknya pelan. Dia kemudian menyandarkan kepalanya di kursi dan menutup matanya. Erika memainkan ponselnya sampai akhirnya ia menyadari kakaknya sudah terlelap
"Uncle..." Panggil Erika pada Zack
"Ya nona"
"Apa terjadi sesuatu pada kakak, belakangan ini?"
"Kenapa nona bertanya begitu?"
Erika menggeleng "Tidak... hanya saja, sepertinya kakak lelah sekali..."
Zack tersenyum menutupi kebohongan besar
"Tidak ada apa-apa nona... Tuan muda baik-baik saja"
Erika mengangguk paham. Mobil sedan hitam itu memasuki kediaman Dimitry dan berhenti tepat di pintu utama
"Daddy..." Teriak Erika saat dia melihat ayahnya di depan pintu
Erika memeluk erat badan ayahnya. Ares sendiri hanya bisa tersenyum melihat tingkah putrinya
"Ayo masuk. Mommy sudah menyiapkan makan siang untuk kita" ajak Ares dan Erika mengangguk senang
Erika melangkah masuk sedangkan Ares mengernyit heran
"Zack" panggil Ares
"Ya tuan?"
"Alex tadi ikut dengan kalian, kan?"
Erika baru teringat. Dia langsung menghampiri ayahnya dan menarik lengan jas sang ayah
"Ada apa princess?" Tanya Ares
"Kakak tidur di mobil, Rika mau bangunkan tapi, tidak tega"
Ares mengangguk paham. Dia menyuruh Erika masuk duluan, sementara dirinya menghampiri Dario di mobilnya. Erika menatap sang ayah dari pintu, dia takut ayahnya akan memarahi sang kakak seperti biasanya. Mata Erika terus menatap sang ayah yang sedang membuka pintu mobilnya
Sreettt
Badan Dario langsung tergeser keluar saat pintu itu terbuka. Untung saja, ada badan Ares di sebelahnya. Ares berjongkok dan membenarkan posisi duduk putranya. Dia melihat wajah Dario memang sedikit lebih kurus dan kulitnya sedikit lebih pucat. Ares menghela napas pelan, dia mengusap pipi dan rambut Dario
Hal yang terjadi setelahnya cukup membuat Erika terbelalak kaget. Ares menggendong Dario di punggungnya dan membawa Dario masuk. Erika masih tercengang, dia menatap ayah dan kakaknya yang baru saja melewatinya dan naik ke lantai atas menggunakan lift untuk ke kamar sang kakak. Sebuah tepukan di bahunya membuat Erika tersadar
"Mommy" ujar Erika
Kanaya memeluk sayang putrinya itu. Harus dia akui, dia merindukan putrinya. Erika memeluk Kanaya dan menghirup wangi mawar dari Kanaya
"Mom, kakak sama Daddy sudah akur?" Tanya Erika
Kanaya terkekeh sambil menarik tangan Erika untuk ikut dengannya ke ruang makan
"Entah apa yang terjadi tapi, kakakmu itu sudah ingat tentang masa kecilnya dan dia jadi sangat menempel dengan kami. Tentu saja menjadi sangat menurut dengan ayahmu"
Erika tertawa mendengar ucapan ibunya. Dalam hati dia bersyukur. Kakak dan ayahnya bisa akur kembali. Sementara di kamar Dario, Ares sedang menyelimuti anak itu dan mengusap rambutnya pelan dan penuh rasa sayang
"Have nice dreams boy, and get well soon" ucapnya
Ares bukan tidak tahu, kalau anaknya masih sering merasa lelah. Semua itu sebagai akibat dari rutinitasnya dan efek dari jantungnya yang masih dalam perawatan. Sejak tulangnya patah dan menusuk jantungnya dan Jammy juga Marlyn bekerja sama mengoperasi tulangnya, keadaan Dario memang jadi sedikit lemah. Menurut kedua dokter itu, apa yang dialami Dario adalah hal normal. Dia harus menyesuaikan diri karena, jantung Dario tidak jadi dioperasi sebenarnya, mereka hanya menggunakan obat-obatan untuk menumbuhkan jaringan, sehingga lubang di jantung Dario bisa menutup sempurna
"Hhh..." Ares kembali menghela
Keadaan Dario diprediksikan akan seperti ini dalam kurun waktu setahun dan itu artinya masih ada setengah tahun lagi untuk Dario kembali normal
"I'm sorry" ucap Ares
Ares memang masih menyalahkan dirinya sendiri. Dia menyesalkan kejadian itu terus menerus. Membunuh pelakunya saja masih belum cukup untuk Ares. Jika bisa, dia ingin membunuh pelakunya berkali-kali
"I really am sorry... Kalau waktu itu aku tidak terlambat, kamu tidak akan seperti ini... Maaf..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
JugendliteraturSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...