••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Aku sedang berjuang melawan terjangan badai masa lalu.
Tetap berlayar meski berkali kali terhempas oleh gelombang asa yang menyamai rindu.
Aku terombang ambing dalam ganasnya lautan kenangan, tanpa ampun memberiku kesempatan untuk menepi pada tepian senyuman
Aku tetap berusaha berjalan menembus derasnya penungguan dan menghadang dinginnya ketidak pastian.
Pada kedai kedai yang sudah ditutup penghuni, aku menepi.
Berupaya menghangatkan diri dengan keyakinan bahwa perjalanan pulang tidak terlalu berat karna aku yakin kepastian sudah menunggu dipintu rumah saat aku masuk pada pekarangan kepercayaan.
Tapi dalam beberapa puluh kilometer ini, sendiri ternyata terus menyumpahiku kenapa aku masih gigih dengan perjalananku tanpa dia sementara aku sedang memperjuangkan kita.
Bahkan aku tidak peduli dengan pedihnya tumpahan air mata saat diri semakin menyedihkan dan tetap melanjutkan perjalanan semata mata hanya ingin pulang, menyudahi penungguan dan sebuah kepastian.-Author-
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hari ini genap seminggu bang fathan dirawat dirumah sakit, itu artinya ada seminggu lagi dari perkiraan havva bang fathan akan bangun dan berkumpul bersama kami lagi, walaupun itu hanya perkiraan dokter tapi allah lah yang memastikan segala sesuatu yang terjadi pada hambanya didunia ini.
Meskipun sedemikian hebat ilmu seseorang dalam memperkirakan usia dan apapun itu yang ada dimuka bumi allah ini, keputusan allah adalah keputusan hakim tertinggi yang tidak bisa diganggu gugat.
Makanya aku tidak terlalu percaya, bukan tidak percaya kepada perkiraan havva, aku menyerahkan semuanya kepada allah.
Baik buruknya yang akan datang, aku yakin ada hikmah terbaik dibalik semuanya.Aku tidak sendirian disini, kadang umi dan abi mengunjungiku dan memaksakan diri untuk menginap menemaniku dan juga bang fathan yang sampai saat ini belum juga berniat untuk membuka kelopak matanya.
Tapi aku selalu melarang umi untuk menginap, bukan maksud apa tapi aku hanya tidak ingin umi kelelahan dan merasakan pegal pegal karena harus tidur di sofa kamar rumah sakit.
begitupun juga dengan mama, juga memaksakan diri untuk menginap merawat anak semata wayangnya.
Namun selalu dilarang oleh papa karna takut kesehatan mama juga akan menurun karena terlalu lelah.
Sehingga, malamnya aku selalu sendiri menemanibang fathanku.
Havva ada, tapi aku menyuruhnya untuk kembali keruangannya karna ya alasan itu tadi.
Aku tidak ingin merepotkan orang lain.
Jika kalian bertanya tentang bagaimana resepsiku, aku juga akan menjelaskannya pada bagian ini.
Meskipun undangan sudah disebarkan kepada sebagian tamu, abi dan papa sudah menghubungi dan mencoba menghubungi mereka mereka yang sudah diundang dan memberitahukan bahwa resepsi tidak bisa dilanjutkan karena bang fathan mengalami kemalangan berupa kecelakaan dan mereka maklum.
Resepsi aku tunda sampai batas waktu yang belum aku pastika karena saat ini yangpaling penting adalah kesehatan bang fathan.Biasanya setelah melaksanakan shalat dhuha dikamar rawat bang fathan, aku akan duduk disebelah bang fathan membacakan al qur'an. Entah itu aku muraja'ah ataupun tilawah.
Kadang aku juga menghidupkan tilawah dari syekh syekh tersohor dibelahan dunia sehingga aku tertidur disebelah bang fathan dengan posisi duduk.
Apapun aku lakukan untuk menghilangkan kesunyian.
Kadang aku merasa sendirian diruangan ini, bang fathan tak pernah mau membuka matanya walaupun hanya untuk sekedar menyapaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Menuju Syurga (END)
Teen FictionSelamat Membaca. COMPLETED !!!!!! ✔ (🔜 Revisi) Aku ingin menjadi seseorang yang membuatmu bahagia di tahun tahun mendatang. Saat kau duduk menikmati hujan dibalik kaca yang berembun seperti yang pernah kita lalui berdua, aku ingin menjadi kopi yang...