Dario memeluk Caroline pelan dan sebentar. Dario menatap gadisnya dengan senyuman yang masih menghiasi wajah tampannya.
"Baby"
"Hm?"
"Apa masih sakit?"
Caroline terdiam sejenak sebelum tersenyum kecil dan mengusap pipi kanan Dario
"Sudah tidak terlalu sakit. Lebih sakit saat pertama aku tersadar"
"Maaf"
"Hm? Kenapa?"
"Aku tidak ada di sebelahmu saat itu. Rasanya sangat menyakitkan bukan?"
Caroline terkekeh kecil. "Darimana kamu tahu rasanya sakit? Memang pernah merasakannya?"
Dario mengangguk. "Dua kali"
Mata Caroline terbelalak mendengar ucapan Dario.
"Dua kali?"
"Hn. Sewaktu aku berumur 7 tahun oleh musuh besar keluargaku. Dan dua tahun yang lalu. Saat aku baru datang ke Andlesia"
Caroline mengangguk paham. Dia mengerti sekarang kenapa Dario begitu tergesa menemuinya. Dario mengusap pipi Caroline dengan lembut
"Jangan lakukan hal itu lagi baby! Sungguh aku takut setengah mati melihatmu terluka begitu"
"Maaf. Saat itu hanya itu saja yang terpikirkan olehku"
Dario berdiri dan memeluk Caroline, dia juga mengecup puncak kepala gadisnya itu
"Tidurlah. Kamu harus banyak istirahat, jangan banyak bergerak"
"Kamu mau pergi?"
"Tidak. Aku tetap disini. Aku mendapat cuti kerja dari ayahku selama sebulan karena luka ini" ujar Dario sambil menunjuk keningnya
Caroline baru teringat. Dia langsung menatap wajah Dario
"Ada apa?" Tanya Dario saat gadisnya menatapnya lekat
"Apa yang terjadi padamu? Maksudku lukamu itu"
Dario tersenyum kecil. "Pihak kepolisian membawaku ke kantor mereka. Ketua polisi menanyaiku sedikit tentang kematian Richard Joran yang jasadnya ditemukan di dekat pelabuhan Andlesia. Saat ketua polisi ingin melepaskanku, Harold Joran datang dan memukuliku dengan membabi buta. Ayahku datang dan menyuruh anak buahnya membawaku ke rumah sakit. Kakekku bahkan sangat murka. Sempat terlintas di otak grandpa dan Daddy untuk menghabisi mereka tapi, diurungkan dan diganti dengan grandpa mengancam raja Andlesia. Katanya dia akan menyampaikan kepada pangeran Kanzpia dan hubungan kerja sama antara Andlesia dengan Kanzpia akan dihentikan. Intinya masalah itu sudah selesai. Jangan dipikirkan lagi!"
"Xander. Richard Joran... Kamu..." Tanya Caroline hati-hati
Dario mendekati Caroline dan berbisik. "Bukan aku tapi, anak buahku. Aku berada disini saat itu"
"Kenapa?"
"Dia melukaimu baby. Aku sudah bilangkan, aku tidak akan mengampuni orang yang sudah menyentuh dan melukaimu. Bahkan mencoba menyentuhmu saja sudah dapat dipastikan dia akan lenyap"
Caroline bergidik ngeri. Tapi dibandingkan dengan rasa ngerinya, dia lebih mengkhawatirkan Dario dengan luka-lukanya. Melihat gadisnya menunduk, Dario mengusap puncak kepala Caroline membuat gadis itu menatapnya. Dario tersenyum lembut
"Jangan khawatir! Aku baik-baik saja" ujarnya. Caroline mengangguk
"Sekarang tidurlah baby. Kamu harus istirahat"
Caroline memejamkan matanya dan Dario mengecup kenng Caroline
"Have nice dreams baby" bisik Dario
.......
Dario tahu ayahnya pasti akan menyelidiki masalah dirinya yang di tangkap oleh pihak kepolisian. Dia juga tahu kalau tujuan kedatangan ayahnya kemarin adalah karena ayahnya mengetahui dia membeli sebuah pelabuhan dari tangan seorang pemerintah daerah. Karena itu, sebelum sang ayah datang Dario sudah menyogok Jordan Swavsky agar mengatakan kalau dirinya sedang membutuhkan uang cash. Karenanya dia menjual pelabuhan itu pada Dario. Selain itu Gael dan anak buahnya berhasil menyingkirkan Richard Joran dengan cara yang amat halus. Benar-benar seperti korban perampokan
"Jangan pernah bermain-main denganku!" Gumam Dario pelan entah pada siapa
Dario yakin akan ada seseorang yang mencari masalah baru dengannya dalam waktu dekat ini. Atau mungkin dua orang? Entahlah. Yang jelas saat Caroline terbangun nanti, dia akan menceritakan sebuah hal yang dia rasa penting. Untuk sekarang? Biarkan Dario menutup matanya sejenak di sebelah ranjang kekasihnya
"Sudah bangun baby?" Tanya Dario saat dia merasakan elusan tangan sang gadis di pipinya
"Maaf aku membangunkanmu" ujar Caroline. Dario menegakan badannya dan tersenyum pada Caroline
"Tidak apa-apa. Mau makan?"
"Nanti saja"
Dario mengangguk. Dia mengusap punggung tangan Caroline pelan dan lembut
"Baby"
"Hm?"
"Ada yang mau aku ceritakan. Tapi, janji jangan marah padaku"
"Cerita apa?"
"Janji tidak akan marah?"
"Janji" Caroline mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. "Aku akan mendengarkan dengan baik" ujarnya
Dario mengangguk. Dia menatap Caroline dengan lekat
"Ayo cerita" ujar Caroline
"Jadi, kejadian ini terjadi sekitar empat tahun yang lalu. Saat aku masih di bangku kuliah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's
Teen FictionSepenggal kisah tentang pangeran Dimitry mencari pendamping... Berhasilkah dia mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi Princessa-nya? Akankah dia mendapatkan akhir bahagia untuk kisah cintanya? "Karena memahami perempuan itu lebih sulit dari...