91| Siuman

406 26 2
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Padahal kemaren sudah aku beritahukan kepada hujan jangan turun dulu dalam beberapa dekade waktu karena kau belum ada dan aku tak siap sendiri dalam menikmatinya.
Tapi siapa yang peduli?
Malam ini hujan membasuh bumi dan aku terpasung sepi berteman sunyi.

Author

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fathan pov.

Akan selalu ada pengganti di saat salah satu orang yang kita anggap penting pergi. Akan selalu ada penghibur penghibur baru yang berdatangan menggantikan pecundang yang hanya sekedar lalu lalang. Dan akan selalu ada cinta yang baru saat kita hancur karena memberikan kepingan hati kepada orang yang salah.

Fathan

Begitulah.
Sejak mama sudah di perbolehkan pulang, aku sering menunggu caca sendirian di ruangan ini.
Karena papa tentu akan menjaga mama selama di rumah meski mama selalu bersikukuh bahwa dia baik baik saja.
Namun sebagai seorang suami yang menjadi penanggung jawab, tentu saja dia akan selalu berhati hati agar semua tidak menjadi penyesalan di kemudian hari.

Saat aku hanya berdua dengan caca di ruangan ini, aku kerap kali menulis di buku daily quotes  miliknya.
Tak ada, aku senang melihat tulisan tulisan aksaraku bersanding dengan mahakaryanya.

Hari ini aku tidak pergi ke kantor karena tidak terlalu banyak pekerjaan.
Jadwal hari ini aku berikan pada sekretarisku karena memang tidak mengharuskan ada aku di sana.

Lagipun, havva sedang sibuk di UGD.
Umi sedang menemani abi keluar kota untuk menghadiri pertemuan penting dengan beberapa kolega.
Untuk kesekian kalinya, abi dan papa itu sering sekali keluar kota untuk mengurusi pekerjaan.
Dan kesamaan diantara keduanya adalah selalu membawa pasangan mereka.
Wajar wajar saja sih. Jikapun aku yang di posisi abi ataupun papa yang mengharuskan aku sering keluar kota, pasti aku akan membawa caca.

Sudah lama sekali dia tertidur.
Kurasa sudah hampir 3 bulanan lah.
Dan pahamlah,
Selama itu juga aku harus menahan rindu yang benar benar menggebu.
Apalah arti berada di suatu tempat dengan orang yang kita sayang namun tak bisa bercengkrama atau hanya sekedar bertegur sapa.
Tapi aku tidak menyalahkan keadaan.
Sebab aku tau semua sudah Allah rencanakan dengan hikmah yang sudah di sediakan.

Aku berdiri dan mencium keningnya.
Aku sudah melakukannya beberapa kali hari ini.
Aku tak tau apalagi yng harus aku lakukan untuk menghilangkan rindu ini
Sungguh, aku benar benar merindukan sosok aisyah yang selalu membuatku tertawa dengan ekspresinya saat bercerita. Meskipun aku berfikir itu hanyalah cerita bisa saja akan terasa waah jika asiyah yang menceritakannya.
Dia selalu punya cara untuk menghiburku saat letih pulang kerja.

Menurut dokter, bekas operasi aisyah sudah mengering dan membaik.
Dan, keadaannya pun juga sudah baik.
Tapi tetap harus menunggunya bangun pada waktu yang tepat.

Aku beranjak menuju kamar mandi.
Aku ingin buang air kecil sebentar dan ku rasa tak apa jika meninggalkan caca sebentaar saja.

5 menit, aku kembali ke samping cacca.
Tak ada perubahan, caca tetap pada posisi sebelumnya. Tenang dan selalu tenang.

Bingung dengan apa yang harus aku perbuat, aku meraih al qur'an kecil di atas nakas.
Aku mulai melantunkan surah asy-syifa sekaligus memurajaahnya

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang