65| Kembali Kerumah

334 25 0
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Jangan kecewa dengan takdirnya
K

ecewalah dengan ekspektasi berlebihanmu yang tidak di imbangi
Dengan pemahaman segala hal di dunia ini
Selalu punya kemungkinan terburuk !

-Author-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••



Aisyah pov.

Hari ini adalah hari terakhir aku dan bang fathan di rumah sakit.
yap!
Dokter sudah menjelaskan bahwa kondisi bang fathan sudah membaik dan sudah boleh di bawa pulang.
Tapi dokter menyarankan kepada bang fathan untuk tidak mengerjakan aktifitas yang menguras pikiran terlebvih dahulu.
Intinya bang fathan harus banyak banyak istirahat.

Selama dirumah sakit, aku dan tidak pernah lengah dalam mengawasi bang fathan karena aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama akibat kelalaianku.
Lagipula, umi dan mama selalu bergantian datang menemaniku dan bang fathan.
Ayah dan abi datang pada malamnya karena keduanya di sibukkan dengan aktivitas masing masing di kantor dan di perusahaan.

Selain itu, teman teman dan rekan rekan bang fathan datang hamper setiap harinya.
Kadang aku tidak tau siapa mereka, tapi bang fathan menjelaskan bahwa mereka adalah rekan sekantor.
Aku paham saja akan hal itu.

Termasuk kak azzam.

Beberapa hari yang lalu kak azzam datang bersama havva.
yang menarik perhatianku pertama kali bukan havva yang sangat senang karena ditelfon dan di ajak kak azzam untuk menemaninya menjenguk suamiku, yang menarik perhatianku pertama kalinya adalah keakraban antara kak azzam dan bang fathan.
Keduanya sangat terlihat bersahabat dan lebih terlihat kepada sepasang sahabat yang sudah lama tidak bersua.
Aku saja terheran heran ketika bang fathan memanggil kak azzam dengan sebutan "kawan" dan begitupun sebaliknya.
Tak ada nada nada cemburu atau yang tidak mengenakkan diantara mereka.

Pernah pada suatu sore aku bertanya kepada bang fathan kenapa bang fathan terlihat akrab dengan kak azzam dan bang fathan menjawab seperti ini kuranglebih

"Memang. Memang azzam pernah melamar kamu sayang, tapi kan itu sudah lama sekali dan kamu sudah menolaknya. Itu artinya dia tetap menjadi saudara se ukhuwah kita. Tidak harus kita merasa lain pula dengan dia kan, kita tidak boleh memutus tali silaturrahmi. Lagipun fathan kan sudah berniat baik menjenguk abang kemari, itu artinya abang juga harus terbuka ke azzam. Bukan begitu humaira?"

Awalnya aku mengira bang fathan tidak mencingtaiku. Bisa saja bukan? Karena bang fathan tidak mencintaiku makanya dia tidak merasakan cemburu terhadap laki laki yang pernah datang untuk melamarku.

"berarti bang fathan gak cinta dong sama caca?"
Aku menanyakan apa yang kini tengah aku rasakan

"atas dasar apa istri abang meng-klaim bahwa abang tidak mencintai istri abang?"
Jawaban bang fathan semakin membuatku khawatir.

"gak ada."
Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan percakapan mengenai pembahasan ini dengan bang fatahn karena aku tidak mau kecewa pada endingnya.

"dengerin baik baik ya sayang. Aisyah itu istri abang, perempuan yang akan menemani abang sampai hari tua. Sedangkan azzam adalah orang yang pernah mengajukan permohonan kepada aisyah untuk di jadikan sebagai istrinya dan ternyata aisyah menolaknya. Itu artinya perasaan azzam juga ikut terbenam bersama bulan pada malam hari itu, esoknya azzam bangun dengan tidak menyimpan perasaan lagi kepada aisyah. Azzam itu orang baik aisayh, dia tidak akan mungkin mencintai perempuan yang sudah menjadi istri orang."
Jawaban bang fathan membuatku berangsur angsur paham. Aku mengangguk

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang