16| Musim Dingin Tanpamu

437 41 6
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Jangankan untuk melupakanmu, bahkan hingga kini untuk menghilangkan rindu saja aku tak mampu. Kau terlalu menakutkan bagiku.
Jika tidak bisa kembali, pergilah! Dan bawa rindu kejam ini yang bahkan mampu membunuhku dikala aku sendiri.*

Author

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aku mendengar suara mobil yang berhenti.
Aku melihat kearah suara itu berasal.
Wah, umi dan abi sudah datang ternyata.
Aku menyalami keduanya

"Assalamualaikum umi, assalamualaikum abi." Aku menyalami mereka secara bergantian.

"Walaikumsalam sayang. Teman temannya udah dijemput semua?"
Abi bertanya.

"Belum semua abi."
Karena memang masih banyak teman temanku yang belum dijemput oleh orang tuanya.

"Ya udah, umi mau ke dalem ya. Mau temui bu fatma."
Umi ikut menimpali.

Kini aku, umi , abi dan ibu fatma duduk di ruang tamu asrama

"Ibu, nggak terasa ya caca udah tamat. Baru kemaren rasanya saya nganterin caca kesini."
Umi tersenyum.

"Iya, sekarang aisyah udah manu ninggalin ibu aja."
Buk fatma mengelus kepalaku.

"Saya jemput caca ya bu, lain kali kalau ada waktu caca mampir kesini lagi. Ya kan nak?"
Umi bertanya padaku. Aku hanya tersenyum sambil menyipitkan mataku keara bu fatma.

"Iya,baik baik kuliah disemarang ya nak. Mudah mudahan caca sukses. Jangan lula hafalannya dimurajaah yaaa."
Pesan bu fatma.

"In sya allah ibu. Nanti caca minta tolong sama abi deh buat ingatin caca hehe, ya kan bi?"
Aku mnyeringai.

Abi tersenyum malas kearahku membuat kami semua yanga da di ruang tamu pun ikut tertawa.

Setelah selesai mengurus semua urusanku dan juga biaya biaya administrasiku yang masih belum terselesaikan, kami beralih ke barang barangku.

"Ini kok sedikit banget barang barangnya caa?" Aku tau abi sedang menyindirku. Karena selain salwa, hanya aku yang memiliki barang barang yang buanyak.

"Hehe, kurang banyak ya bi. Nanti ada yang mau caca beli."
Aku tersenyum manis kearah abi.

Detik selanjutnya aku terdiam karena abi membalas perkataanku dengan pelototan matanya.
Kami berangkat membelah jalan kota.

"Umi, abi. Caca tidur ya."
Aku memang sedang mengantuk berat. Entah kenapa untuk urusan tidur aku tidak pernah bosan dalam melakukannya.

"Iya deh, nanti kalau ada apa apanya umi bangunin ya."
Aku memejamkan mataku.
Setelah 5 menit memejamkan mata,aku belum juga tertidur.

"Caca udah tidur mi?"
Abi berkata kepada umi. Aku tidak tau apakah umi melihatku kebelakang atau tidak, tapi umi berkata

"Sudah bi."
Aku masih bisa mendengar perkataan umi.

"Umi, fathan kemaren telfon abi loh."
Aku bertanya tanya dalam hati kenapa bang fathan menelfon abi.

"Iya bi? Fathan udah lama loh nggak telfon umi." Umi membalas.

"Fathan bilang apa sama abi?"
Suara umi kurang jelas karna kayaknya umi sedang makan sesuatu deh.

"Nggak ada, fathan cuma tanyain kabar umi sama abi. Trus tanyain kabar calonnya tuh. Hahaha." Abi dan umi tertawa bersamaan.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang