33| Salah Paham

411 41 0
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Dalam butiran butiran cinta.
Izinkan aku menangisimu tanpa suara.
Dalam setiap tetes air mata,
Aku bersaksi bahwa semua yang terjadi malam ini adalah ketentuan yang paling baik dari Nya.
Sebelum semuanya sirna, sebelum semua berubah makna. Bolehkah aku menyampaikan mutiara rindu kepadamu, wahai lelakiku?
Pada kesetiaan tahajud,
Pada pancaran cahaya dhuha.
Izinkan aku bertasbih dengan menyebut butiran butiran abjad namamu.
Agar yang menyaksikan niat suci diantara kita bukan hanya manusia,
Melainkan pencipta.
Saat kalimat cinta sudah kau lantangkan,
Selamanya akan menjadi penyesalan karena aku pernah bergelimang prasangka akan dirimu.
Aku akan mencintaimu secara utuh,
Manakala kata SAH sudah menggema,
Manakala jarak sudah tiada.


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


Aisyah pov.
Setelah mendapatkan bubuk kayu manis yang dipesan umi, aku kembali dengan bersenandung shalawat badar.

Entah kenapa mood ku tiba tiba baik sekali hari ini mengingat nanti malam aku sudah memiliki seseorang yang akan menghilangkan semua kenangan kenangan pada masa laluku.
Jadi, aku tidak perlu lagi susah susah untuk melupakan abang sementara hatiku sudah diisi oleh orang yang kelak akan menjadi penyempurna agamaku.

Tak terlalu jauh dari rumah, aku melihat CRV  putih sedang berdiri didepan pagar rumahku.

"Siapa?"
Batinku
Aku tak bertanya kepada pak Asep tentang mobil itu.
Barangkali saja teman umi yang datang.
Aku mengucap salam tanpa mengetuk pintu.

"Assalamualaikum umi."
Aku terkejut bukan main melihat wanita yang duduk didekat umi.
Wanita itu,

Memori bang fatahan dengan wanita itu di supermarket beberap waktu lalu kembali terulang.

Aku beristighfar didalam hati ketika melihag perempuan itu datang kerumahku.
Mau apa dia kesini?

Ya allah, ada apa ini? Kenapa disaat aku mencoba untuk benar benar melupakan sosok manusia yang selalu mengganggu pikiranku, hadirnya wanita ini dirumahku seolah olah merobohkan benteng pertahananku?

Sadar aku tak boleh berada disini sekarang, aku meminta diri ùntuk pergi kekamar.
Mood ku mendadak hancur dan aku sangat membenci posisi ini.

Aku setengah berlari menuju kamar.
Aku tak mempedulikan bagaimana bingungnya umi saat ini.
Aku menutup pintu kamar setelah sampai dilantai atas.
Aku bisa merasakan detak jantungku tidak karuan sekarang.

"Apakah aku sudah berbuat tidak sopan?"
Aku bertanya pada diriku sendiri.
Kenapa aku malah lari dari kenyataan?
Jika nyatanya dia memang istrinya bang fathan, kenapa aku tidak ikhlas saja?
Lagipula kan nanti malam aku sudah akan dilamar oleh laki laki lain.
Saat hendak memegang gagang pintu,
Ada yang mengetuk pintu kamarku.

"Assalamualaikum, aisyah humairah."
Deg.
Aku semakin tak karuan.

Aku mematung dibalik daun pintu yang aku yakin wanita itu juga sedang melakukan hal yang sama.
Aku mencoba ikhlas dan berdamai dengan keadaan dan kenyataan yang sudah digariskan untukku.

Aku menghirup nafas dalam dalam dan menghembuskannya pelan.

"Walaikumsalam."
Aku berusaha tenang.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang