"Alex, kamu yakin mau ke kampus?" Tanya Kanaya saat melihat Dario sudah rapi dengan kemeja berbalut jaket dan tas barunya yang tersampir di bahu kirinya
"Yakin mom. Alex kan sudah bilang, Alex nggak apa-apa. Alex juga nggak mungkin bolos" ucap Dario sambil meletakan tasnya di kursi kosong dan duduk di kursi
Ares yang baru saja memasuki ruang makan mendengar semua itu. Dia berjalan dengan tenang menghampiri istri dan anaknya
"Tapi kan-" ucapan Kanaya terhenti lantaran seseorang melingkarkan lengannya dengan manis di pinggang Kanaya dari belakang
"Sudahlah honey, Alex akan baik-baik saja. Lagi pula dia tidak akan ke kampus sendiri" ucap Ares yang kini meletakan dagunya di bahu Kanaya
"Siapa yang mengantarnya?" Tanya Kanaya
"Hmm.. Joenas dan Len" Ares melihat Kanaya menimbang-nimbang sejenak sebelum akhirnya mengangguk
"Baiklah. Mereka berdua bisa dipercaya. Terlebih kak Len sudah ikut denganmu sejak kamu masih SMP"
Kanaya meletakan sarapan Dario di depan anak itu, Ares sendiri sudah duduk di kursinya dan menyesap kopi yang dibuatkan oleh Kanaya
"Mom"
"Hm?"
"Kenapa setiap hari sarapan kita selalu mom yang buat?"
Kanaya menatap Dario "kamu tidak suka?"
"Hm? Bukan begitu mom. Alex heran saja"
"Heran?"
Dario mengangguk "Kita punya banyak maid, kenapa mom masih merepotkan diri membuat sarapan?"
Kanaya mengangguk paham. Dia mendekati Dario dan mengusap rambut anaknya sebelum berbisik
"Karena mommy hanya bisa membuat sarapan saja. Kamu tahu, ayahmu tidak mengizinkan mom masuk ke dapur" begitu bisikan Kanaya pada Dario
Dario terkekeh geli mendengar ucapan ibunya. Dia menghabiskan sarapannya dan segera berdiri dengan tas ransel di pundaknya
"Alex berangkat dulu mom, dad"
"Hn"
"Have a nice day"
.....
Kanzpia National University, Kanzpia
Dario mendecih kesal ketika mahasiswi di sekelilingnya terus melemparkan tatapan genit dan menggoda ke arahnya. Saat ini Dario sedang membaca buku sambil berjalan menuju atap kampus. Dario berusaha menulikan pendengarannya dari bisikan-bisikan mahasiswi di kampusnya
"Akhirnya sepi..." Gumam Dario saat dia mulai menaiki tangga menuju atap
Langkah Dario sempat terhenti saat dia mendengar kegaduhan di atas atap. Dahinya mengernyit ketika terdengar suara benda terjatuh dengan cukup keras. Tadinya, Dario hendak berbalik turun ke bawah sampai suara itu memasuki pendengarannya
"Dasar nggak tahu diri! Nyadar dong lo tuh siapa!"
"Pokoknya ya, lo harus jadi kacung gue! Atau gue suruh mereka buat perkosa lo disini!"
"Apa jawaban lo?"
"Jangan cuma manggut! Lo punya mulut!"
"Apa jawaban lo? Lo mau kan jadi kacung gue?"
"M-mau"
Jawaban lemah dan pelan itu masuk ke dalam telinga Dario. Dia tahu suara itu, meski dia hanya pernah mendengarnya satu kali. Dengan cepat Dario menaiki tangga itu dan membuka pintu atap dengan bar-bar
"Hm?" Gumam Dario saat dia melihat seorang gadis bersamaan dengan delapan orang pria disana. Tatapan mata Dario beralih pada sesosok gadis yang terduduk dengan baju basah kuyup
"E-eh... Alexander..." Sapa gadis yang berdiri itu
Tatapan Dario tetap pada gadis yang terduduk di lantai rooftop. Dario berjalan ke arah gadis itu sambil melepaskan jaketnya. Dario menyodorkan jaket itu ke gadis yang sedari tadi duduk dan mulai mengigil
"Pake" ucap Dario singkat saat gadis itu menatapnya
Menurut. Gadis itu memakai jaket milik Dario. Dario mengulurkan tangannya dan menggendong gadis itu Bridal style
"Alexander..." Panggil gadis yang satunya
Dario memilih diam dan berjalan sambil menggendong gadis itu turun ke bawah. Seketika keadaan koridor kampur menjadi riuh. Ren, Aaron dan Lean saja terkejut bukan main melihat seorang Dario menggendong gadis
"Lo! Obatin dia!" Suruh Dario pada penjaga ruang kesehatan dan Dario sendiri melesat keluar
"Emm... Kak" panggil si penjaga ruang kesehatan pada Dario yang sejak lima menit lalu berdiri di luar
"Saya sudah selesai mengobati dia. S-saya pamit kak" anak itu langsung lari sejauh-jauhnya
Dario masuk ke ruang kesehatan dan menutup pintu ruangan itu
"Lo okey?" Tanya Dario dan kali ini anak itu mengangguk sebagai jawaban
"Thanks" ucap anak itu dan gantian Dario yang mengangguk
"Lo-"
"Sharron. Nama gue Sharron"
"Okey. Sharron"
"Thanks sekali lagi. Lo sudah bantuin gue..."
"Hn. Sama-sama"
"Gue panggil lo Lex boleh?"
Dario mengangguk. Setelahnya mereka berdua kembali diam
"Sharron" panggil Dario
"Hm?"
"Besok jangan turutin mau mereka"
"Tapi-"
"Gue bantu lo. Mereka nggak akan macem-macem sama lo"
"Okey. Thanks lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...