66| Ana Uhibbuka Fillah

363 28 0
                                    

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Memang, pada dasarnya aku tak mampu lagi mencintai orang lain
Seperti dahsyatnya aku mencintaimu.
Entah kenapa, kamu sepertinya
Benar benar telah berhasil dalam mengambil kendali di hatiku, sehingga hatiku sempurna kamu kendalikan.
Cintaku benar benar terpaut pada mulai sikapmu. Hatiku tak lagi mampu untuk mencari karena waktuku telah habis untuk bersyukur karena telah memilikimu.

-Aisyah-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••




Fathan pov.

Aku kembali menginjakkan kaki kerumah yang sudah sebulan aku tinggalkan ini.
Untuk kali ini, aku benar benar tidak sanggup untuk membwa barang barang dari rumah sakit. kepalaku sesekali masih terasa pusing dan aku tidak mau caca yang membawakannya, aku juga mengerti, pasti permaisuriku juga merasakan penat selama merawatku dirumah sakit. entahlah, aku merasa rasa sayangku padanya bertambah berkali kali lipat.

"abang mau mandi dulu atau mau makan dulu?"
Caca menawariku dua hal.
Tadi sewaktu perjalanan pulang, aku dan caca sempat memebeli nasi soto kerena aku tidak membolehkan caca memasak sewaktu dirumah. Aku ingin caca istirahat dan menemaniku istirahat.

Aku memeluk caca lagi

"abang mau caca aja lah."
Aku benar benar gemas melihatnya

"abang,. Caca serius."
Aku tertawa dan mencubit pipi caca

"hahah. Abang mandi dulu aja lah.
Udah kangen kamar mandi juga."

Caca tersenyum mendengarku

"oke deh, caca siapin dulu air panasnya ya abang."
Perlakuan caca memang sederhana, tapi aku selalu menyukainya

"makasih sayang."
Pipi caca memerah. Ah, gadisku.

Aku beralih menuju balkon.
Menghirup udara segar di balkon kamar adalah aktivitas yang sudah jarang aku lakukan karena sakit kemaren.
Biasanya tiap sore aku akan menikmati keindahan sunset di sisni bersama aisyah ku.
Dan selama satu bulan terakhir aisyah ku menikmatinya seorang diri, aku berjanji pada diriku sendiri untuk lebih berhati hati agar aku akan selalu ada untuknya.

"abang, air panasnya udah siap ya. Mandi lagi abang, nanti caca siapin makanannya."

Suara caca menyeretku kembali kealam sadar.

"ah, nanti aja lah abang mandinya, abang mau dekat istri abang dulu lah."
Aku kembali menggoda caca

"abang, caca serius loh."
Caca berusaha menyembunyikan salah tingkahnya, padahal sudah jelas sekali dia sedang berusaha mengendalikan rasa malunya.

Hap

Aku menangkap tubuh mungilnya

"sayang."
Aku berbisik ditelinganya

"apa abang." Aku dapat merasakan tubuh caca membeku

"terima kasih sudah terus bersama abang disetiap keadaan ya sayang.

Aku memeluknya lebih erat.
Caca berbalik dan posisi kami sekarang berhadapan

"harusnya caca yang berterima kasih karena abang udah bangun dan kembali lagi ke pelukan caca. Jujur, caca khawatir banget loh sama abang."
Sekarang bukan aku yang memeluknya, melainkan dia yang memelukku erat.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang