96| Venice

540 27 2
                                    

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Di dunia ini tak ada rasa yang benar benar utuh. Yang ada, Cuma manusia yang saling bahagia dan tau bagaimana cara menikmati luka hingga senja tak terbenam dengan sia sia

-Author-

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aisyah pov.
Hari ini adalah hari kedua aku di italia. Sebenarnya taka da kepentinganku disini.
Tapi karena bang fathan terus memaksaku untuk ikut bersamanya dalam mengikuti seminar seminar bersama beberapa kolega dari berbagai Negara.
Bang fathan terus mengajakku dengan alas an tidak mau terjadi apa apa padaku.
Ya, aku ikut saja. Karena jika kau lihat lihat umi dan mama selalu setia menemani apabila abi dan papa ada acara diluar kota ataupun diluar negri. Lagipun, itu juga peranku juga dalam menemani dan mendampingi kemana bang fathan harus pergi.
Dan itung itung aku juga bisa liburan kan.

Bang fathan sudah berangkat dua jam yang lalu sementara aku masih meringkuk di dalam selimut tebal.
Bukan, bukannya aku bermalas malasan.
Tapi setelah bang fathan pergi seminar tadi, aku merasakan perutku tidak enakan.
Sebenarnya dari kemaren malam sih, tapi aku berusaha menepisnya di depan bang fathan. Takut jika dia khawatir dan membuyarkan konsentrasi bekerjanya.
Aku tak ingin merepotkan dalam hal ini.
Alhasil aku harus menunggu dia menyelesaikan pekerjaannya barulah akan aku beritahu bahwa perutku belakangan ini tidak enakan.

Drrrttt…. Drrtttt..

Handphoneku bergetar.
Aku tersenyum melihat nama havva tertulis di sana.
Hari ini mereka akan pergi ke turkey untuk menikmati masa liburan setelah menikah.
Ah, aku senang akhirnya havva menikah dengan kak azzam karena sejak pertemuan pertama sewaktu membeli pakaian resepsiku dengan bang fathan, havva sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada kak azzam
Ternyata semesta menyediakan banyak pertemuan pertemuan tak terduga pada mereka berdua.
Di rumah sakit, di taman, di mall, di pasar atau sekedar membeli makanan kecil di pinggiran jalan.
Cinta havva ternyata tak bertepuk sebelah tangan.
Kak azzam dengan geantlenya menemui mama dan papa dengan membawa kedua orang tuanya untuk meminang havva.
Dan you know lah, havva langsung menerima lamaran kak azzam dan melangsungkan pernikahan serta resepsi tak lama setelahnya.
Keduanya benar benar menampakkan semburat bahagia dan mengisyaratkan rasa syukur karena sudah bisa bernaung dibawah keridhoan dan status halal.

Ah, aku senang pada akhirnya havva tidak bercerita yang bukan muhrimnya lagi karena kak azzam sekarang adalah muhrimnya.
Sejauh ini allah benar benar sudah memperlihatkan bahwa di dunia ini banyak sekali kejadian kejadian tak terduaga yang mebuat kita ternganga

“halo assalamualaikum pengantin baru.”
Monitor langsung menampilkan wajah havva dengan senyuman khasnya

“walaikumsalam cantik, eh jangan bilang gitu ah. Malu.”
Aku tertawa melihat ekspresinya langsung berubah

“jadi berangkat nggak hari ini?”
aku bertanya maalah keberangkatannya

“iya baik kok kabarnya.”
Havva menyindirku karena tidak menanyai kabarnya

“hahaa, tambah baperan aja udah nikah ini ya. Havva gimana kabarnya?”
aku menanyakan kabarnya

“Alhamdulillah baek. Lu pasti lagi sendirian kan karena di tinggal fathan kerja. Uu kasian banget sih lu.”
Havva mengejekku

“ah nggak apa apa lah di itnggal sesekali. Lagipun aku betah disini kok va, pemandangannya bagus banget. Nggak nyangka venice ternyata sebagus ini. Biasanya aku liat di instagram nggak sebagus ini, eh pas udah disini ternyata jauh lebih woah dari pada yang di picture.”
Aku mengubah kamera dari kamera depan menjadi kamera belakang untuk memperlihatkan betapa indahya pemandangan venice dari jendela kamarku.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang