12| Surat Darimu

472 53 8
                                    

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Jika kemarin aku masih ragu,hari ini izinkan aku selalu menyebut namamu disetiap sujudku. Aku tak ingin rasa ini habis hanya didunia saja,tapi aku juga ingun membawanya menuju syurga*

Humairah.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


Aku memasukan surat yang diberikan bang fathan kepada abi untukku kedalam tas.
Aku akan membacanya nanti setelah shalat tahajjud.
Agar aku mampu menemukan pesan pesan apasaja yang terdapat didalam surat ini.

Karna aku yakin, jam jam melaksanakan shalat tahajud adalah jam jam sunyi dimana teman sekamarku tidak ada yang bangun kecuali aku saja.
Aku memohon kepada allah, apapun yang bang fathan tuliskan didalam surat itu semoga saja yang terbaik.

Setelah merapikan isi tas dan memasukkanya kedalam lemari, aku pergi kekamar salwa yang tepat berada di depan kamarku.

"Assalamualaikum waaa."
Aku mengetuk pintu kemudian membukanya  langsung tanpa terlebih dahulu mendengar jawaban dari salwa.
Memang sudah kebiasaan bagi kami seperti itu. Masuk kamar teman lain mengucap salam sambil membuka pintu, hehe..jangan cobain ke rumah tetangga ya.

"Walaikumsalam. Eh udah balik mu?"
Salwa memang tidak pulang karna berkas miliknya memang sengaja dibawa ke asrama sejak awal masuk sekolah.

"Udah, baru aja. Teman dikamar keknya pergi jajan deh. Soalnya gak ada orang."
Aku tak mendapati siapapun saat masuk kedalam kamar tadi.

"Waa, aisyah minjam novel doong."
Aku terbiasa mengisi waktu luang dengan membaca novel.
Namun kali ini semua novelku telah selesai dibaca.
Makanya aku pinjam novel salwa karna salwa juga memiliki hobi sepertiku.
Hanya saja dia tidak terlalu fanatik.

"Novel yang mana syah? Kan novel ku sudah mu lahap semuanya."
Aku terkekeh mendengar jawaban salwa.

"Yang kemaren mu beli di pasar."
Sebelum aku dijemput abi, siangnya salwa pergi ketoko buku yang ada dipasar untuk membeli novel novel bergenre islami.

"Ooo yang itu, ambil aja diatas lemari. Belum aku bacaa. Males, nanti ceritain ya kalau mu udah selesai baca."
Aku mengambil novel yang masih bersampul plastik itu.

"Gak papa nih."
Aku ragu.

"Yeee, kek nggak biasa aja buka novel baruku. Padahal semua novelku mu yang bismillah-in." Aku terkekeh.

"Pinjam ya,besok malam balikin. Halamannya cuma sampai 354."
Aku berlalu.
Aku menghabiskan soreku dengan membaca novel yang aku pinjam dari salwa barusan.

Sementara itu

Fathan pov:

"Iya pa, abang udah sejam disini kok pa. Fathan disini dikasih kek kosan gitu pa. Tapi itu sudah termasuk didalam beasiswa. Jadi gratis. Hehe." Aku menyeringai.

"Yaudah, baik baik disana. Uangnya udah papa transfer tadi ya. Pergunakan dengan baik."
Ucap papa.

"Kan uang fathan kemaren masih ada pap, nggak usah ajalah."
Aku bisa dikaatakan hemat sih.

"O ya? Yaudah, abang tabung aja."
Aku berterimakasih kepada papa kemudian papa menutup telfon.

Dari SMA papa selalu menyempatkan menelfonku meskipun itu hanya berdurasi sekitar 3 sampai 4 menitan. Aku juga maklum karna papa bisa dikatakan sebagai orang yang sibuk dengan pekerjaannya.

Aku tinggal tak jauh dari istanbul university,aku difasilitasi tempat tinggal, makanan yang tentunya halal dan juga beberapa potongan pembiayaan kuliah.
Aku bersyukur karena tidak terlalu memberatkan kedua orang tuaku dengan biaya kuliah. Meskipun orang tuaku masih menanggungnya 30 persen. Ah, aku tak akan mengecewakan papa mama.

Aku membereskan semua barang barangku dan meletakkan dimana tempat seharusnya.
Dikamar ini, aku difasilitasi satu buah springbed untuk muatan 1 orang, nakas dan lemari serta meja belajar yang dilengkapi dengan lampu belajar.
Bisa dikatakan aku puas dengan fasilitas ini.
Aku tak perlu lagi untuk menggunakan kendaraan untuk pergi ke kampus karena jarak tempatku ke kampus lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Setelah berkemas kemas, akupun tertidur karena sekarang sudah gelap.

Aisyah pov:

Aku terbangun pukul 02.30
Selalu saja seperti itu.
Seakan ada energi yang membuat mataku terbuka pada jam jam seperti sekarang ini.
Aku turun dari tempat tidurku yang terletak dibagian atas.
Kemudian aku mengambil wudhu dikamar mandi.
Setelahnya aku menggelar sajadah dan memakai mukenahku.
Akupun terlarut dalam sholat dan sujudku.

Sekitar 20 menit, aku selesai dengan witir sekaligus bacaan ayat al-qur'anku.
Ketika hendak tidur kembali,aku ingat tentang surat dari bang fathan.
Aku bergegas menuju pintu lemariku.
Aku menemukan kado yang diberika oleh abi.
Aku membukanya.
Aku menemukan sebuah mukenah berwarna hitam yang dari dulu aku damba dambakan. Aku juga medapatkan secarik kertas.

Untuk anakku, humairah.
Suatu kebanggan terbesar karena allah memberikan kepercayaan untukku merawatmu. Suatu amanah yang paling aku senangi saat aku tau kau adalah permata yang akan mengantarkanku dan ibumu ke syurga.

Humairah, anakku.
Perlu kamu ketahui sayang.
Membesarkanmu adalah nikmat allah yang selalu abi syukuri hingga hari ini dan sampai kapanpun abi tetap bersyukur karena dikaruniai anak secantik dan sesholehah dirimu.
Kau, anak yang abi timang timang beberapa tahun yang lalu, anak yang selalu menangis akan hal hal kecil, kini telah tumbuh menjadi gadis yang akan menjadi penerus penerus agama.

Humairah, abi tak merasa gagal dalam mendidikmu apabila engkau tidak mendapatkan juara kelas atau apalah itu.
Namun, penyesalan terbesar abi karna gagal mendidikmu adalah ketika kamu tumbuh menjadi gadis yang tidak paham dengan agama serta tidak mengamalkan akhlak dari sebuah nama suci yang kini menjadi namamu.

Abi sengaja memakaikan nama istri kesayangan rasulullah kepadamu karena abi ingin caca menjadi anak yang menjaga kehormatan serta meneladani akhlak dari panutan muslimah sedunia.
Dan kini abi merasa berhasil karena anak yang abi didik telah tumbuh menjadi muslimah yang sempurna dalam menutup auratnya.
Pun juga berhasil menjadi gadis yang tumbuh dengan tidak mendapat pengaruh pacaran dari lingkungannya.

Terimakasih sayang, telah menyelamatkan abi dari pintu neraka yang mungkin saja bisa terbuka apabila kamu tidak melakukan hal yang seperti kamu lakukam sekarang ini.

Tetaplah menjadi perempuan sholehah dan tetaplah menjadi gadis kecil umi dan abi.
Umi dan abi akan selalu menuruti keinginan caca apabila itu mendatangkan kebaikan dan bermanfaat bagi caca dan masa depan caca.
Belajar yang semangat nak, abi dan umi sangat menyayangimu.

Salam abi dan umi ❤

Aku meneteskan air mata saat membaca saat membaca surat dari abi.
"Abi maafkan kalau caca belum bisa memakai niqob yang berarti sudah sangat sempurna dalam menutup aurat. Tapi abi, caca akan selalu berusaha untuk menumbuhkan kesadaran hingga hati caca benar benar mantap untuk melakukan tindakan yang sakral yaitu berniqob. Abi tungguin caca ya."

Hatiku bergumam.
Aku melipat surat dari abi dengan hati hati kemudian memasukkannya kedalam kotak berwarna pink.
Ya, barang barang berhargaku terletak didalam kotak itu.
Dan mukenahnya aku simpan didalalam paper bag yang ada dilemariku.
Selanjutnya ada amplop surat dari orang yang selalu bertahta dalam setiap kidung doaku. Abang fathan-ku.
Aku membuka surat dan terlarut dalam paragraf aksaranya.

____________________________________________

Up pertama hari ini yaa.
Jangan bosan buat nungguin kelanjutannya. Apalagi caca lagi buka surat dari bang fathannya looh.. hehe
Biasa,minta maaf atas ketypoannya.
Jangan lupa vote teman temanku

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang