40| Akad

562 51 5
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

عن عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِيْ فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ" رواه ابن ماجه

Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya."

HR. Ibnu Majah.


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fathan pov.
Aku sudah sampai dikediaman caca.
Dari tadi malam hatiku tidak bisa diajak berkompromi untuk tetap tenang.

Semua mata tamu undangan menatap kaearah kami.
Setelah basa basi yang cukup menyita waktu,
Akihirnya aku dipersilahkan duduk didepam abi azmi.
Abi tersenyum kepadaku.
"Baiklah langsung saja ya."
Abi memandang sekeliling.
Semuanya tamu yang hadir menganggukkan kepala.

"Bismillahirrahmanirahim. Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Aisyah humairah alal mahri Qs arrahman wa 15 jaram min aldhahab. Hallan"

Abi mengucapkan kalimat sakral itu lantang sembari menjabat tanganku.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."
Aku mengucapkan kalimat ini juga dengan sekali tarikan nafas.

"Sah bapak ibu?"
Lanjutnya.
"Sah."
Jawab serentak dari para tamu.

"Alhamdulillah."
Semua yang ada diruangan ini mengucap syukur.
Termasuk aku. Selanjutnya aku melafalkan qs. Arrahman menggunakan microfon kecil.
Aki khusyuk dalam bacaan yang sudah aku murajaah selama beberapa hari terakhir ini.

Aisyah pov.
Suasana begitu ramai diluar kamarku. Aku hanya mendengar suara mereka saja. Perkatanaan mereka terdengar samar.
Dan aku disini. Dikamar yang hanya ada aku dan havva. Umi dan abi tidak memperbolehkanku keluar kamar, aku tau itu. Aku akan diam duduk sampai abang datang menjemput.
Jantungku berdebar sepuluh kali lebih cepat dari sebelumnya. Aku menghela nafas lagi.

Aku duduk sendiri disini. Havva sedang dibalkon. Aku melihat pantulan diriku dicermin rias. Hanya polesan sederhana. Aku tidak menemukan bulu mata palsu dan juga sulaman alis disini.
Yap, natural namun berkesan menurutku.
Aku menggunakan gaun payung berwarna putih yang dilapisi tille senada.
Abang pasti juga memakai baju berwarna sama.

"Ca, udah mau mulai."
Havva mengodeku dari balkon.

"Udah rame?"
Aku deg deg an.

Havva mengangguk.
"Temenin aku dong."
Aku merasa takut sekali.

"Bentar ca, ini di rumah sakit aku lagi ada masalah. Dan itu berkaitan denganku."
Aku mengerti. Aku memilih diam kembali.

Samar samar aku mendengar suara abi mengucapkan kalimat itu. Aku memegang dadaku.
Aku semakin deg degan saat mendengar suara bang fathan menjawab pernyataan abi dengan tenang namun lantang.
Aku berlinang saat mendengar suara abang mengucap kalimat sakral itu.
Seketika havva berlari memelukku.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang