35| Terima Kasih Humairah

426 37 0
                                    


•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari ini,
Malam ini, saat dengan gagahnya kau memintaku pada abi, kau sungguh telah berhasil menggetarkan arsy.
Terimakasih, karenanya penungguanku tak sia sia.
Dengan ini,
Aku menerima hadirmu kembali.


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Fathan pov.
Hatiku semakin tak karuan saat sudah memasuki perkarangan rumah milik keluarga aisyah.
Beberapa kali aku menghela nafas kemudian menghembuskan dengan kasar.

Berkali kali aku mengelus dada agar dentuman jantungku tidak bertambah kencang.
Papa mengetuk pintu rumah kediaman umi dan abi termasuk caca.

"Assalamualaikum."
Papa mengucap salam dengan irama khasnya.

"Walaikumussalam."
Abi azmi langsung bangkit.

"Ayo masuk masuk."
Kami masuk namun aku memeluk abi azmi.

"Assalamualaikum abi."
Aku mengucap salam kepada laki laki hebat yang sudah menjaga wanita syurga seperti aisyah.

"Walaikumsalam nak."
Ternyata aku sudah terlalu tinggi sekarang.
Dulu saja, aku hanya sesada abi.
Namun sekarang aku melebihi tingginya abi.

"Terimakasih sudah menepati janjimu nak. Abi salut kau benar benar menepati janji sewaktu kau masih remaja."
Aku menangkap kilatan haru dimata abi.

"Alhamdulillah abi. Terimakasih sudah menjaga aisyah dengan baik."
Aku tersenyum bahagia.

"Tidak perlu berterima kasih nak. Itu memang sudah menjadi kewajiban abi."
Abi menuntunku untuk duduk disebelah mama dan papa.

Mama dan papa termasuk havva terlihat bahagia menyaksikan keharmonisan aku dan abi.
Ah, aku memang sudah terlalu dekat dengan keluarga ini.

Mama dan umi langsung menceritakan apa saja seperti saudara yang sudah lama tak berasua.
Papa dan abi membicarakan masalah aku dan caca kedepannya.

Semua seperti biasa. Relaks.
Hanya aku yang tegang dan tak karuan.
Aku terperanjat saat tangan havva menggenggam tanganku.
Dia memang disebelahku sejak tadi.
Aku melihat kerahnya.

"Tak perlu tegang. Relaks dan nikmati alunan alur yang sedang ada saat ini.
Caca bukanlah orang asing bagimu fathan. Aisyah adalah humairah kecilmu yang selalu kau peluk saat menangis dulu.
Jadi, setelah lamanya kau meninggalkan aisyah jangan buat dia canggung karena perubahan sifatmu.
Santai fathan. Buatlah aisyah seperti ditarik kemasa lalu saat melihatmu.
Paham?
Kau sekarang adalah sosok penguat bagi caca, maka jangan kau buat ia menjadi lemah. Meskipun belum resmi sah, tapi ini adalah jembatan menuju sebuah keridhoan.
Aku tak mau gagal menjadi saudara aisyah karena sikapmu yang kikuk."
Seketika ada energi yang seolah mengalir dalam hatiku.

Havva.
Memang selalu seperti itu.
Kadang ia menjadi seperti sosok kakak bagiku.
Namun pada saat saat tertentu, bahkan ia seperti bocah bagiku.
Havva unik, cantik.
Semoga kelak yang menjadi imamnya akan menjaganya dan memuliakannya.
Aku bersumpah akan mengahabisi siapapun yang nantinya akan mengusik ketenangan sepupu kecebongku ini.

"Terimakasih kakak, semoga siapapun nanti yang menjadi imammu selalu memuliakanmu."
Aku terseyum kearahnya.
Aku memang memanggilnya kakak jika ia sedang berlaku bijak kepadaku.
Sama seperti saat ini.
Dia tersenyum dan melepaskan gemggaman tangannya.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang