•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hal yang paling sulit adalah ketika kamu mencintai seseorang namun kamu lebih memilih untuk meninggalkannya meskipun kamu tau, kamu akan kembali menjemputnya*
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Fathan pov:
Hari ini adalah hari kelulusan disekolahku.
Tidak seperti teman yang lainnya yang senang karna akan meninggalkan sekolah ini, aku justru malah merasa sedih.
Selain sedih karna aku tak dapat lagi bersama dengan teman teman SMP ku, aku juga sedih karna besok sudah harus meninggalkan kota ini, juga caca.Ah, gadis itu benar benar membuatku jatuh cinta.
Aku juga tak tau rasa ini tumbuh sejak kapan.
Sejak kecil, aku memang sudah menjadi teman atau mungkin sahabat lah bagi gadis itu.
Pertama kali aku mengenalinya saat aku dan mama berkunjung kerumah umi nafisha.Falshback on:
Saat itu aku melihat caca kecil sedang menangis. melihatnya yang sesekali sesegukkan aku berniat untuk menghampirinya"Kamu kenapa nangis?"
Tanyaku dengan hati hati."Tali syepatu caca lepas dan caca tak bisya memasyangnya lagi. Umi syedang bicala dengan temannya."
Caca menjawab dengan logat anak kecil sambil sesekali sesegukkan.
Lalu aku memasangkan tali sepatu caca dengan membuatkan simpul kupu kupu mengikuti sepatunya yang sebelah lagi."Sudah, sudah terpasang lagi kok. Jangan nangis. Nama kamu siapa?"
Aku begitu penasaran dengan caca waktu itu."Caca. Nama abang syapa?"
Caca balik bertanya."Panggil abang fathan ya caca."
Jawabku"iya abang fathan, makasyih ya abang syudah ikat syepatu caca."
Ucap caca dengan manis. Lalu aku sudah dipanggil mama untuk pulang."Abang pergi ya, mama sudah panggil."
"Dadaaa abang fathaaan. Besyok kesyini lagi yaaah".
Lambai caca.Sampainya dirumah aku bertanya kepada mama tentang umi nafisha
"Mama, umi nafisha itu siapa mama?"
Tanyaku. Lalu mama menjawab"Umi nafisha teman mama waktu SMA, temen deket mama. Jadi waktu mama tau si nafisha tinggal nggak jauh dari rumah kita, makanya mama sering kesana. Memangnya kenapa bang?"
"Ma, kalau fathan sering main kerumah umi nafisha boleh nggak ma?. Fathan mau main sama caca."
Aku masih penasaran dengan caca."Boleh dong bang, asalkan umi nafisha izinin abang main sama caca."
"Iya ma, nanti coba telfon umi nafisha ya ma." Jawabku.
"Iya iya. Nanti mama telfon."
Sejak saat itu aku makin sering main kerumah umi nafisha.
Aku mulai akrab dengan caca, ternyata dia semenggemaskan itu.Rambutnya dikepang menjadi dua dan poni nya datar seperti tokoh dora.
Pernah waktu caca sudah kelas 4 SD, hijabnya hanya dipakai saat pergi sekolah.
Sepulang dari sekolah caca langsung membuka hijabnya dan memutar nya sambil berjalan.Sebenarnya aku tidak suka melihat caca membuka hijabnya, selain tidak suka, sebenarnya tindakan caca menyalahi perintah allah meskipun caca pada waktu itu belum baligh.
"Wahai nabi! Katakanlah kepada istri istrimu,anak anak wanitamu dan istri istri orang mukmin,hendaklah mereka menutupkan jilbab ketubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak diganggu, dan allah maha pengampun dan maha penyayang" (Qs 33: 59)
Hingga pada suatu hari, aku berbicara dengan umi nafisha
"Afwan umi, umi boleh tidak fathan menyuruh caca berhijab.
Tidak hanya disekolah umi, tapi juga dirumah."
Aku bicara berusaha memberanikan diri."Tentu boleh fathan, umi sudah sering bilang. Tapi caca bilang nanti saja saat dia sudah kelas 5. Umi tau itu kewajiban. Tapi caca keras kepala. Abi juga berulang ulang menyampaikan tetap saja caca kukuh dengan pendiriannya. Tapi coba saja fathan yang bilang. Mana tau dia nurut."
Ternyata umi nafisha sudah memberikan pengajaran itu kepada caca."Baik umi, nanti fathan coba bilang. Terimakasih umi."
Lalu aku beralih menuju caca yang sibuk membaca buku fiksi."Ca, lagi baca apa tuh?"
Aku berusaha memulainya dengan baik."Ini bang, buku sirah nabawiyah. Abang udah baca belum?"
Caca tak lagi menggunakan logat waktu pertama kali kami bertemu.
Sebenarnya aku bingung memulainya dari mana,tapi aku akan tetap mencoba."Ca,abang mau ngomong sesuatu. Bisa tidak sirahnya ditutup sebentar. Sebentaaar aja."
Caca menatapku,dan menutup buku yang dibacanya."Apa bang?".
"Ekhem, gini ca. Tadi abang belajar disekolah. Masalah berhijab.
Maafin abang ya ca, abang nggak nyinggung caca kok. Tadi waktu buk ani bilang tentang hukum berhijab,tenyata berhijab itu wajib. Dan ternyata loh ca, wajib itu tidak menunggu besok atau kemarennya."
Aku masih mencoba berhati hati."Bang, caca mau pakai hijabnya kelas 5 aja ya bang, caca belum siap. Caca tau kok ujung ujungnya abang nyuruh caca berhijab."
Penolakkan caca tak membuatku jengah."Caca, caca bisa pastiin nggak caca besok masih hidup atau nggak? Caca bisa jamin tidak kelas lima caca masih ada didunia ini? Ca, kewajiban itu nggak holeh dilalaikan loh dek, abang ngeri pas denger kalau muslimah yang nggak berhijab itu nanti waktu dineraka rambutnya digantung terus diputar dan dilempar kedalam neraka. Ngeri banget kan? Belum lagi orang tua laki laki dari wanita itu akan diseret langkah demi langkah ke neraka jika dia belum menikah. Dan jikapun sudah menikah, suaminya akan sama seperti ayahnya. Ngeri kan ca?"
Berusaha selembut mungkim tapi aku tak sadar ternyata caca sudah menetaskan air mata disebelahku."Abang,caca sayang abi. Caca nggak mau abi masuk neraka karna caca. Abang boleh tidak, temanin caca ke umi buat minta beli jilbab? Caca nggak tau hukumannya kek gitu kalau caca nggak berhijab abang"
Aku sedikit terperanjat."Sekarang ca?".
"Iya abang, caca malu sendiri. Soalnya kemaren umi udah berkali kali nyuruh caca. Tapi caca nolak. Sekarang caca mau ke umi. Temanin caca ya bang."
Aku tersenyum bahagia mendengarnya."Ayo ca."
Aku menarik tangan caca.
Umi nafisha sangat bahagia mendengar keinginan caca waktu itu.
Umi nafisha menyuruh caca mengambil jilbab yang sudah dibelikan abi azmi tempo hari. Caca menerima tanpa paksaan sama sekali."Makasih ya fathan, terimakasiiih banget.
Udah bukain pintu hati caca buat berhijab. Umi tau dia paling nurut sama fathan. Makasih ya. jangan bosan bosan ngingatin caca kepada kebenaran nak"
Umi nafisha memelukku. Sejak saat itu caca permanen berhijab.
Dari hari kehari penampilannya semakin anggun karna dibalut oleh jilbab dan juga hijab syar'i.Flashback off.
Aku memutuskan untuk menyudahi ingatanku tentang awal pertemuanku dengan caca.
Saat kepala sekolah dengan bangganya mengumumkan bahwa angkatan kami lulus murni 100%.
Aku mengucap hamdalah pertanda syukur karna aku sudah melalui fase sekolah menengah pertama.
Yang ada dalam fikiranku saat ini adalah, bagaimana aku mengatakan kepada caca kalau besok aku sudah harus pergi ke kota sebelah?____________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Menuju Syurga (END)
Teen FictionSelamat Membaca. COMPLETED !!!!!! ✔ (🔜 Revisi) Aku ingin menjadi seseorang yang membuatmu bahagia di tahun tahun mendatang. Saat kau duduk menikmati hujan dibalik kaca yang berembun seperti yang pernah kita lalui berdua, aku ingin menjadi kopi yang...