44| Diatas KeridhoanNya

512 45 3
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

و في النها ية سيحفظ الله على قتك بمن هو خير لك

Dan pada akhirnya allah akan menjaga
hubungan kamu dengan seseorang yang terbaik untukmu

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


"Assalamualaikum va."
Aku menelfon havva .

"Walaikumsalam sayang, udah bangun? Pules banget tidurnya. Emang jadi pengantin se berat itukah?"
Aku tertawa mendengarkan havva.

"Nggak juga sih va, mu tau lah kan. Aku nggak bisa banyak kegiatan orangnya."
Aku duduk disofa depan televisi.
Sementara abang pamit naik ke kamar dilantai atas untuk membersihkan diri setelah memasak

Aku larut dalam percakapan dengan havva.
Dia menanyai banyak hal padahal aku baru saja berpisah dengannya beberapa jam yang lalu. Terkadang aku juga tertawa mendengar ocehan havva yang kepingin juga cepat cepat dihalalkan oleh "si dia".
You know lah.

"Dek,"
Bang fathan melangkah kebawah.

"Udah dulu ya, bang fathan udah manggil."
Aku menutup telfon havva.

"Abang udah selesai mandi?"
Aku melihat bang fathan berjalan mendekat dan ikut menepati posisi disebelahku.

"Sudah sayang. Sini mendekat. Itu wajahnya belum dibersihin."

Aku lupa kalau aku masih mengenakan make up akad.
Aku menepuk jidat pelan karena lupa. Bang fathan tertawa ringan.

"Biar caca aja bang."
Aku mengambil milk pembersih wajah daru tangan bang fathan namun dia menahannya.

"Izinkan abang melakukannya ya sayang."
Aku tersenyum dan mengangguk.

Bang fathan mulai menempelkan milk tersebut dan menyapunya dengan kapas

"Bang."
Aku mengganggu konsentrasi bang fathan.

"Iya?"
Dia menatap manik mataku.

"Kok abang pandai masak sih?"
Aku heran melihatnya mampu memasak dan pikirku akan lezat karena dari aromanya saja sudah menggugah.
Bang fathan tersenyum sekali lagi

"Dulu, waktu abang diturki awal awalnya kami masak masing masing dek, kalau mau makan ya masak dulu. Makanya abang belajar. Waktu udah semester tiga keatas baru deh dimasakin"
Ucap bang fathan sembari mengambil selembar kapas untuk menghapus semua warna warni diwajahku.

"Dulu abang dimasakin sama siapa?"
Aku penasaran mendengar kata itu.

"Dimasakin sama ibuk tempat abang tinggal. Disitu orang indonesia semua kok dek."
Bang fathan mengambil cairan micellar water dan menyapukannya kewajahku, lembut.

Aku mengangguk angguk.

"Nah, dah selesai. Kelihatan deh cantinya."
Aku memegang pipiku yang sudah bersih dari bedak bedak dan blush on.

"Emangnya tadi caca nggak cantik?"
Aku manyun

"Haha, cantik kok. Tapi abang suka adek yang natural natural aja. "
Aku memandangnya tanpa ekspresi.

"Udah ah, adek mau mandi dulu yaa."
Aku berdiri.
"Abang tunggu dibawah ya sayang. Kamu belum makan."
Aku tersenyum melihat bang fathan yang perhatiannya tidak pernah berkurang sedikitpun meski kami terpisah beberapa tahun terakhir.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang