"Katakan padaku kalau kamu tidak enak badan atau lelah. Kita akan langsung pulang" bisik Dario pada Caroline
Saat ini mereka ada di acara pernikahan Jeanna dan Varlean. Caroline berdiri di sebelah kanan Dario sedangkan Gael di sisi kirinya. Sebenarnya tangan Dario sudah gatal ingin memeluk pinggang Caroline dan juga menonjok setiap mata pengusaha yang menatap ke arah gadisnya dengan tatapan mesum
'Sial!' Umpat Dario dalam hati
"Eh? Caroline..." Panggilan Kanaya membuat Dario tersadar dari kekesalnya dan menoleh menatap ke arah ibunya yang tengah berdiri dengan Kayla di sebelahnya
"Good evening, Ma'am" sapa Caroline
"Good evening" jawab Kanaya dengan senyum di bibirnya
Kanaya menarik tangan Caroline dan hal itu sempat membuat Dario terkejut. Kanaya membawa Caroline ke tempat dimana ayahnya dan keluarga besar mereka juga Ardlan berkumpul
"Lihat, Rika dia cantik kan?" Tanya Kanaya pada Erika yang masih dalam rangkulan Daverick
"Ya, mom. Dia cantik. Tapi, siapa dia?" Tanya Erika heran. Dario bersumpah dia melihat Daverick sedikit tersenyum tadi, walau hanya sekilas
"Dia sekretaris kakakmu. Dia yang mom ceritakan padamu" Kanaya menjelaskan
"Oh... Hai, aku Erika" sapa Erika
"Good evening miss Erika" sapa Caroline
"Jangan formal seperti itu! Aku rasa kita seumuran, iya kan?"
"Tidak sayang. dia lebih muda darimu" ujar Kanaya menyela Caroline membuat semua orang disana terkejut
"Berapa usiamu sekarang?" Tanya Erika
"22 miss" jawab Caroline
"Woah... Aku tidak menyangka kakak akan mempekerjakannya. Padahal, usianya masih sangat muda"
Dario masih sibuk berbicara dengan para pengusaha besar lain yang datang ke acara itu. Ekor matanya terus melirik ke arah Caroline. Dia khawatir pada gadisnya itu. Terlebih kini gadisnya tengah membawa anak mereka dalam perutnya
"Permisi sebentar miss, ma'am, sir" pamit Caroline
Ponselnya tidak berhenti bergetar, membuat Caroline pamit undur pada keluarga Dimitry dan Ardlan. Caroline melihat nomor itu dan mengernyit heran. Dia tidak kenal nomor yang tertera di layar ponselnya. Rasa penasaran membuat Caroline mengangkat panggilan itu
"Halo"
"Did you see an old woman on the balcony?"
Caroline menoleh. Dia terkejut melihat wajah yang amat mirip dengan Kanaya
"Say good bye to her"
Caroline terbelalak. Dia menoleh dan matanya mencari ke segala arah. 'Gotcha!' Caroline menemukan si penelfon tengah berada di gedung seberang dan bersiap dengan senapannya
"What do you want?" Tanya Caroline
"Simple! Kill her and got the money plus making you become the master mind"
Pria itu memutus panggilannya dan Caroline segera berlari. Tangannya mengambil nampan-nampan kosong dari tangan beberapa pelayan yang dia lewati dan dengan segera dia melempar semua nampan itu ke arah perempuan di balkon
"Astaga! Caroline!!!!" Bentakan Kanaya membuat semua orang menoleh ke arah Caroline
Dan keramaian itu berhenti saat Caroline justru menarik wanita tua itu menjauh dari balkon sementara semua nampan yang dia lempar berserakan di lantai dengan lubang di masing-masing nampan
"Pardon me Ma'am" ujar Caroline pelan dengan napas masih memburu
"Bunda..." Panggil Kanaya. Kanaya bahkan mendorong Caroline hingga Caroline hampir terjatuh jika tidak ada Daverick di belakangnya
Merasa situasi tidak memihak padanya, Caroline memilih pergi dari ruangan itu. Lengannya terluka akibat peluru yang menyerempetnya tadi tapi, sesuatu di dalam dadanya terasa lebih sakit dari luka di lengannya
"Bunda tidak apa-apa?" Tanya Kanaya
"Bunda baik-baik saja. Mana gadis itu?"
"Hah?"
"Gadis tadi, mana dia? Dia menolong bunda tadi"
Seketika mereka semua terkejut. Dario malah sudah menatap ke sekeliling, mencari sosok gadisnya yang hilang tiba-tiba
"Siapa dia? Bunda harus berterima kasih. Dia menyelamatkan nyawa bunda dari peluru itu" ujarnya sambil menunjuk ke arah peluru yang menancap di lantai
"Sekretaris Alex" ujar Ares singkat
"Grandma, grandma terluka!" Pekik Erika membuat semua orang menatap darah di lengan dress istri dari Daniel Malven
"Bukan grandma, tapi gadis tadi"
Dario langsung menyuruh Gael mencari Caroline dan membawa Caroline ke jet pribadinya
"Alex" panggilan itu membuat Dario menoleh
"Panggilkan dia kesini. Grandma mau berterima kasih padanya"
Dario terpaku. Tak lama ponselnya berdering. Pesan dari Gavel, kalau mereka akan membawa Caroline ke rumah sakit
"Dia, sedang ke rumah sakit grandma. Biar Alex sampaikan nanti padanya"
"Alex, sampaikan juga maaf mom padanya"
"Iya mom, Alex sampaikan nanti"
Dario mengikuti sisa pesta dengan hati tidak tenang. Akhirnya dia memilih pamit lebih awal dan segera menyusul Caroline ke private jet-nya
"Cari tahu, siapa pelaku dari kejadian ini! Akan aku habisi dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...