19| Perihal Waktu

420 42 5
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aku ingat,
Pada satu jingga aku pernah ingin sekali menikmati senja dan mengajakmu menikmatinya tanpa suara.
Dengan halus kamu menjanjikan "Lain kali saja. Jika sudah ada waktunya kita akan menikmatinya bersama".
Salahku juga, aku lupa bahwa kamu masih berada pada aktivitas yang berbeda.
Aku lebih memilih untuk menikmati cakrawala jingga melalui lukisan saja.

Kemudian.
Pada hari hari yang lelah, aku tidak lagi ingat untuk mewujudkan inginku untuk berlama lama dibibir nuansa jingga.
Karna aku ingin menunggu kata "Lain kali saja" itu.
Makanya aku berusaha untuk lupa.
Padahal inginku sudah membara untuk menikmatinya.
Tapi aku tak mampu bersuara.

Hingga,
Pada senja yang patah. Aku pasrah menunggu saat2 "Lain kali saja" itu.
Aku minta maaf karna tak lagi menunggu.
aku pergi. Sendiri.
Sebenarnya aku berharap kamu tiba tiba datang dan berkata maafkan aku terlalu lama.
Tapi tak apa, aku masih bisa menikmatinya(sendiri).

Sebenarnya,
Yang membuatku patah bukanlah kesendirian, namun perihal waktu yang terlalu lama untuk menunggu.
Sore itu sendu, aku ragu apakah kamu memang datang atau memang hanya sekedar mengundang.
Makanya aku lebih memutuskan pergi tanpa bersamamu.

Setelah puas menikmati nyanyian alam dan aroma semesta, aku terdiam.
Berusaha mengumpulkan puing puing kenyataan bahwa hari ini aku mendapatkan satu pelajaran. Bahwa tak semua ucapan bisa dijemput kenyataan.
Dan untuk kali ini aku mohon undur diri.

Semoga apa yang ada padamu berjalan dengan baik baik saja.

Dan satu lagi.
Perihal "Lain kali saja" itu, aku sudah membingkainya.
Kuanggap itu hanyalah sebuah lukisan aksara.

-Aisyah Humairah-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fathan pov.

Memasuki semester ke tiga, tempat tinggalku dipindahkan oleh pengurus beasiswa.
Karena pada semester satu dan semester dua aku mendapatkan IP yang memenuhi untuk melanjutkan program beasiswa, aku dipindahkan ke tempat yang lebih mewah dibandingkan sebelumnya.

Fasilitasnya masih sama.
Kamar mandi di dalam kamar, lemari, nakas dan juga spring bed.
Hanya saja ukutan ruangan ini lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Disini, aku tinggal bersama dengan orang orang indonesia yang juga mendapat beasiswa sama sepertiku.
Tempat ini seperti rumah yang lumayan besar. Ada dua lantai dengan 8 kamar.
Masing masing dihuni oleh 1 penghuni.
Hanya saja untuk ruang tamu dan dapur digunakan secara massal.

Untuk makan pun kami hanya tinggal mengambilnya di lemari yang sudah disediakan untuk masing masing.
Jadilah aku hanya fokus kuliah disini.

Dilantai dua dihuni oleh 3 orang perempuan. Hanum adalah salah satu diantara mereka bertiga.
Selebihnya yang dibawah dihuni oleh para laki laki.
Aku salah satu diantaranya.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang