74| Bingkisan

349 28 0
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Buku ini masih tebal, masih banyak helaian kertas yang aku baca.
Tapi aku juga tak ingin lupa dengan sebaitmu. Bolehkah aku melipat halamanmu agar jika kau sudah selesai hingga halaman akhir, aku mudah menemukanmu.
Boleh ya?

-Author-
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Fathan pov.
Aku mengucap syukur sebesar besarnya kepada allah karena urusanku hari ini dilancarkan.
Ya meski ini baru istirahat makan siang,
tapi semuanya sudah di dalam kendali.
Allah maha penyayang.

Hari ini aku ingin istirahat makan siang.
Tak sama seperti pegawaiku atau rekan rekanku yang menghabiskan jam makan siangnya di restaurant ataupun kedai kedai, aku memilih untuk membawa bekal yang dibuatkan oleh istriku.
Bukannya aku terlalu hemat atau apa, aku hanya menyukai masakannya dan aku ingin menghabiskannya di ruangan kerjaku.
Jika aku aku sudah selesai, aku akan melanjutkan  untuk shalat zuhur di mushola samping kantorku. Memang begitu setiap harinya.

Hari ini caca membuatkan ayam saus padang sebagai lauknya dan tumis buncis sebagai sayurnya.
Ah, aku benar benar beruntung memiliki istri seperti caca.
Nikmat yang patut aku syukuri lagi bukan?

Saat aku menghabiskan separuh makananku, ada yang mengetuk pintu ruangan ku
"iya masuk."
Sejenak aku menghentikan aktivitas makanku dan berdiri melihat siapa yang datang saat jam makan siang seperti ini

"maaf bapak saya mengganggu makan siangnya. Saya hanya membawakan titpan yang diberikan untuk bapak."
Aku mengerenyitkan dahi, seingatku caca tidak pernah mengirimiku makanan dua kali.

"dari siapa hani?"
Aku bertanya kepada pegawaiku yang bernama hani itu

"saya tidak tau pengirimnya dari siapa bapak, tapi ini diberikan oleh satpam depan.
Permisi bapak."
Hani berlalu begitu saja.
Aku masih terheran heran menerima bingkisan ini.
Dari siapa ya?

Aku meletakkan bingkisan itu di sebelahku dan aku memilih untuk melanjutkan makanku kembali.
Setelah menghabiskan semua makanan yang di buatkan caca, aku membuka bingkisan yang dari tadi membuat rasa penasaranku membuncah.

Untuk tuan fathan. Semoga menimati makan siangnya


Aku menemukan secarik kertas yang berisikan tulisan seperti ini.
Tuan fathan? Sudah jelas bukan caca yang mengirimi ini.
Bukannya apa apa, aku tak memakan bingkisan makanan yang aku tidak tau ini dari siapa.
Aku berfikir sejenak.
Harus aku apakan makanan ini? Aku berfikir keras karena waktu zuhur juga sudah masuk.
Ah, bingkisan ini tak akan membuatku lalai akan perintah allah.

Aku putuskan saja untuk membawa makanan ini keluar dengan bingkisannya.
Barangkali saja aku menemukan orang yang lebih pantas untuk mendapatkan bekal makan siang seperti ini.

Aku menyampirkan sarung di bahu kiriku dan mulai melangkahkan kaki dari kantorku.
Pandanganku terhenti pada seorang bapak tukang sapu yang tengah duduk dibahwa pohon seraya mengibas ngibaskan topinya ke wajah. Tampaknya bapak itu kepanasan sekali.
Mungkin bapak itu akan mendapatkan reseki makanan hari ini.

"assalamaualaikum permisi bapak."
Aku mengawali pembicaraan dan bapak tadi tersenyum melihat kearahku

"walaikumsalam nak, apa yang bisa bapak  bantu?"
Tampaknya bapak itu bukanlah tukang sapu di kantor ini, karena aku mengetahui semua pegawai dan  karyawanku.

"ah tidak ada bapak. Lagi istirahat makan siang nih pak?"
Aku ikut duduk di sebelah bapak ini.

"hehe, menurut waktunya iya nak. Tapi bapak mau ngadem dulu di sisni sebentar. Habis sholat baru bapak beli makanan."
Aku tersenyum.
Benar, bapak ini adalah orang yang tepat mendapatkan makanan ini.

"oo begitu. Hari ini bapak tidak usah membeli makanan pak, saya ada sedikit rezeki untuk bapak."
Aku menyerahkan bingkisan tadi.

"wah, untuk bapak?"
bapak itu terlihat senang sekali

"iya untuk bapak. Di makan ya  pak."
Bapak itu menerima bingkisan itu lalu membukanya.

Sebenarnya bukan hanya bapak itu yang terkejut melihat isi dari bingkisan ini, jujur aku juga tak kalah terkejutnya.

Bingkisan ini berisi sekotak nasi dan lauknya berupa sepotong ayam goreng tepung, ikan bakar dan juga dendeng kalau aku tak salah lihat. Lengkap dengan dua jenis sayuran yang aku tak tau pasti itu apa, aku juga menemukan sekotak pudding mungkin sebagai makanan penutup dan juga dua botol air mineral.
Aku memang tidak membuka bingkisan ini sewaktu di kantor.
Aku hanya melihat surat dan kotak makanan. Makanya aku yakin ini adalah bekal makan siang. Tapi aku tak menyangka bahwa isinya ternya se kompli ini.

Jadi, siapa yang mengirimiku bingkisan ini?

"Alhamdulillah makasih banyak nak. Ini lauknya bisa bapak sisihkan untuk anak dan istri bapak di rumah. Kau sungguh baik hati nak."

Aku mengangguk dan tersenyum lalu pamit kepada bapak tersebut karena iqamah sudah di kumandnagkan.
Tampaknya aku menjadi makmum masbuk nanti.


Di lain tempat,

"aku memberikannya saat dia tengah menikmati makanannya. Mungkin bekal yang di buatkan istrinya."
Hatiku panas mendengar kata istri yang disebutkan hani barusan.

"apakah dia tidak memakan makanan yang aku berikan?"
Aku tidak yakin jika dia akan memakan makanan yang aku berikan jika ia sudah menyantap bekal yang di buatkan oleh istrinya itu

"aku tidak tau pasti, tapi aku melihatnya membawa bingkisan itu saat dia hendak ke mushola."
Aku menerka mungkin dia ingin menikmati makanan yang aku berikan saat setlah selesai melaksanakan shalat.

"mungkin untuk di berikan kepada satpam. Haha."
Hatiku kembali memanas mendengar penjelasannya.
Mungkin saja pernyataan hani benar, dia memberikan makanan yang aku berikan kepada satpam atau siapalah itu.

"tak apa, besok aku akan mengiriminya lagi. Kau harus bantu aku ya."
Aku memberikan intruksi kepada hani untuk esok hari

"kau tenang saja, aku akan membantumu."
Aku tersenyum puas mendengar hani. Dia benar benar bisa di andalkan.

Aisyah pov
Sepulang dari rumah sakit, aku mengistirahatkan diriku di atas sofa di depan tv
Aku meluruskan kaki ku dan memijitnya pelan. Ternyata penat juga, beruntung shalat zuhur telah aku laksnakan tadi di rumah sakit setelah memastikan berita tentang kehamilanku.

Ternyata allah benar benar telah mempercayakan sebuah ruh di dalam rahimku.
Aku sangat senang mendengarnya, dan aku juga tidak sabar member tahu berita ini kepada abang.
Ah, aku merindukan lelakiku.
Aku meraih ponsel dan membuka aplikasi line lelu mencari nama abang dan mulai mengetikkan sesuatu

"Assalamualaikum sayang"
Begitulah aku mengetiknya

"iya walaikumsalam sayang  kenapa? Tumben chat abang siang2  begini. Hmm, kangen yaa?  "
.

"hehe, iyaa. Abg plg jam brp hr ini?"


"haha, abang plg spt biasa kok sayang. Mau dibeliin apa?"
Ada sedikit kecewa. Andai aja abang pulang cepat hari ini.


"hmm, tak ada abg. Nanti lgsg plg ya."
Aku membalas

"Siap buk bos. Udah ya, ang kerja dulu biar bisa cpat plg nya. Love you."

Aku tersenyum membalasnya.
"love you too sayang."


Ah, sepertinya masih lama. Aku tidur siang aja dulu.
Aku akan menyetel alarm agar tidak terlambat shalat ashar nantinya.

_________________________________________

Hai hai 🙌
Mangat puasanya ya ges,
Hari ini author update TMS cuma 1 part,
In sya allah besok 2 part lagi.
O ya, support vote 1K nya ya. Makasiih🤗

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang