80| Sebenarnya ada apa?

332 25 2
                                    


•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

" Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.".

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fathan pov.

Aku benar benar panik saat ini. Darah semakin deras mengalir dari tubuh caca dan dia terus meringis kesakitan.
Aku tak peduli dengan genggaman caca yang semakin menguat karena menahan sakit.

Aku tidak tau apa yang terjadi karena tadi havva menelfonku saat aku masih di jalan sepulang bekerja. Havva mengabariku dengan terbata bata. Aku lihat dari spion depan havva berulang kali menghapus air matanya.
Aku tau dia menyayangi caca seperti seorang saudara.

"Tunggu sayang. Sebentar lagi sampai. Tahan sebentar ya."
Aku mengusap dahi caca yang sudah di penuhi dengan keringat.

"Caca nggak kuat abang. Sakiiit. Hiks."
Aargh, aku benar benar tidak bisa dalam keadaan seperti ini. Melihatnya menangis dan meringis, jika boleh aku akan menggangtikan posisinya.
Biarlah aku yang merasakannya

"Iya sayang sabar."
Aku lagi lagi mengusap keringatnya dan terus menenangkannya.

Aku terus melafalkan kalimat kalimat zikir, berharap allah segera menepiskan rasa sakit pada caca.

Aku terlalu fokus dengan caca sehingga aku lupa dengan keadaan janin di dalam perutnya.
Aku tau semua akan baik baik saja.

Setelah 10 menit.

"Ayok than. Udah sampai. Gua ambil hospital bed nya dulu. Lo disini tunggu bentar."
Havva tak menunggu jawabanku. Dia langsung berlari ke arah Unit Gawat Darurat.

Aku melihat caca sudah melemah sehingga tak ada lagi kekuatan untuk menangis dan mengeluhkan sakitnya.

"Sayang. Sayang."
Aku menepuk pipinya. Caca masih bernafas tapi keadaannya sudah melemah.

"Baringin caca di sini than. Cepet."
Havva sudah kembali dengan mendorong hospital bed, disusul oleh empat orang suster yang bersiap membantu havva

Aku menggendong caca kemudian membaringkannya di atas hospital bed.

"Bawa ke ICCU aja. Hubungi dokter secepatnya."
Havva memberikan intruksi kepada salah seorang dari suster tadi dan mempercepat dorongan hospital bed.

Aku benar benar tidak tau berkata apa.
Aisyah benar benar terlihat menahan sakit, dia pucat. Bahkan lebih pasi dari sebelumnya.

Setelah menaiki 5 lantai dari lantai dasar, akhirnya aku melihat ruangan dengan merek iccu

"Sampai di sini saja dokter havva. Dokter lain sudah menunggu di dalam"
Suster tadi berbicara pada havva
Havva mengangguk.

"Udah, kita tunggu disini aja."
Havva menghentikan langkahnya, membiarkan suster membawa caca ke dalam ruangan kemudian mereka menutup pintunya

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang