47| Kita dan Senja

413 41 3
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Kamu tau?
Satu hal yang membuatku lupa bahwa aku tengah berada pada senja yang indah adalah kamu. Kamu mencuri seluruh perhatian yang biasanya aku tumpahkan pada senja sehingga aku lebih memilih menjatuhkan diriku pada tatapanmu.
Ya, aku jatuh cinta lagi padamu setelah beratus ratus kali jatuh pada dirimu.

-Aisyah Humairah-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Kita mau kemana abang?"
Aku bertanya kepada bang fathan yang masih fokus dengan kemudinya

"Mau ngajakin kamu jalan sayang."
Mata bang fathan menatapku sebentar.

"Iya, tapi kemana?"
Aku tidak sabaran

"Tunggu aja ya sayang."
Bang fathan memgusap lembut kepalaku.

Aku mendengus. Aku tidak mau lagi mendesak bang fathan.
Yang aku lakukan sekarang adalah memandang ke jalanan kota yang masih terlihat sepi.

"Abang sudah kasih tau mama papa?"
Aku mengganggu fokus bang fathan lagi.

"Sudah sayang. Umi sama abi juga udah abang kasih tau kalau sekarang abang mau ngajak caca jalan."
Aku mengangguk anggukan kepala.

"Caca pengen makan sesuatu nggak?"
Giliran bang fathan yang bertanya kepadaku.

"Hmm... sejauh ini belum bang."
Aku menjawab.

"Caca masih ingat nggak waktu itu caca minta sama abang buat main salju?"
Aku memutar ulang semua kenangan yang sudah aku lalui dengan bang fathan.
Aku menangkap sebuah cerita bermain busa sabun ditaman belakang dan berangan angan itu adalah salju.

"Yang waktu kita masih imut imut itu bang?"
Aku memastikan. Bang fathan nyengir.

"Iya, ingat tidak?"
Aku mengangguk.

"Nah, waktu abang diturki abang pernah pergi ke salah satu kafe. Abang memilih dudyk dipalaing pojok, nah disana kita disuguhkan sama pemandangan yang luar biasa indahnya. Apa coba yang lebih nikmat dibandingkan menikmati musim dingin ditemani sama secangkir kopi."
Bang fathan menjeda pembicaraannya karena berbelok.

Dari dulu aku memang selalu berangan angan untuk berada pada posisi bang fathan yang barusan diceritakan.
Aku ingin menikmati salju dengan secangkir kopi dan aku sendiri.
Aku ingin sekali.
Namun setelah menikah, entah kenapa aku urung menikmatinya sendiri.
Aku ingin menikmatinya berdua bersama bang fathan.
Ucapa bang fathan barusan mengingatkanku pada satu mimpi yang belum aku capai itu.

"Ada lah."
Aku menjawab pertanyaan bang fathan setelah beberapa menit diam.
Bang fathan menatapku heran.

"Abang nggak menikmati itu semua tanpa caca. Harusnya ada caca disana."
Aku menatap mata bang fathan, mengisyaratkan bahwa aku juga ingin pergi kesana. Bang fathan tertawa sebentar.

"Sayaang, mau pergi kesana?"
Bang fathan menggenggam jari jari kananku dengan jari jari kirinya.
Aku mengangguk pelan.

"Nanti waktu abang cuti atau libur kerja kita kesana ya sayang."
Ucapa bang fathan sukses menghiburku.

"Beneran abang?"
Aku memastikan.

"In sya allah sayang."
Tanganku yang berada dalam genggaman bang fathan dikecupnya ringan.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang