7| Ada Apa Humairahku?

639 62 2
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Setelah banyak hal yang terjadi diluar batas seharusnya,ada baiknya aku diam dan tidak bertanya. Aku juga sedang tidak ingin memperkeruh suasana. Kurasa semua yang aku niatkan dengan baik dan kujalankan dengan cara yang terbaik, akan berujung baik pula.
Ternyata aku menemukan jawaban sebelum melontarkan pertanyaan. Adalah dia yang menjadi sebab mengapa hal yang seharusnya berjalan dijalurnya keluar dari relnya. Kurasa aku sudah selesai. Bolehkah aku pamit?* 


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fahtah pov:
Hari ini adalah hari jum'at.
Setelah selesai jum'at aku sibuk di aula mempersiapkan mickrofon dan keperluan lainnya untuk dipergunakan oleh tim rohis kota yang akan memberika materi pada sabtu malam.

Aku ditunjuk sebagai panitia karna memang anggota OSIS lah yang akan menyediakan kepentingan kepentingàn yang akan dibutuhkan nantinya.
Aku disuruh oleh ustad anwar mengurus masalah mickrofon dan meletakkannya satu satu di atas meja.
Mulai dari meja protokol, meja yang akan membaca alqur'an hingga meja yang akan digunakan oleh pendo'a untuk gladi.
Saat aku meletakkan mic diatas meja protokol, secara tidak sengaja aku melihat susunan acara yang memeng sengaja diminta oleh ustadz anwar. Aku menfambil kertas tersebut dan membacanya denfan santai.

Namun aku sedikit terkejut saat melihat nama yang mengisi posisi pembaca al qu'an.
Aku melihat nama Aisyah Humairah terpampang bersebelahan dengan sekolah asal yaitu SMA Al Ikhlas.
Tanpa aku suruh, jantungku berpacu sangat cepat.

Nama yang menjadi alasan bagiku untuk berjuang. Nama yang beberapa tahun belakangan tidak pernah aku hububgi karna aku tidak mau memposisiya diposisi yang salah dihati ini.Dan selama ini aku hampir berhasil melupakannya. Melupakan untuk kembali mengingat selama lamanya.Namun, hari ini di jum'at siang ini aku kembali melihat nama itu.
Nama yang pemiliknya selalu bertahta dalam setiap sujudku.

Aku tidak mau ambil pusing.
Jika aku bertemu dengannya, aku akan menyapanya. Tapi jika aku tidak bertemu dengannya, maka aku beranggapan allah sedang menyempurnakan usahaku menuju aisyah dengan cara yang paling mulia.

Mickrofon sudah aku letakkan diposisinya masing masing. Aku duduk untuk melihat kembali apakah itu benar aisyah, caca kecil-ku yang suka menangis itu, aku tersenyum sendiri mengingat setiap inchi kejadian yang aku habiskan disetiap waktu bersama aisyah pada beberapa waktu lalu.

"Fathan."
Ustadz anwar memanggilku.

"Iya ustadz,ada apa ustadz? Ada yang bisa fathan bantu ustadz?"
Aku bergegas menuju ustadz anwar.

"Fathan bergegaslah ke mushola, hari ini kamu yang imam untuk menggantikan hasbi. Dia sedang sakit. Bisa nak?"
Ustadz anwar memintaku menggantikan hasbi.

"Oh, bisa ustadz. Fathan akan kemushola ustadz , kan sebentar lagi mau ashar."
Aku menyanggupi.

"Alhamdulillah, terimakasih fathan. Bersegeralah ke mushola."
Bersamaan dengan aku keluar dari aula,aku melihat tim rohis sudah datang.
Inginku menyambut mereka dan memastikan ada caca-ku disana. Tapi hatiku berbesit

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang