28| Pertemuan tak Terduga

426 46 3
                                    

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aisyah pov.
Setelah shalat subuh, aku memutuskan untuk tidur sebentar karena sisa sisa capek tadi malam masih kurasa.
Aku bermaksud untuk bangun jam 6.
Tapi siapa sangka aku malah bangun saat menjelang zuhur.

Aku bangun saat suhu udara kamarku meningkat karena jendela yang tidak aku buka serta AC yang sengaja aku matikan subuh tadi.
Aku terkejut saat melihat jam sudah menujukkan pukul 12:15.
Aku cepat cepat membersihkan tempat tidur kemudian mandi.
Aku menyesali keputusanku untuk melanjutkan tidur setelah subuh karena aku ketinggalah waktu dhuha.
Astaghfirullah, betapa meruginya aku.


Setelah bersih bersih, ternyata waktu zuhur sudah masuk, aku memutuskan untuk melaksanakan shalat zuhur terlebih dahulu kemudia aku turun ke lantai bawah.
Aroma bolu sankis memenuhi indra penciumanku.
Aku bisa memastikan umi sedang membuat bolu sankis yang kemudian diatasnya ditaburi bubuk kayu manis.
Hmmm.. membayangkannya saja sudah membuatku ngiler habis habisan.

Benar saja, aku melihat punggung umi yang sedang membereskan alat alat bekas adonan membuat bolu sankis.
Aku memeluk umi singkat.
Aku bisa merasakan umi terkejut kemudia aku tertawa.

"Kamu hobi banget ngagetin umi ya."
Umi ngomel.

"Hahaaha, masa caca peluk umi aja gakboleh."
umi tersenyum.

"Anak umi siang ini cantik banget deh, apalagi sejak pake gamis syar'i ini."
Aku tidak bisa membaca nada umi.
Aku menyipitkan mataku.

"Hmm, umi mau apa dari caca nih?"
Umi tertawa.

"Bubuk kayu manis umi lupa beli, terus gimana doong. Gak mungkin kan bolu sankis yang sedap ini gak pake bubuk kayu manis."
Umi berbicara sambil memutar mutar bola matanya.

"Aduuh, caca sakit peruut."
Umi cemberut seketika.

"Hahahah, iya deh mii. Mana uangnya?"
Umi bertepuk tangan.

"Ini, beli 3 bungkus ya cantik."
Umi mengeluarkan kata kata handalannya.

"Eh, caca mau pergi pake apa deng?"
Aku memutar badan.

"Ambil kunci mobil umi dikamar gih."
Aku melonjak.

"Umi izinin?"
Aku berbinar.

"Iya dong, boleh. Boleh mutar juga sebentar."
Aku semakin melonjak dan bertepuk tangan.
Aku berlari menuju kamar umi untuk memgambil kunci mobil dan berbalik kearah umi lagi.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang