82| Operasi

354 27 7
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

مكر الله : هو استدراج العاصي بالنعم حيث إنهم لم يُقدِّروا الله حق قدره، ولم يخشوا استدراجه لهم بالنعم وهم مقيمون على معصيته حتى نزل بهم سخط الله، وحلت بهم نقمته


Makar Allah adalah istidraj bagi pelaku maksiat dengan memberikan kenikmatan/kebahagiaan mereka tidak memuliakan Allah sesuai dengan hak-Nya. Mereka tidak merasa khawatir [tenang-tenang saja] dengan istidraj [jebakan] kenikmatan-kenikmatan bagi mereka, padahal mereka terus-menerus berada dalam kemaksiatan sehingga turunlah bagi mereka murka Allah dan menimpa mereka azab dari Allah.”

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Havva pov.
Aku mandi dan mengganti baju dengan cepat serta melaksanakan sholat maghrib di rumah.

Kali ini aku sedang berada di rumah fathan. Dia minta di tunggu untuk pergi ke rumah sakit bersama sama.

Dia sedang melaksanakan sholat maghrib di kamarnya.
Sementara akh sedang di bawah.

Aku masih memikirkan kemungkinan kemungkinan apa yang terjadi pada aisyah.

Mondar mandir.
Kanan kiri,
Aku juga belum mengetahui.
Aku bukanlah dokter kandungan.
Jadi aku tidak terlalu mengerti dengan caca saat ini.

Setelah berfikir cukup keras, aku melenggok menuju dapur untuk mengambil air putih.

Satu gelas, cukuplah.
Aku meneguk air tersebut, dan mataku menangkao satu kantong plastik.
Sepertinya kantong plastik apotik.

Aku meletakkan gelas yang sudah kosong ke atas meja makan dan meraih kantong tersebut.

Aku menemukan pil berwarna putih.
Ini obat apa?

Aku mengamati pil tersebut.
Pil ini terlihat seperti..
Astaga, pil ini

"Yok, gua udah siap. Ada panggilan dari mama atau umi nggak?"
Aku menatap fathan yang sudah menuruni anak tangga.

"Nggak ada. Than, lu ngonsumsi obat nggak?"
Aku mananyakan langsung.

"Nggak. Kenapa?"
Aku memperlihatkan kantong yang barusan aku dapat.

"Apaan tuh?"
Mengamati sekali lagi.

"Mifepristone. Terlihat seperti itu.
Ini obat penggugur kandungan."
Aku berani mengatakan ini adalah mifepristone karena aku sudah mempelajarinya semasa kuliah.

"Apa? Lo nuduh caca gugurin kandungannya?"
Fathan langsung emosi mendengarnya.

"Bukan. Sepertinya ada yang tidak beres. Kita bawa obat ini dan tanyakan kepada aisyah apa yang terjadi sebenarnya semasa dia udah sadar."
Aku menjawabnya tenang. Aku yakin sekali ada sesuatu di balik semua ini.

"Aku bawa obat ini. Yuk pergi."
Aku mengantongi obat tersebut lalu pergi bersama fathan ke rumah sakit.

.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang