Dario masih menunggu Caroline di periksa oleh dokter di rumah sakit terdekat. Bahkan saat mereka baru datang, Dario langsung meminta ruangan VVIP bagi Caroline. Jadi, Caroline tidak perlu berbaring di UGD lebih dulu. Dario melihat Gael menghampirinya
"Dia sudah pergi?" Tanya Dario
"Sudah sir"
"Jika dia datang lagi, usir saja dia!"
"Understood sir..."
Dario memilih kembali diam. Sampai dokter keluar dari ruangan Caroline dan berjalan ke arahnya yang menunggu di ruang tamu. Dokter memberitahu keadaan Caroline sementara mata Dario masih terpaku pada gadisnya yang kini tengah tertidur di atas ranjang pasien. Dario mengangguk pelan mendengar ucapan dari dokter itu. Matanya terus menatap lekat gadisnya dari balik kaca pemisah mereka
"Sir, maaf. Apa anda mendengarkan saya?" Tanya sang dokter
"Ya. Saya mendengarkan"
"Apa anda tidak bahagia dengan berita ini?"
Dario mengernyit. Dia sebenarnya tidak terlalu mendengarkan ucapan dokter di sampingnya. Dario menoleh dan melihat Gael yang berdiri di belakang sang dokter sibuk memberi tanda padanya dengan mengusap-usap perutnya, menunjuk Caroline dan menunjuk dirinya. Mata Dario terbelalak kaget saat mengerti apa maksud gerakan Gael
"Sepertinya anda baru menyadarinya. Saya permisi kalau begitu sir. Selamat malam dan selamat" ujar dokter itu sebelum keluar dari ruang rawat Caroline
"Dia serius?" Tanya Dario pada Gael
"Memang sir tidak mendengarkannya?"
Dario menggeleng. Gael langsung menghela napas. Sudah dia duga, boss-nya tidak akan mendengarkan apapun ketika dirinya sudah menatap lekat gadisnya
"Sir. Dokter bilang-"
"Aku sudah tahu. Kau sudah bilang tadi Gael. Terima kasih memberiku bantuan tadi"
"Sama-sama sir. Saya permisi. Kalau sir butuh sesuatu, saya dan yang lain ada di depan"
Dario mengangguk dan Gael keluar dari ruangan itu. Dario beranjak dari tempatnya dan melangkah menuju ranjang Caroline. Dario mengusap pipi Caroline dan mencium keningnya dengan lembut. Bibirnya membuat sebuah senyuman yang sanggup membuat semua orang terpesona dan bertekuk lutut di bawah kakinya
"Get well soon sweetheart. Lalu, kita pulang dan merayakannya" ujar Dario pada Caroline
Dario duduk di kursi dan menggenggam tangan kiri Caroline. Dia terus menatap lekat gadisnya. Bibirnya terus tersenyum dengan lembut. Rasanya dia sangat bahagia dan senang saat ini. Seolah semua bebannya hilang entah kemana. Untuk saat ini, dia sangat amat bahagia
......
"Honey..." Panggil Caroline dengan suara serak membuat Dario segera keluar dari kamar mandi dan menghampiri gadisnya sambil memakai kemejanya
"Sudah bangun sweetheart? Apa ada yang sakit?" Tanya Dario
Caroline menggeleng. Dia hanya menatap Dario lalu, mendecak kesal
"Kenapa kamu tidak tidur?" Tanya Caroline
"Hah?"
"Kenapa kamu semalam tidak tidur?"
"Aku-"
"Jangan berbohong! Aku tahu kamu tidak tidur semalaman!"
Dario tersenyum. Dia mendekati Caroline dan mengecup kening gadisnya
"Jangan marah! Aku tidak tidur karena aku telalu sibuk memperhatikan malaikat yang sedang tertidur"
"Gombal!"
Dario terkekeh. Dia menyodorkan segelas air untuk Caroline. Tentu saja Caroline menerimanya dan meminum air di gelas itu
"Sudah? Ada lagi yang harus kamu minum. Tunggu sebentar" ujar Dario
Dario melangkah keluar dan berjalan menuju ruang tamu dan ruang dapur yang ada luar kamarnya. Caroline hanya bisa memperhatikan punggung Dario dari kaca besar di seberang ranjangnya. Hingga Dario kembali ke kamarnya
"Untukku?" Tanya Caroline
"Iya. Ayo minum"
"Tidak mau!"
Dario mengernyit heran. "Kenapa?"
"Aku tidak mau. Aku tidak suka" Caroline mencebik sambil bersedekap
Dario menghampirinya dan meletakan gelas itu di meja. Sementara dirinya duduk di samping Caroline dan memeluk gadisnya itu
"Kamu tidak suka tapi, yang disini butuh itu sweetheart" ujar Dario sambil mengusap perut Caroline dengan lembut dari belakang
"Aku tidak mau Xander! Lagi pula perutku seotak dengan kepalaku!"
"Bukan perutmu yang aku maksud sweetheart. Tapi, yang ada di dalam sini" Dario mengusap perut bagian bawah Caroline
"Dia butuh itu, biar sehat" sambung Dario
Seketika itu juga Caroline berbalik menghadap Dario. Dia mencoba mencari jejak kebohongan di mata biru kehijauan itu. Nihil. Tidak ada kebohongan. Caroline menutup mulutnya dengan kedua tangannya
"Am I going to be a mommy?" Tanya Caroline
"Yes, you are"
Caroline menjerit senang. Dia bahkan memeluk Dario erat-erat
"Makanya, minum susunya okey?" Ujar Dario sambil mengusap rambut Caroline
Caroline mengangguk dan meminum susu itu meski dia tidak terlalu menyukainya. Dario mengusap perut Caroline tanpa bosan dan menyandarkan kepalanya di bahu Caroline
"Kapan kita menikah sweetheart?"
"Entahlah. Dalam beberapa waktu ini kan. Kamu sibuk"
"Bulan depan?"
Caroline mengangguk. "Okey"
"Next month then"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...