87| Mama?

329 28 2
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

“Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allâh dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allâh memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allâh mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjuk ke jalan yang lurus.”

5:15-16

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Havva pov.
Ah,
Operasi semalam benar benar menguras tenagaku.
Pikiranku berpacu dengan waktu agar nyawa orban kecelakaan ini dapat terselamatkan.
Aku bersama beberapa dokter lainnya harus mengoperasi bagian kepala yang terbentur keras ke aspal beserta perut yang robek akibat plat mobil yang menabraknya mengoyak perutnya.

Semuanya bekerja keras demi menyelamatkan laki laki malang itu.
Dan akhirnya atas izin allah operasi besar besaran itu dapat terselesaikan dengan sukses namun pasien harus benar benar di rawat.

Sekarang, aku harus menjalankan peranku sebagai seorang sepupu terhadap havva.
Setelah aku meninggalkan ruang tungguvtadi malam, aku benar benar sibuk dengan operasi tadi.
Handphone juga sengaja aku matikan karena sedang berada di ruang operasi.
Nggak lucu kan, lagi fojus fokusnya menjahit perut pasien tapi handphoneku berdering nyaring.

Setelah mengistirahatkan mata sekitar sejam an, aku mandi dan memutuskan untuk ke ruang tunggu.
Aku dan beberapa dokter yang melaksanakan operasi semalam di berikan waktu senggang untuk me-relaks-kan pikiran dan juga fisik.

Pasti fathan dan juga abi sama ubi sedang membutuhkanku.
Mereka harus sholat subuh, tapi caca tidak boleh di tinggalkan.
Aku berperan besar di sini karena aku sedang datang bulan.

Ternyata benar,
Fathan akan menelfonku.
Aku lihat umi dan abi sudah tidak ada di ruang tunggu. Mungkin mereka sudah duluan ke mushola untuk melaksanakan shalat subuh.

Setelah menyuruhnya ke mushola, aku mengambil posisi nyaman di kursi tunggu.
Aku lihat operasi masih berlangsung.
Terlihat dari lampu yang belum padam.

Aku mengeluarkan handphoneku dan mengaktifkannya.

Drrt..
Drrt..
Drrt

Berbagai macam notofikasi masuk ke hp ku. Paling banyak dari aplikasi line dan whatsapp.

Tidak ada yang menarik, semuanya berasal dari grup chat.

Eh ada satu.
Nafa.

Assalamualaikum mbak.
Apa kbar mbak?
Smg mbak baik2 aja y.
Nafa cma mau nyampein,
Kak azzam tadi nanyain kpn
Mbak havva ad wkt luang d rmh?
Bls kpan mbak gk sibk aja
Ya mbak.
Wassalam.

Apa?
Kak azzam nanyain kapan aku nggak sibuk? What?
Ada apakah ini?

Aku mengetik dengan cepat.

Walaikumsalam nafa.
Alhamdulillah mbak baik
Nafa sm kk azzam gmn kbrny?
Blm tau kpn fa, soalnya
Mbak caca lg drmh skt.
Bsok klau ada mbak kbrin
Ya :)

Aku mengirimkan pesan tersebut.
Seberapapun pentingnya kak azzam di dalam hidupku, aku akan tetap mengutamakan caca.
Dari siapapun itu.

Klek.
Lampu penanda operasi masih berlangsung sudah mati.
Itu tandanya caca sudah menyelesaikan operasinya.
Aku berdiri.
Berharap harap cemas menunggu dokter yang keluar dari ruangan ini.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang