8| Abang?

620 64 2
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Masih bolehkah aku merindu? Aku janji kali ini aku tak akan berlebihan lagi dalam mengekspresikan rasa. Boleh ya?*

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Setelah selesai gladi, aku memutuskan untuk kembali mencari bang fathan.
Aku hanya duduk didepan aula.
Aku tak berani menyusuri sekolah ini lebih dalam lagi.
Karena memang aku hanya sekali pergi kesini. Selama 30 menit aku duduk disini.
Tapi aku tak kunjung melihat bang fathan.
Satu persatu teman temanku sudah keluar dari aula dan terakhir ustadz imam dan kak azzam yang keluar.

"Eh, nak aisyah belum masuk mobil?"
Ustadz imam mengakhiri penungguanku sore ini. 

"Iya ustadz."
Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk memasuki mobil. Ku pikir untuk menunggu bang fathan lebih lama lagi bukanlah pilihan yang tepat. Hari ini, kurasa sudah cukup sampai disini saja dulu

Esoknya, kami sudah bersiap siap untuk berangkat. Kami berangkat pukul 3 siang karena acaranya dimulai ba'da maghrib.
Aku sudah siap dengan gamis putih dan hijab putihku. Perjalanan menuju SMA Al Islah menghabiskan waktu satu setengah jam. Selama perjalanan aku terus mengulang ulang surah yang akan kubacakan tersebut.Semoga saja nanti allah mempermudahku saat di depan.

Fathan pov :

Hari ini adalah hari H acara di sekolahku aku sudah melupakan kejadian kemaren yang sempat membuatku sedikit resah tadi malam aku menelfon abi azmi.
Menanyakan kabar dan tak lupa menanyakan kabar caca.
Ternyata caca baik, seperti yang aku lihat kemarin dia baik baik saja.

Setelah semuanya terasa fix, kami anggota OSIS disuruh duduk pada saf ke 3 karena acara ini diadakan di mushola.
Setelah melaksanakan sholat maghrib berjamaah, acarapun di mulai.

Protokol sudah tampil kedepan. Posisiku saat ini adalah pojok sebelah kiri. Kurasa tidak terlalu mencolok jika dilihat dari depan.

"Baiklah, sebelum acara kita lanjutkan alangkah baiknya kita awali dengan lantunan ayat suci alqur'an yang akan dibawakan oleh saudari aisyah humairah."
Aku menunduk lebih dalam.
Takut jika aisyah melihat kearahku.
Aku melihatnya melalui sudut mata.
Caca-ku terlihat anggun dengan menggunakan hijab dan jilbab putihnya.

Allah, lindungi hatiku dari rasa rasa yang akan melalikan cintaku padaMu.
Suaranya mulai memenuhi mushola.

Sama seperti kemaren, suaranya bergetar dan masih saja indah.
Aku menikmati suaranya secara lantang namun menyiratkan garis kehalusan.
Setelah menutup bacaannya aku masih melihatnya melalui sudut mataku, sementara sebagian wajahku kututupi dengan sorban agar tidak terlalu jelas.

Namun sebelum beranjak, dia melirik kearahku. Melirik sebentar lalu berdiri mengambil alqur'annya dan melihat lagi kaearahku. Sungguh.
Demi apapun saat ini aku gugup sekali aku menundukkan kepalaku semakin dalam dan tidak berani lagi melihat kearah aisyah.
Jika beberapa tahun yang lalu aku bebas melihatnya kapanpun aku mau, sekarang aku sudah berniat untuk lebih membatasi pergaulan dengan aisyah.
Mau bagaimanapun aku bukan mahromnya dan aku tidak mau menghinanya dengan menatapnya secara terus menerus sementara aku tau dia bukanlah siapa siapa untukku.

Caca kembali ketempatnya.
Acara dilanjutkan dengan penuh khidmad.
Aku terlarut dengan acara kali ini karna mengupas masalah kesadaran indonesia mengenai muslim palestina.
Meskipun hatiku sesekali terusik untuk tetap menemui caca nanti, tapi aku harus menegaskan bahwa itu hanyalah rayuan setan.

Aku kembali meneguhkan pendirian untuk tidak menemui caca sampai saatnya aku menemui abi azmi untuk meminta caca dengan nama allah.
Ya! Aku akan melakukan itu jika namaku dan nama caca disandingkan secara mulia di tempat yang mulia, lauhul mahfudz.

Acara disekolah kami selesai pada jam 9 malam dan itu sudah disertai dengan break sholat isya. Karna meskipun kami melaksanakan acara keagamaan, sholat tetaplah tiang dari setiap amal sholeh yang kita kerjakan.

من اقامها فقد اقام الدين،ومن هدمها فقد هدم الدين

Sholat adalah tiang agama,barang siapa yang menegakkannya,maka dia telah menegakkan agamanya. Dan barang siapa yang merobohkannya,bersrti dia telah merobohkan agamanya

Setelah acara usai aku berniat kembali ke asrama putra.
Ketika beberapa langkah lagi sampai di asrama, aku merasa ada seseorang yang memanggilku namun sayup sayup.
Aku melihat kebelakang dan kesekelilingku. Tidak ada orang. Aku melirik arloji

"Jam 10"
Gumamku.

"Audzubillahiminasyaitonirajiim"
Aku bukannya takut, tapi aku merasa ini bukan jamnya lagi aku berada diluar apalagi sendiri.

Aku memutuskan untuk masuk ke dalam asrama dan siap siap untuk tidur. Total mengabaikan panggilan dan bisikkan yang sempat terdengar.

Sementara itu,

Aisyah pov :

Aku yakin sekali laki laki yang aku lihat di pojok tadi adalah bang fathan.
Aku bisa melihat dari alisnya yang tebal dan juga gelagat gelagatnya. Tapi kenapa dia berusaha menutupnya dengan sorban? ataukah aku yang terlalu rindu bang fathan sehingga semua laki laki yang mirip dengannya aku anggap sebagai abangku?

Aku sungguh berniat untuk menemuinya setelah acara selesai nanti.
Aku melihatnya menggunakan sorban hitam dan juga memakai tunix sama seperti yang dipakai anak Osis lainnya.

Setelah acara selesai,aku bertanya kepada salah satu perempuan, siswi sma al islah yang aku yakini dia adalah adek kelas 10.

"Dek, afwan. Kakak mau tanya. Kenal tidak sama muhammad fathan al zikri?"
begitulah aku menanyakannya.

"Oh,mungkin sudah kembali ke asrama kak. Asramanya disana."
Dia menunjuk kearah selatan.

"Terimakasih dek."
Aku buru buru keluar dari mushola dan dengan cepat memasang sepatuku lalu setengah berlari menuju asrama yang ditunjuk oleh adek yang entah siapa namanya itu.

Aku benar benar tidak mempedulikan apakah aku pergi sendiri atau berdua.
Yang jelas aku harus menemui abang sekarang juga. Aneh juga sih, biasanya aku ke kamar mandi saja minta ditemani sama salwa.
Anggap saja aku melakukan semua ini dibawah alam sadarku. Hehe.

Aku terus melangkah menuju asrama itu,
Aku melihat ada seorang laki laki bersorban hitam dan memakai tunix sama persis seperti yang diapakai bang fathan.
Aku sudah sangat yakin kalau dia adalah abangku.
Tapi dia sudah sangat dekat menuju asrama putra.
Kan tidak wajar aku seorang perempuan menemui bang fathan di asrama putra.

Malam malam begini lagi. Meskipun aku melakukan ini dibawah alam sadar, aku masih punya etika.
Lalu aku berusaha memanggil dari kejauhan.

"Bang fathaaaaan."
Suaraku serak. Karena berteriak dia berhenti. Kupanggil sekali lagi.

"Bang muhammad fahtan al zikri."
Aku berusaha meyakinkan kalau dia memang abang fathan.
Dia berhasil berbalik. Ma sya allah, ternyata itu benar benar bang fathan.
Ingin sekali rasanya aku pergi menghampirinya. Namun urung saat bang fathan bergegas masuk ke asrma.

Aku bergumam.
"Abang, tadi caca liat abang. Caca nggak berani nyamperin abang ke asrama putra. Abang, aisyah rindu." :(

___________________________________________

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang