"Kenapa kamu beritahu ini ke aku?" Tanya Caroline saat Dario selesai bercerita. Dario menatap mata cokelat milik Caroline dan mengusap pipi sang gadis dengan sangat lembut
"Sebuah hubungan harus punya pondasi yang kuat, kan? Dan salah satu pondasinya adalah kepercayaan dan kejujuran. Aku menceritakannya karena aku ingin kamu tahu semua tentang aku secara jelas dan jujur baby. Agar nanti ke depannya kamu bisa lebih mempercayai aku. Jadi, percaya sama aku ya?"
Caroline terdiam. Dia takjub kepada Dario. Bukan karena kejujurannya tapi...
'Hebat! Baru kali ini loh dia ngomong segitu panjangnya. Biasanya mah buset lebih dari dua kalimat aja susah bener.... Ajaib!!' Pikir Caroline
"Okey..." Caroline mengangguk
"Baby"
"Hm?"
Dario menangkup kedua pipi Caroline dan menatapnya dengan lekat
"Setelah ini, kecuali mommy, jauhi perempuan dengan warna mata hijau. Jika kamu bertemu dia, jauh-jauh darinya, okey?"
Caroline mengangguk lagi. "Okey" ujarnya
Dario tersenyum pada gadisnya. Caroline sendiri merasa apa yang diucapkan oleh Dario ada benarnya. Sebuah hubungan harus memiliki pondasi kejujuran yang kuat juga rasa percaya yang kuat.
"Ada apa baby? Kenapa wajahmu seperti sedang berpikir begitu?" Tanya Dario
Caroline menggelengkan kepalanya pelan. Dia sedikit bergeser dan menyuruh Dario menemainya tidur di atas ranjang pasien yang tentu saja ditolak Dario
"Tidak akan muat baby. Yang ada nanti lukamu tersenggol dan sakit kembali"
"Aku mau pulang saja kalau begitu"
"Pulang?"
"Iya pulang"
Dario diam dan menatap gadisnya itu. Berpikir dengan keras apa dia harus menuruti permintaan gadisnya. Caroline sendiri sibuk menggoyang-goyangkan lengan Dario
"Ayo pulang!" Ajak Caroline atau lebih tepatnya dia merengek pada Dario
"Pulang, tapi, kamu pindah ke penthouse-ku. Bagaimana mau atau tidak?"
Caroline yang pada dasarnya tidak suka rumah sakit memilih mengiyakan ucapan Dario tanpa berpikir panjang. Dario langsung berdiri dan keluar dari kamar Caroline untuk menemui dokter di ruangannya
.........
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Dario membuat Caroline berjingkat kaget. Dario baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan membawa segelas susu
"Ya Lord! Ish! Kaget aku" gerutu Caroline dan Dario justru terkekeh geli. Dario meletakan gelas berisi susu itu di atas nakas dan dirinya beralih menaiki ranjang king size-nya
"Susunya mau minum sekarang atau nanti?" Tawar Dario
"Sekarang saja" mendengar jawaban Caroline, Dario mengambil gelas di nakas dan memberikannya pada Caroline
Setelah selesai menghabiskan susu di gelas itu. Caroline meletakan gelas tersebut di nakas yang ada di sebelahnya. Caroline kembali terdiam di atas ranjang. Pikirannya melayang, memperdebatkan hal yang terus mengiang di kepala cantiknya itu
'Beritahu atau jangan?' Pikir Caroline
'Beritahu saja deh! Eh tapi, kalau nanti dia berbalik menyerang aku gimana?'
'Gak usah kasih tahu deh! Tapi, kan, sebuah hubungan harus dijalin dengan pondasi kejujuran'
"Baby?" Panggil Dario heran saat mendapati Caroline kembali termenung
"Baby" panggil Dario lagi, kali ini dia menggenggam tangan kanan Caroline
"Ya?" Tanya Caroline saat dia tersadar dari lamunannya
"Apa yang kamu pikirkan? Beritahu aku saja. Siapa tahu aku bisa bantu"
Caroline mengangguk sekilas. "Janji gak marah tapi ya?"
"Iya. Ada apa?"
"Jadi, gini. Nama Kostarft itu bukan nama keluarga aku. Tapi, secara kebetulan aku diangkat oleh mereka"
Dario mengernyit bingung. Tidak mengerti maksud kekasihnya. Caroline membaringkan badannya. Dia lelah terus duduk termenung sejak dia keluar dari rumah sakit sampai saat dia ada di kamar Dario di penthouse milik tunangannya ini. Dario ikut berbaring sebelah tangannya merangkul pinggang Caroline
"Lanjutkan. Aku masih belum menemukan maksud ucapanmu" ujar Dario
"Jadi, dulu sekali aku punya sebuah keluarga. Ayah dan ibuku juga adikku yang masih di dalam perut ibuku. Kami pergi kesini. Ke Andlesia untuk berlibur. Liburan kami awalnya menyenangkan seperti liburan pada umumnya, setidaknya sebelum kejadian itu terjadi. Rem mobil kami mengalami kerusakan dan tidak berfungsi. Alhasil, mobil keluargaku jatuh ke jurang. Aku selamat tapi, kedua orang tuaku meninggal. Ayahku sempat menitipkanku pada seseorang yang hendak menolong kami. Dan itu adalah keluarga Leque"
"Jadi, maksudmu, nama aslimu Vierra Caroline? Dan Kostarft hanya nama keluarga angkatmu?"
Caroline mengangguk. "Mereka melihat gelang milikku. Di gelang itu tertulis Vierra Caroline K. Karena bingung dan juga memikirkan nama yang pas untuk nama belakangku mereka memilih nama Kostarft karena, aku mereka selamatkan dari dekat villa mereka. Villa Kostarft"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Fiksi RemajaSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...