22| Tentang Lamaran

426 49 6
                                    

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

UntukMu Allah, sang pemilik cinta dan yang memiliki cinta sejati diatas segala cinta yang ada. Bersyukur aku atas hadirnya sebuah rasa untuk dia yang selalu kita gunjingkan didalam doa.

Ya rabbul izzati, maafkan aku karna hingga detik ini aku masih memiliki rasa terhadap makhluk Mu. Menyisipkan namanya ditiap sujudku dan selalu mendoakannya disepertiga malamku.

Ya rahman. Jika rasa ini melalaikanku, segenap permohonan aku ajukan pada Mu, aku mohon hilangkanlah ya allah. Ampuni aku atas kekhilafan ini.

Namun,
Jika rasa ini membuatku semakin dekat denganMu, aku mohon bantulah ia dalam berusaha menghalalkanku ya allah. Mudahkanlah urusannya dan sampaikanlah hajat baiknya ya allah.
Permudahkanlah jalannya dan sabarkanlah dirinya dan diriku dalam menunggu kesempatan yang menghalalkanku dengan nya ya allah.

-Author-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aisyah pov.

Setelah mendengar cerita cerita dan nasehat nasehat umi tadi pagi, nafasku terasa sedikit lapang.
Aku diberi sarapan oleh umi dan diberinya obat untuk menghilangkan pusing dari tadi malam.

Setelah aku merasa sedikit baik, aku dan umi pergi berbelanja keperluan bulanan ke supermarket terdekat.
Tentunya dengan meminta izin kepada abi terlebih dahulu.

Selama diperjalanan, kami mengahabiskan waktu dengan membicarakan membicarakan hal hal yang terjadi di rumah selama aku pergi.
Aku sesekali tertawa ketika melihat ekspresi umi bercerita.

Setelah selesai membeli semua keperluan,

"Eh, caca laper gak?"
Umi bertanya.
Semua barang barang belanjaan memang sudah umi titipkan kepada supir yang akan langsung dibawa pulang.

"Hmm, lumayan siih mi."
Aku dan umi kemudian melenggang kesebuah tempat makan yang ada di mall tersebut.
O ya, aku dan umi sering dibilangin kakak adik loh gais.
Soalnya umi masih cantik banget dan awet muda kayak anak abg-an. Hehe. Trus tinggi aku sama umi juga nggak jauh beda. Jadi kami sering di bilangin sodaraan.

"Mau pesan apa nak dis?"
Umi mebolak balikkan daftar menu.

"Mauuuu, baksoo."
Ah, aku sudah lama tidak memakan makanan olahan daging itu.

"Iih, dari dulu bakso mulu."
Umi bergumam namun aku masih bisa mendengarkannya.

"Iya doong, kan caca setia."
Ucapku sombong.

"Setia lah, fathan aja laki laki pertama yang kamu kenal sampe sekarang gak nimbrung ke yang lain. Kayak nggak ada laki laki lain aja."
Ucap umi panjang lebar.

Kami tertawa setelahnya.

Begitulah umi, bisa dijadikan sahabat ketika pingin curhat, bisa dijadikan partner makan, partner shoping meskipun umi yang bayarin hehe, bisa jadi ibu yang mengayomi.
Pokoknya paket komplit lah,
Makasih ya allah udah menghadirkan malaikat dalam hidup aisyah.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang